Orang kampung itu memandang heran, kemudian ia dapat menduga bahwa orang tua ini tentu datang dari tempat lain dan belum tahu akan nama Si Tosu Sakti.
“Namanya ialah Bong Ki Tosu,” jawabnya singkat lalu memandang ke arah tosu yang kini berdiri di atas panggung itu dengan penuh penghormatan.
Bagi Liong-san Lo-kai nama ini bukan nama asing, karena ia pernah mendengar bahwa Bong Ki Tosu adalah seorang yang berkepandaian tinggi dan datang dari pegunungan Tibet. Akan tetapi Kong Lee terkejut sekali mendengar nama ini dan ia memandang dengan penuh perhatian.
Bong Ki Tosu? Ini adalah nama tosu yang mencelakakan Leng Tin Ong dan anak isterinya, yang membuat pangeran itu serta isteri dan anaknya menjadi gila dan yang kini menjadi keluarga gila dan berkeliaran di dalam hutan! Inikah tosu jahat yang dulu membantu Beng Hwat Ong mencelakakan Pangeran Leng Tin Ong sekeluarganya itu? Sementara itu, setelah mengangkat kedua lengannya untuk memberi tanda bahwa semua orang boleh berdiri kembali, Bong Ki Tosu lalu memberi tanda dengan tangannya dan seorang pembantunya yang tinggi besar maju ke arah deretan gadis yang berjumlah dua puluh orang lebih itu! Kemudian, seorang demi seorang, gadis- gadis itu disuruh menaiki panggung melalui sebuah anak tangga dan mereka ini untuk beberapa lama berdiri di depan tosu itu yang memandangnya dengan penuh perhatian! Dengan hati berdebar Thio Eng juga mengikuti gadis-gadis itu menaiki anak tangga. Ketika ia berdiri di depan tosu itu, ia melihat betapa mata tosu tua itu memandangnya dengan tajam tiba-tiba lemaslah tubuh Thio Eng. Seakan-akan ada tenaga gaib keluar dari kedua mata itu dan tenaga itu dengan kuat sekali menekan dan menundukkan segala kehendak dan tenaganya!
Thio Eng merasa terkejut sekali dan mencoba untuk melawan, akan tetapi makin ia lawan makin kuatlah tenaga itu dan akhirnya ia menundukkan muka di depan tosu itu dan sama sekali tidak membantah ketika tosu itu menaruh tangan kanannya di atas kepalanya!
Terdengar sorak-sorai ramai sekali karena ternyata bahwa malaikat gunung yang diwakili oleh tosu itu telah menjatuhkan pilihannya, yakni kepada gadis asing yang cantik jelita itu! Beberapa orang pembantu lalu naik ke atas panggung sambil membawa jubah pengantin dan Thio Eng lalu dikerobongi jubah pengantin itu, sedangkan di atas kepalanya dipasang sebuah mahkota yang indah!
Bukan main terkejut dan heran Kong Lee ketika melihat betapa Thio Eng nampak lemas dan seakan-akan menurut dengan segala senang hati, kedua matanya memandang ke bawah seperti mata orang mengantuk dan sedikitpun tak pernah menengok kepada suaminya!
“Suhu, celaka! Thio Eng tentu kena sihir tosu siluman itu!”
Liong-san Lo-kai tersenyum tenang, “Tenanglah, muridku. Aku tahu akan hal itu. Biarlah untuk membuka kedok imam durhaka itu, kita harus mendapatkan buktinya. Kalau kita bertindak sembrono, tentu orang-orang kampung ini akan marah kepada kita. Biarlah, kita tunggu sampai Thio Eng dimasukkan ke dalam lubang. Kemudian kau cepat meloncat dan menyusul ke dalam lubang itu sedangkan aku hendak bergerak dari luar. Mengerti?” kata kakek ini sambil berbisik.
Setelah Thio Eng selesai dirias, dengan diikuti oleh semua penduduk yang berada di situ, Thio Eng lalu diarak ke atas puncak!
Puncak ini berada tepat berada di belakang kuil dan di situ terdapat panggung kecil pula, dan di tengah-tengah panggung terdapat sebuah lubang yang garis tengahnya kira-kira tiga kaki lebarnya! Lubang ini kalau dilihat dari luar tidak nampak dasarnya, karena gelap sekali.
Di atas panggung ini lalu diadakan sembahyang pengantin yang dipimpin oleh Bong Ki Tosu. Kemudian Thio Eng dipondong oleh seorang pelayan tinggi besar dan setelah Bong Ki Tosu membaca doa maka tubuh Thio Eng dilempar ke dalam sumur yang gelap itu! Semua penduduk kampung lalu berlutut di atas tanah untuk memberi penghormatan terakhir kepada pengantin malaikat gunung!
