Peninggalan Pusaka Keramat Chapter 36

NIC

Sekarang Seebun Jit melihat ketiga iblis itu karena sesuatu hal memutuskan urat nadi tangannya sendiri. Dengan kekuatannya sendiri, kakek itu juga sanggup mengalahkan mereka dalam beberapa jurus saja. Karena itu dia tidak merasa takut sedikit pun.

"Tao kouwnio pergi mengikuti kokcu. Sedangkan Lie Cun Ju masih ada di dalam lembah!" sahutnya tenang.

"Mengapa kau tidak mengatakannya sejak tadi?" Ketiga iblis itu bertanya sambil melangkahkan kakinya maju.

"Mengatakannya sejak tadi? Siapa yang tahu apa yang terkandung dalam hati kalian?" jawab kakek itu dengan nada mempermainkan.

"Baik. Kami akan mengadu jiwa denganmu!" ujar Lung Goan Po dengan nada marah.

Lung Goan Po yang pertama-tama bergerak. Tubuhnya membungkuk sedikit, dengan nekat dia menyerudukkan kepalanya ke arah Seebun Jit. Tenaganya begitu kuat sehingga mengejutkan!

Seebun Jit malah tertawa terbahak-bahak.

"Manusia tanpa lengan! Masih berani sesumbar? Apakah setelah mati ingin menjadi setan gentayangan?" Tubuh kakek Jit berkelebat, pecut di tangannya langsung melayang ke depan. Cahaya perak berkilauan. Dalam sekejap timbul bayangan cam¬buk yang tidak terhitung jumlahnya.

Pecutan Seebun Jit itu juga terhitung keji sekali. Walaupun tidak sampai mematikan, tetapi apahila Lung Goan Po sernpat tersambar pecutannya, paling tidak sebelah wajahnya langsung men¬jadi tidak karuan karena seluruh kulitnya terkelupas.

Lung Goan Po menggeserkan kepalanya sedikit, kedua lengannya masih menjuntai ke bawah. Tetapi sepasang cambuk di tangan Seebun Jit seperti seekor naga sakti. Cahaya terang memercik. Tampaknya sekejap lagi, Lung Goan Po pasti akan terkena sambaran pecut itu.

Tetapi tiba-tiba, sepasang lengan Lung Goan Po yang tadinya menjuntai ke bawah langsung meng-angkat ke atas. Tangan kirinya membentuk cakar mencengkeram ke arah cambuk Seebun Jit yang sedang menyambar ke arahnya. Dalam waktu yang bersamaan, tangan kanannya juga menjulur ke depan mengirimkan sebuah pukulan ke dada Seebun Jit.

Gerakan kedua tangan ini benar-benar di luar dugaan Seebun Jit. Hatinya terkesiap bukan kepalang. Karena tadi dia melihat dengan kepala sendiri keringat dingin menetes membasahi kening Lung Goan Po. Tangan mereka juga menimbulkan suara berderak-derak seperti tulang yang remuk, belum lagi tubuh mereka yang gemetar dan wajah mereka yang pucat pasi!

Ternyata, sepintar-pintarnya Seebun Jit, dia masih bisa dikelabui oleh Lung Goan Po.

Sebetulnya Seebun Jit bukan tokoh sembarangan, tetapi kali ini dia benar-benar bertemu dengan lawan yang seirn! ang. Ternyata nama besar ketiga iblis dari keluarga Lung bukan nama kosong. Kelicikan mereka tidak terduga oleh Seebun Jit.

Sementara Seebun Jit memang terkesiap bukan kepalang, namun di sisi lainnya untung dia mempunyai kekuatan tenaga dalam yang dilatih selama puluhan tahun. Dengan panik pergelangan tangan¬nya ditekan ke bawah. Yang digenggam olehnya masih sepasang cambuk bercabang lima. Begitu dihentikan, cambuk itu melontar ke atas. Ternyata dalam keadaan yang demikian terdesak, dia bisa menghindarkan serangan Lung Goan Po.

Tetapi biar bagaimana, penghindaran Seebun Jit itu boleh dikatakan dipaksakan sekali. Sedangkan dalam waktu yang bersamaan, Lung Sen dan Lung Ping berdua juga menerjang ke arahnya dari kiri kanan. Mereka menjulurkan lengan masing-masing dan mencengkeram ke depan. Ternyata mereka berdua juga berpura-pura, sama halnya dengan toako mereka. Sedangkan lengan mereka tidak cacat sedikit pun.

Pada dasarnya kepandaian Lung Sen dan Lung Ping memang tidak sembarangan. Apalagi Seebun Jit menghindarkan diri dengan terpaksa sekali. Empat buah lengan dari kedua orang itu meluncur dalam waktu yang bersamaan.

