Bong Ki Tosu dan Bong Bi Tosu lalu diarak keluar dari kuil oleh Liong-san Lo-kai dan muridnya. Guru dan murid ini lalu memberi penerangan kepada orang-orang kampung yang merasa keheran-heranan dan marah sekali melihat betapa mereka telah menjadi korban penipuan. Gadis-gadis yang menjadi gila itu lalu didatangkan, dan Kong Lee atas petunjuk Bong Ki Tosu lalu mencampurkan otak monyet itu dengan seguci arak. Benar saja, setelah diberi minum secawan arak obat, gadis-gadis itu lalu roboh pingsan dan tak lama kemudian mereka sadar kembali dan sembuh!
Kong Lee merasa girang sekali, kemudian ia lalu menceritakan kepada suhunya tentang keadaan keluarga gila yang menjadi korban dari Bong Ki Tosu pula. Dan niatnya kini hendak membawa sisa obat itu untuk menyembuhkan mereka karena menurut kata-kata Bong Ki Tosu, obat itu dapat juga digunakan untuk menyembuhkan sakit gila yang sudah puluhan tahun akibat bekerjanya racun akar yang luar biasa itu.
Bong Ki Tosu dan Bong Bi Tosu lalu dilepas setelah mendapat nasihat-nasihat dan peringatan-peringatan keras, kemudian kuil di puncak bukit itu dihancurkan serta para pengikut Bong Ki Tosu diusir pergi.
“Muridku, sekarang kita harus berpisah. Aku hendak merantau lagi dan kau bawalah isterimu pulang. Jangan terlalu banyak membuat musuh-musuh di kalangan kang-ouw dan jangan bertempur kalau tidak terpaksa sekali. Akan tetapi, jika tenagamu diperlukan untuk menolong sesama hidup, janganlah kau ragu-ragu untuk menolong.” Kakek yang sakti itu lalu pergi dari situ, sedangkan Kong Lee mengajak Thio Eng untuk pulang sambil membawa seguci arak obat.
Kim Nio dengan tiga orang gila berlari cepat ke Liong-san dan alangkah kecewa mereka ketika mengetahui bahwa tempat pertapaan itu kosong! Mereka lalu turun gunung dan pergi mencari sambil bertanya-tanya di jalan kalau-kalau ada sepasang suami-isteri muda lewat di situ.
Pada suatu hari, setelah Kim Nio menyatakan kekecewaannya kepada suami dan mertuanya, tiba-tiba dari depan tampak mendatangi dua orang, dan ketika dekat, dengan girang sekali Kim Nio mengatakan bahwa mereka ini adalah Kong Lee dan Thio Eng!
“Itulah mereka! Itulah musuh-musuhku yang harus dibunuh! Ayo, kita tangkap dia! tapi jangan dibunuh, tangkap hidup-hidup!” teriak wanita itu dengan girang sekali. “Kim Nio, tunggu dulu, biarkan aku memberi keterangan penting.”
Akan tetapi, Kong Lee tidak diberi kesempatan bicara lagi, karena ketiga orang gila itu telah maju menyerbu. Kong Lee merasa terkejut sekali. Tak pernah disangkanya bahwa Kim Nio berhasil memperalat tiga orang berbahaya dan hebat ini. Ia dan Thio Eng terpaksa melawan sekuat tenaga, akan tetapi, mana ia dapat melawan tiga orang hebat yang maju serempak itu? Tak lama kemudian Kong Lee dan Thio Eng telah tertotok dan roboh tak berdaya serta menjadi orang-orang tawanan!
“Ha, ha, ha! Musuh-musuhmu orang begini lemah!” Raja Gila tertawa tergelak-gelak. “Telah lama kita tidak makan daging domba, sekarang kita harus mengadakan pesta!” kata Ratu Gila.
“Isteriku, musuh-musuhmu telah kita tangkap. Lekas bunuh mereka dan berikan dagingnya kepadaku!” kata Pangeran Gila.
Kong Lee dan Thio Eng telah lumpuh melihat keluarga gila itu dengan hati ngeri. Pengharapan mereka telah habis dan mereka maklum bahwa kali ini mereka tentu akan mengalami kebinasaan di tangan orang-orang gila ini. hanya ada satu hiburan bagi Kong Lee dan Thio Eng, yakni bahwa mereka akan mati bersama!
Tiba-tiba Raja Gila melihat guci arak di dalam bungkusan pakaian Kong Lee yang tadi dibuka-bukanya.
Ia girang sekali dan sambil mencium tutup guci ia berkata, “Arak ... arak ... ” Isteri dan anaknya memburu dan mereka ini pun girang sekali. Ketiganya lalu bergantian minum arak itu tanpa mempedulikan lagi kepada tawanan mereka atau kepada Kim Nio!