Sementara itu, dengan diam-diam Liong-san Lo-kai telah menggunakan kepandaiannya dan menyerbu masuk ke dalam kuil tanpa terlihat oleh seorang pun. Sedangkan Kong Lee yang sudah mendapat petunjuk suhunya, ketika melihat betapa isterinya telah dilempar ke dalam sumur, lalu menggunakan kepandaiannya pula. Ia menanti sampai Bong Ki Tosu berada agak jauh dari sumur itu agar jangan menghalang-halangi perbuatannya.
Kemudian ia berseru, “Cu-wi, semua jangan kena ditipu oleh tosu siluman ini!” ia lalu meloncat dan langsung terjun ke dalam sumur itu menyusul Thio Eng!
Bukan main terkejutnya Bong Ki Tosu melihat ini. Ia hampir saja lupa dan hendak menyusul ke dalam sumur, akan tetapi ia teringat bahwa orang-orang kampung masih berada di situ, maka ia lalu berkata, “Lihatlah, tadi itu adalah orang yang dimasuki roh jahat dan yang hendak melawan malaikat gunung, akan tetapi akan menemui kematiannya dan besok kalian akan melihat mayatnya di atas panggung ini! Sekarang kalian pulanglah karena malaikat gunung tentu tak senang dengan adanya gangguan tadi!”
Maka pulanglah orang-orang kampung itu dengan rasa takut. Setelah semua orang pergi, buru-buru Bong Ki Tosu mencabut pedang dan kebutannya dan lari masuk ke dalam kuil kembali!
Sementara itu, ketika Kong Lee terjun ke dalam sumur, ia terjeblos ke dalam tempat yang dalam sekali sehingga mau tidak mau hatinya menjadi cemas. Akan tetapi, seperti yang ia telah duga, tiba-tiba tubuhnya menimpa sebuah jala yang dipasang di sini. Cepat ia meloncat keluar dan tiba di dalam sebuah ruang yang luas. Di situ ia melihat betapa tiga orang laki-laki tinggi besar baru saja menurunkan Thio Eng yang telah pingsan dari jala itu juga.
Ketiga orang laki-laki tinggi besar itu melihat kedatangan Kong Lee, mereka terkejut dan cepat menyerbu, akan tetapi dalam beberapa jurus saja Kong Lee telah dapat merobohkan mereka! Sementara itu, Thio Eng telah siuman kembali dan ia memandang dengan heran bagaikan orang baru saja bangun dari sebuah mimpi yang menyeramkan. Semenjak berdiri di depan Bong Ki Tosu tadi, ia telah kehilangan kemauan dan pikirannya dan tidak ingat apa-apa lagi.
Kong Lee lalu mengajak isterinya menyerbu keluar, melalui sebuah jalan di bawah tanah yang berliku-liku. Kemudian mereka tiba di sebuah kamar yang merupakan kamar tidur terhias indah dan mewah. Ini agaknya kamar pengantin dari Bong Ki Tosu sendiri yang tentu mewakili pula malaikat gunung untuk menyambut isterinya! Di dalam kamar itu terdapat sebuah anak tangga yang tinggi dan Kong Lee serta Thio Eng lalu menaiki tangga ini ke atas.
Ternyata bahwa anak tangga itu membawa mereka keluar dari dalam tanah dan tiba di dalam ruang belakang kuil itu!
Tiba-tiba terdengar suara pertempuran hebat di dalam ruang sebelah dalam. Mereka lalu lari menghampiri dan melihat Liong-san Lo-kai sedang bertempur melawan dua orang tosu, yakni Bong Ki Tosu sendiri dan seorang tosu lain yang menjadi sutenya, yakni Bong Bi Tosu. Kepandaian kedua orang tosu ini tinggi juga, dan agaknya Liong-san Lo-kai terdesak.
Kong Lee memesan isterinya agar supaya jangan ikut bertempur melawan kedua orang yang hebat itu. Kemudian ia menarik keluar tongkatnya dan menyerbu untuk membantu suhunya.
Bong Bi Tosu menyambutnya dan segera Kong Lee maklum bahwa kepandaian tosu ini tinggi juga. Dengan Liong-san Koai-tung-hwat ia membela diri dari pedang dan kebutan lawan, akan tetapi masih saja ia harus mengerahkan seluruh kepandaiannya agar jangan sampai terdesak.