Plak! Plak! Plak! Plak! Empat kali pukulan sekaligus tepat mendarat di bagian kiri kanan punggung Seebun Jit.

Ilmu silat Seebun Jit sendiri memang tinggi sekali. Begitu saling menggebrak dengan lawannya, meskipun seorang diri melawan tiga musuh, tetap saja dia bisa mempertahankan ketenangannya. Hawa murni dalam tubuhnya memang sudah dihimpun sejak tadi. Dengan demikian seluruh tubuhnya seperti terlindung hawa murninya.

Tiga lblis dari Keluarga Lung, masing-masing anggotanya mempunyai kekuatan tenaga dalam yang sudah dilatih selama puluhan tahun. Begitu Seebun Jit terhantam empat buah pukulan dari Lung Sen dan Lung Ping, dirasakan bagian kanan kiri pinggangnya bagai ditimpa besi seberat ratusan kati. Telinganya sampai berdengung, matanya berkunang-kunang, tubuhnya bergetar, dan ham-pir saja tidak dapat mepertahankan keteguhan kakinya sehingga nyaris terjatuh!

Dalam keadaan panik, Seebun Jit merasa ping¬gangnya nyeri bukan main. Nadi di pergelangan tangannya juga sempat tersampok kekuatan dari cengkeraman Lung Goan Po. Sebelah tubuhnya terasa bagai kesemutan.

Di dalam hati ia baru sadar bahwa tiga iblis dari keluarga Lung sudah mempersiapkan akal licik sebelum datang ke tempat itu. Kata-kata mereka yang menyatakan ingin meminta bantuannya hanya omong kosong belaka. Tujuan mereka hanya ingin mengetahui apakah I Ki Hu ada di dalam lembah Gin hua kok. Dan apakah Tao ling dan Lie Cun Ju benar di sana atau tidak. Dirinya sendiri sudah malang melintang di dunia kang ouw selama puluhan tahun. Pengalamannya sudah banyak, pengetahuannya luas pula, tetapi dia masih sempat terkecoh oleh Tiga Iblis dari Keluarga Lung itu.

Seebun Jit merasa benci sekali mengingat dirinya yang dibodohi mereka. Diam-diam dia bertekad untuk menebus kekalahannya itu. Namun dia juga sadar bukan hal yang mudah baginya. Dia berusaha membesarkan hatinya. Tetapi rasa sakit di pinggangnya hampir tidak tertahankan. Kelima jari tangannya merenggang, cambuk di tangannya pun terlepas. Matanya dipejamkan dalam keadaan tubuhnya terhuyung mundur beberapa tindak.

Di sudut sebelah sana, Lung Sen dan Lung Ping mengeluarkan suara tawa yang aneh. Mereka lalu menerjang kembali dengan mengirimkan ten-dangan ke bagian dada Seebun Jit.

Sebelum tendangan mereka mengenai lawannya, terdengar Lung Goan Po berteriak dengan keras. "Orang ini sudah lama berkecimpung di dunia kang ouw, kalian harus hati-hati!"

Lung Goan Po menyadari bahwa Hantu Tanpa Bayangan Seebun Jit ini bukan lawan yang mudah dihadapi sehingga dia mengingatkan kedua saudaranya, namun sudah terlambat. Belum lagi tendangan keduanya berhasil mengenai sasarannya, tiba-tiba Seebun Jit sudah melangkah ke depan. Dengan mata mendelik, mulutnya menge¬luarkan suara bentakan kemudian tubuhnya melesat ke atas. Dalam waktu yang bersamaan, tangan kirinya mengibas. Tampak segurat cahaya seperti pelangi melintas, mengedari kaki Lung Sen dan Lung Ping yang sedang mengirimkan tendangan kepadanya. Darah segar memercik, sementara Seebun Jit tertawa terbahak-bahak. Dia menahan rasa sakit karena luka dalamnya, kemudian menyurut mundur setengah langkah.

Buk! Buk! Tiba-tiba Lung Sen dan Lung Ping jatuh terbanting di atas tanah. Untung saja ilmu kepandaian kedua orang ini memang cukup tinggi. Ketika melihat kelebatan cahaya golok, tiba-tiba saja hati mereka merasa ada firasat buruk. Mereka memaksakan gerakan kaki yang sudah melayang keluar itu agar dapat ditarik mundur.