Melihat kesempatan ini, Kim Nio lalu menghampiri Kong Lee dan tersenyum mengejek, “Kong Lee, akhirnya kau jatuh juga ke dalam tanganku!”
“Kim Nio kau telah dapat menawan kami, mengapa tidak lekas kaubunuh saja?” “Untuk apa banyak cakap lagi?” berkata Kong Lee sambil memandang ke arah tiga orang gila yang sedang bergembira minum arak obat itu dengan penuh perhatian! “Ha, ha! Tentu saja akan kubunuh! Dan kedua tanganku sendiri yang akan membunuh kau dan perempuan ini!” kata Kim Nio dengan gemas.
Kim Nio mencabut pedangnya dan mengangkat pedang itu tinggi-tinggi, tapi melihat wajah Kong Lee yang baginya tampak makin tampan dan menarik hati itu, ia menurunkan kembali pedangnya.
“Kong Lee, kau tahu betapa aku sangat mencintamu. Ya, aku tak perlu malu mengaku di depan isterimu. Aku cinta padamu dan dengarlah, kalau kau sudi menerimaku sebagai isterimu, aku akan bebaskan kalian dan aku turut kalian pergi. Biarlah aku menjadi pelayan di rumahmu, asal kau suka menerimaku sebagai isterimu.”
“Kim Nio, sudahlah jangan berkata-kata yang tiada gunanya ini.”
Tiba-tiba Kim Nio melihat perubahan pada wajah Kong Lee. Ia cepat membalikkan tubuh memandang, dan ternyata bahwa ketiga orang gila itu telah rebah menggeletak di atas tanah! Kim Nio tidak pedulikan mereka ini karena menyangka bahwa mereka hanya mabuk dan tidur saja. Ia tidak tahu bahwa ketiga orang itu telah pingsan akibat pengaruh obat! Sementara itu, Kong Lee dan Thio Eng memandang kepada tiga orang gila itu dengan hati berdebar-debar!
“Kong Lee, pikirkanlah baik-baik usulku tadi,” kata Kim Nio pula tanpa memperhatikan sedikit pun kepada keluarga gila itu. “Tak mungkin hatimu sekejam ini dan tidak merasa kasihan kepadaku.”
“Sudahlah, Kim Nio. Tak perlu kau membujuk-bujuk karena takkan ada gunanya. Apakah kau kira aku seorang yang takut mati dan orang serendah itu? Kau telah bersuami, lebih baik kau kembalilah kepada suamimu!”
Mata Kim Nio bersinar marah.
“Kong Lee, benar-benarkah kau tidak sayang kepada jiwamu?”
“Kau tahu bahwa aku tidak takut mati, apalagi kalau harus mati bersama isteriku yang tercinta!”
Sambil berkata demikian, Kong Lee mengerling kepada Thio Eng dengan pandangan mata penuh cinta.
“Hm, kau sangka akan demikian enak untuk kalian? Dengar, kau akan kubunuh di depan mata isterimu dan isterimu akan kuberikan kepada Pangeran Gila untuk menjadi isterinya! Ha, ha!”
Kim Nio lalu berdiri dan pedangnya telah siap di tangan. Kali ini ia takkan ragu-ragu lagi, karena sudah maklum bahwa betapapun juga Kong Lee tidak mau menerima permintaannya. Ia pegang gagang pedang erat-erat dan siap menusuk dada Kong Lee. Orang muda ini sedikitpun tidak gentar, bahkan ia pandang muka Kim Nio dengan tajam dan dadanya diangkat untuk menerima datangnya tusukan.
Pedang telah digerakkan, tapi ... tiba-tiba tangan Kim Nio gemetar dan ia tak kuat menentang wajah Kong Lee lebih lama lagi. Sambil mengeluh, Kim Nio melempar pedangnya dengan wajah pucat, lalu ia jatuhkan dirinya dan memeluk tubuh Kong Lee sambil menangis sedih!
“Kong Lee ... aku tidak tega membunuhmu ... melukaimu saja aku takkan sanggup ... Kong Lee ... benar-benar demikian kejam dan keraskah hatimu ... ?”
Kong Lee tidak menjawab hanya membuang muka. Ia tak dapat melepaskan diri dari pelukan Kim Nio karena tidak kuasa menggerakkan tangan dan kakinya. Sementara itu, Thio Eng memandang dengan rasa terharu. Betapapun juga, perasaan hatinya sebagai seorang wanita lebih halus dan ia dapat membayangkan betapa sedih dan hancur hati Kim Nio.
Melihat betapa Kong Lee sama sekali tidak mempedulikannya, Kim Nio tiba-tiba bangkit berdiri.