Sementara itu, Liong-san Lo-kai yang menghadapi Bong Ki Tosu, dengan mudah dapat mendesak Bong Ki Tosu ini, karena memang kepandaiannya masih lebih tinggi setingkat daripada kepandaian tosu siluman ini. Dengan tongkatnya, pengemis tua dari Liong-san ini mendesak lawannya yang hanya dapat menangkis dan mengelak saja tanpa dapat balas menyerang!
Thio Eng melihat pertempuran itu dengan hati cemas. Ia tidak dapat menentukan siapa kalah siapa menang, karena keempat orang itu telah lenyap dari pandangan matanya dan tertutup oleh sinar-sinar pedang dan tongkat. Demikian hebat mereka bertempur!
Ketika Thio Eng sedang menonton pertempuran, tiba-tiba ia merasa ada orang yang menubruknya dari belakang. Ia cukup waspada dan gesit, maka cepat ia mengelakkan diri dari tubrukan ini dan ternyata bahwa yang menubruknya adalah seorang pembantu tosu siluman itu. Thio Eng lalu mengirim tendangan yang hampir saja mengenai lambung orang itu.
Melihat bahwa Thio Eng pandai ilmu silat, orang itu menjadi marah dan mencabut pedangnya lalu menyerang. Akan tetapi, ternyata bahwa kepandaian orang itu tidak berapa tinggi. Tak lama kemudian, Thio Eng berhasil merobohkannya dengan sebuah tendangan dan merampas pedangnya. Beberapa orang pelayan lain mencoba untuk mengeroyok dan menangkap Thio Eng, akan tetapi dengan adanya sebuah pedang di tangan, Thio Eng merupakan seekor harimau betina yang galak. Ia mengamuk dan tak lama kemudian dua orang pelayan itu roboh mandi darah, sedangkan yang lain lalu lari ketakutan!
Kong Lee merasa bahwa Liong-san Koai-tung-hwat yang baru dipahami delapan bagian itu, takkan dapat merobohkan lawan. Maka ia lalu mencampur ilmu tongkatnya dengan ilmu silat yang dipelajarinya dari kitab Raja Gila!
“Eh, ilmu silat macam apakah yang kau keluarkan ini?” mula-mula lawannya mengejek melihat betapa Kong Lee bergerak-gerak dengan aneh dan ganjil sekali. Akan tetapi, segera ia merasa terkejut sekali karena ilmu silat anak muda itu kini menjadi hebat dan tak terduga gerakan-gerakannya!
Sementara itu, dengan sebuah totokan kilat, Liong-san Lo-kai telah berhasil membuat Bong Ki Tosu rebah tak berdaya. Kakek tua inipun heran melihat ilmu silat Kong Lee dan ia menonton dengan kedua mata terbelalak. Akhirnya, Kong Lee berhasil pula menendang roboh Bong Bi Tosu, tepat di lututnya sehingga sambungan tulang lututnya terlepas!
Tiba-tiba Bong Ki Tosu mengeluh dan siuman dari pingsannya, lalu tosu tua itu mengeluh, “Jangan bunuh aku ... jangan bunuh ... ”
Kong Lee merasa jijik melihat sifat pengecut ini, tapi tiba-tiba ia mendapat sebuah pikiran.
“Kau tidak ingin mati? Baik, kami akan ampunkan jiwamu, akan tetapi kau harus serahkan obat pemunah gila!”
“Apa ... apa maksudmu?” tanya Bong Ki Tosu yang meringis-ringis karena dadanya terasa sakit sekali akibat totokan.
Liong-san Lo-kai merasa heran, akan tetapi diam-diam muridnya memberi isyarat dengan matanya.
“Kau telah menggunakan obat untuk membikin gila orang-orang di kampung maka kau harus menyembuhkan mereka.”
“Baik, baik ... ” keluhnya, “lepaskan dulu pengaruh totokan ini ... ”
Liong-san Lo-kai lalu menggunakan tongkatnya menotok pula dan sembuhlah Bong Ki Tosu. Tosu tua ini sudah takluk betul dan ia lalu mengeluarkan sebungkus obat berwarna putih.
“Inilah obat pemunah itu. Campur dengan arak dan suruh mereka minum, tentu mereka akan sembuh ... ” katanya.
Kong Lee merasa ragu-ragu. “Apakah kau tidak menipu kami?” Bong Ki Tosu memandang marah.
“Kau kira aku ini orang macam apa? Tidak percuma aku merantau puluhan tahun di puncak Tibet! Obat yang membuat orang gila itu terbuat dari akar pohon di Tibet dan ini adalah otak semacam monyet yang telah dikeringkan. Monyet putih yang memiliki otak ini hanya hidup di puncak Tibet dan khasiatnya manjur sekali.”