Namun, Seebun Jit justru terkenal di dunia kang ouw karena sebilah golok dan sepasang cambuknya yang aneh. Panjang goloknya kira-kira empat ciok. Tipisnya seperti selembar kertas. Tetapi tajamnya jangan ditanyakan lagi. Dibuat dari baja pilihan yang sulit didapatkan. Bila sedang tidak digunakan, golok itu dapat digulung seperti sabuk pinggang. Bisa disembunyikan di balik pakaian tanpa terlihat oleh lawan. Bila dicabut keluar pun tidak tampak oleh mata lawan, tahu-tahu sudah tergenggam dalam telapak tangan. Jurus yang digunakannya tadi diberi nama Lihat Golok Lihat Darah. Karena itu kaki kiri Lung Sen dan Lung Ping langsung terkerat sebatas betis dan langsung jatuh tanpa dapat mempertahankan diri lagi. Dalam keadaan terluka parah, Seebun Jit masih sanggup melawan tiga musuh sekaligus, bahkan melukai dua di antaranya. Ilmu kepandaiannya benar-benar tidak dapat dipandang ringan. Meskipun Lung Sen dan Lung Ping hanya terluka di bagian luar, tetapi lukanya justru di kaki yang merupakan anggota penting dari tubuh. Mereka segera menutup jalan darahnya untuk menghentikan pendarahan. Untuk sementara mereka tidak bisa berhadapan dengan musuh.

Seebun Jit memaksakan diri menghimpun hawa murni dalam tubuhnya. Lung Goan Po menghambur ke depan melihat keadaan dua saudaranya. Mengambil kesempatan itu Seebun Jit segera mengayunkan goloknya ke bagian punggung Lung Goan Po. Gerakan golok menimbulkan cahaya seperti pelangi. Kecepatannya sungguh mengejutkan. Lung Goan Po menyambar kedua saudaranya kemudian mencelat ke depan sejauh beberapa depa.

Ayunan golok Seebun Jit memang bertujuan membuat Lung Goan Po menghindarkan diri untuk sementara. Dia bukan menyerang dengan sungguh-sungguh. Melihat Lung Goan Po mencelat ke depan, dia juga menggeser kakinya dan memungut kembali sepasang cambuknya yang terlepas dari tangannya tadi.

Tampak tangan kirinya menggenggam golok¬nya yang berbentuk aneh, sedangkan tangan kanannya memegang cambuk bercabang lima. Seebun Jit berdiri dengan tegak, penampilannya angker. la mendongakkan wajahnya dan mengeluarkan suara siulan panjang. Kalau diperhatikan tidak seperti orang yang sudah terluka parah. Padahal kenyataannya justru dalam keadaan ter¬luka parah.

Semestinya, orang yang sudah terluka seperti Seebun Jit sekarang ini, tidak boleh menggunakan tenaga dalamnya untuk tertawa terbahak-bahak. Karena akan menyebabkan lukanya semakin parah. Namun Seebun Jit menyadari keadaan di depan matanya saat ini. Sekarang tinggal Lung Goan Po yang masih bisa bertarung dengannya. Apabila otaknya cerdas, dia bisa mendesak. Seebun Jit terpaksa mundur terus dan mendekati Lung Sen serta Lung Ping. Meskipun keduanya terluka dan terkulai di atas tanah, sepasang tangan mereka masih dapat digerakkan. Tidak sampai dua puluh jurus, Seebun Jit pasti berhasil dikalahkan. Yang jelas tubuhnya sendiri sudah terluka parah. Saat ini seandainya dia berpura- pura tidak terluka, bahkan berlagak mencoba menantang ketiga orang itu, mungkin mereka malah menjadi ragu atau mungkin mereka malah mengundurkan diri untuk sementara!

Kedatangan ke Tiga Iblis dari Keluarga Lung ini mempunyai tujuan tertentu. Dan mereka tidak mungkin menyelesaikan masalahnya begitu saja. Tetapi asal bisa mendapat kesempatan untuk mengatur nafas dan menjaga pintu batu agar mereka tidak menerobos masuk ke dalam, sudah lebih dari cukup. Karena itu, Seebun Jit tidak memperdulikan keadaannya yang terluka parah dan sengaja mengeluarkan suara siulan panjang kemudian tertawa terbahak-hahak.

Setelah tertawa beberapa saat, dia mengayunkan golok di tangannya. "Lung Lo toa, nyalimu sudah ciut?" ujarnya dengan suara keras.

Sesaat ketiga iblis dari keluarga Lung benar-benar terkecoh oleh sikap Seebun Jit. Mereka saling pandang sekilas, kemudian Lung Goan Po memapah kedua saudaranya dan mengeluarkan suara tertawa dingin. "Hen! Jangan senang dulu, Seebun Jit! Hari ini tidak berhasil, besok kami pasti datang kembali! Tunggu saja!"

Sekali lagi Seebun Jit tertawa terbahak-bahak.

"Biar kapan pun kalian datang, asal aku . . ." Seebun Jit mengerutkan kening sedikit saja, "Anggaplah aku band!"

Posting Komentar