“Baiklah, Kong Lee. Kau tidak sudi menerimaku dan aku tidak sampai hati membunuhmu. Akan tetapi kau akan menderita selama hidupmu karena sekarang aku hendak membinasakan isterimu yang kau cinta!”
Sambil berkata begitu, Kim Nio memungut kembali pedangnya dan kini menghampiri Thio Eng yang sama sekali tidak gentar. Kim Nio mengangkat pedangnya dan menusuk!
Tapi pada saat itu, tiba-tiba pedang di tangan Kim Nio terlepas dan suara yang halus membentaknya, “Eh, menantuku, kau hendak berbuat apa? Jangan kau sembarangan membunuh orang!”
Kim Nio terkejut sekali dan menengok. Alangkah kaget dan herannya melihat bahwa yang menghalangi maksudnya dan yang menegurnya itu tidak lain ialah Ratu Gila!
Akan tetapi, betapa nenek ini telah berubah sekali! Gerakannya lemah lembut, wajahnya nampak sungguh-sungguh dan lenyaplah bayangan-bayangan kegilaannya! Juga Raja Gila Leng Tin Ong telah siuman kembali, hampir bersama dengan Leng Ki Pok Si Pangeran Gila! Leng Tin Ong duduk memandang ke kanan kiri sambil berkata, “Eh, eh, apa yang terjadi!”
Sementara itu, Ki Pok segera maju dan berlutut di depan ayahnya, lalu berkata, “Ayah
... ”
Kedua orang ini lalu berpelukan bagaikan dua orang yang baru saja bertemu setelah berpisah puluhan tahun! Kemudian mereka teringat akan Ratu Gila dan keduanya segera melompat menghampiri Ratu Gila yang masih menghadapi Kim Nio dan mencegahnya membunuh Thio Eng.
Ternyata bahwa obat pemunah racun ini bekerja baik dan ketiganya sembuh dari pengaruh kegilaan mereka!
“Menantuku, kedua orang ini harus dibebaskan dan marilah kita segera kembali ke kota raja,” kata Leng Tin Ong yang cepat membebaskan Kong Lee dan Thio Eng dari totokan.
Kong Lee dan Thio Eng cepat menjura memberi hormat dan menghaturkan terima kasih.
“Anak muda, tak perlu kau berterima kasih. Seharusnya kami yang berterima kasih kepadamu, karena kau telah membawa obat penolong kami sekeluarga.
Perkenalkanlah, nona ini adalah menantu kami dan isteri anak kami Ki Pok.” Kemudian Kong Lee menceritakan betapa ia dapat minta obat itu dari Bong Ki Tosu sehingga keluarga Pangeran yang bernasib malang itu menjadi kagum sekali dan menyatakan terima kasih mereka. Kong Lee tidak membuka rahasia Kim Nio dan wanita ini terpaksa diam saja menyesali nasibnya yang selalu mendapat kemalangan. Akan tetapi melihat betapa ketiga orang itu kini telah sembuh dan hendak kembali ke kota raja, diam-diam ia merasa senang juga. Ia telah menjadi isteri Ki Pok, berarti menjadi menantu pangeran yang berkedudukan tinggi. Ia tentu akan menjadi seorang nyonya bangsawan yang terhormat!
Dan selain itu, ia pun akan dapat mempelajari ilmu silat tinggi dari kedua mertuanya! Setelah saling memberi hormat, Kong Lee dan Thio Eng minta diri dan kembali ke Lam-sai, sedangkan Leng Tin Ong lalu mengajak isteri serta anak dan menantunya untuk segera kembali ke kota raja di mana mereka disambut dengan segala kehormatan dan kegirangan oleh para keluarga dan kenalan mereka!
Sementara itu, dalam perjalanan pulang ke Lam-sai, di tengah jalan Kong Lee dan Thio Eng bertemu dengan Thio Sui Kiat. Bukan main girangnya Thio Sui Kiat melihat bahwa anak dan menantunya selamat dan terlepas dari bencana maut.
Ia menghela napas dan sambil mengelus-elus jenggotnya, orang tua ini berkata, “Memang demikianlah, anak dan menantuku, tidak ada pohon baik berbuah masam dan juga tak mungkin pohon buruk berbuah manis! Perbuatan-perbuatan baik pasti akan menghasilkan akibat baik pula dan kejahatan-kejahatan tentu akan mendatangkan bencana! Siapa menolong pasti tertolong dan siapa berbuat jahat akan dijahati orang pula! Tuhan memang adil!”
Demikianlah, Thio Sui Kiat beserta anak dan menantunya lalu kembali ke Lam-sai. Kedatangan mereka disambut dengan girang dan Nyonya Thio dan Nyonya Lim.
Selanjutnya mereka hidup dalam kerukunan dan kebahagiaan sampai di hari tua.
TAMAT