"Pouw hiantit, mari kita pergi ..." ajak Tio Kang Ho; lalu dia mendahului lari dengan menggendong Sie Peng An yang masih belum sanggup lari sebab kakinya yang pincang.
Ternyata Tio Kang Ho dan Sie Peng An menginap disebuah rumah penginapan yang letaknya di sebelah barat kota Pao-kee tin.
Menurut keterangan yang diberikan oleh Tio Kang Ho, maka dikatakan bahwa Sie Peng An berasal dari suatu keluarga pencari kayu didaerah pegunungan Leng-siauw san, namun sejak kecil sudah menjadi anak piatu, sampai kemudian dia bertemu dan berguru pada Tio Kang Ho.
Pemuda bermuka hitam yang bertenaga kuat tersebut, ternyata adalah seorang anak yang dungu namun jujur, disamping adatnya yang berangasan atau pemarah.
Tio Kang Ho berdua Sie Peng An sedang melakukan perjalanan hendak menyambangi seorang sahabat, dan di kota Pao kee tin itu mereka mendengar tentang adanya penjahat yang sedang melanda keamanan dengan melakukan perampokan dan perkosaan, sehingga mereka menunda perjalanan karena bermaksud menangkap si penjahat.
Guru dan murid itu melakukan penyelidikan secara terpisah, sehingga hari itu Sie Peng An bertemu dan bertempur melawan Pouw Keng Thian berdua dara Ma Kim Hwa, tetapi mengenai peristiwa itu Sie Peng An tak memberitahukan kepada gurunya.
Adalah menjadi hasrat Sie Peng An untuk malam harinya mendatangi dan menantang Pouw Keng Thian bertempur lagi, dari itu setelah berpisah dengan gurunya, maka si pemuda bermuka hitam itu langsung mendatangi tempat Pouw Keng Thian menginap, namun ditengah perjalanan dan secara diluar dugaan, waktu itu Sie Peng An dapat bertemu dengan si penjahat yang memakai tutup muka dengan secarik kain warna hitam, hingga terjadi keduanya itu bertempur.
Beberapa kali Sie Peng An terjatuh kena tendangan si penjahat yang tinggi ilmunya itu, namun si pemuda bermuka hitam itu memiliki tenaga besar dan tidak kenal rasa takut, membikin si penjahat kewalahan menghadapinya, sampai akhirnya si penjahat melukai paha kiri Sie Peng An dengan sebatang pisau.
Akan tetapi, meskipun dengan langkah kaki yang pincang dan banyak mengeluarkan darah dari lukanya, Sie Peng An tetap melakukan perlawanan, sampai kemudian Tio Keng Ho sempat datang memberikan bantuan, membikin si penjahat kabur dan Sie Peng An terjatuh duduk karena dia lemas akibat banyaknya kehilangan darah. Tio Kang Ho tidak dapat mengejar si penjahat karena dia harus menolong muridnya, yang lalu dia bawa pulang ketempat penginapan, dan diberikan pengobatan pada lukanya yang terkena pisau, sampai kemudian mereka meneruskan usahanya mencari si penjahat dan malam itu mereka bertemu dengan pemuda Pouw Keng Thian.
Kemudian adalah menjadi giliran Pouw Keng Thian yang menceriterakan tentang kisahnya, namun mengenai dara Ma Kim Hwa tidak Pouw Keng Thian katakan tentang nama ayah dara pemarah itu, sehingga tidak diperhatikan oleh Tio Kang Ho; akan tetapi mengenai suami isteri Gan Hong Bie yang menjadi musuhnya Pouw Keng Thian, dikatakan oleh Tio Keng Ho bahwa nama Lie Bie Nio sebenarnya sudah terkenal sejak dia belum menikah dengan Gan Hong Bie.
Pada waktu mudanya nama Lie Bie Nio sudah banyak dibicarakan orang sebagai si 'Dewi-angin’, karena segala kebiasaannya bagaikan mengikuti arah tiupan angin; berpihak kepada siapa saja atau kemana saja, demi untuk kepentingan dan kepuasan pribadi.
Banyak laki-laki yang jadi merana karena dipermainkan oleh Lie Bie Nio yang bermuka cantik, pandai merayu tapi berhati kejam dan tak kenal puas, sampai kemudian dia bertemu dan menjadi istrinya Gan Hong Bie; seorang lelaki tampan tetapi mempunyai kebiasaannya yang sama seperti Lie Bie Nio, sehingga mereka berdua merupakan pasangan yang sejiwa atau sependirian.
Mula pertama pasangan suami isteri itu menetap di kota Kay hong. Suatu hal yang cukup mengherankan bagi pandangan seseorang yang berpikiran sehat namanya saja sepasang insan itu menjadi suami isteri; namun moral mereka sama sama bejad, karena Lie Bie Nio tetap sering merayu setiap laki-laki yang disenangi, dan Gan Hong Bie tetap sering mencari hiburan dengan perempuan lain, bahkan tak segan-segan melakukan dengan kekerasan, baik dengan cara menculik atau memperkosa, sehingga didalam sekejap nama sepasang insan suami isteri itu dikenal sebagai Kay hong siang koay, atau hantu kejadian dari kota Kay hong.
Perbuatan terkutuk dari Kay hong siang koay itu kemudian mendapat tentangan dari sekelompok para pendekar, dan pada saat itu Cheng Hwa liehiap Liu Giok Ing sedang menghadapi "bulan madu" sebagai isterinya Pangeran Giok Lun, sehingga si Pendekar Bunga Cinta itu tidak mengetahui perihal sepak terjang dari Kay hong siang koay. Sebagai akibat dari banyaknya tentangan dari kelompok para pendekar, maka Kay hong siang koay kemudian mengungsi entah kemana sampai kemudian terdengar berita bahwa Gan Hong Bie dengan isterinya menjadi pemimpin dari persekutuan Hong bie pang yang belum jelas azas tujuannya, namun sudah menyebar pengaruh secara meluas.
Sementara itu Tio Kang Ho menunda ceritanya dan mengajak Pouw Keng Thian minum, selagi si dungu Sie Peng An sudah tertidur pulas, mungkin karena letih atau mungkin karena luka yang masih belum sembuh.
"... dengan demikian, hendaklah hiantit menyadari bahwa kau bukan menghadapi musuh sembarang musuh, terlebih dibelakang Gan Hong Bie suami isteri masih terdapat seseorang atau sekelompok orang-orang kuat yang sengaja mendukung atau sengaja menempatkan Gan Hong Bia dengan isterinya sebagai pemimpin dari persekutuan ..." demikian kata Tio Kang Ho sebagai penambah keterangannya.
Pouw Keng Thian diam berpikir tentang pengaruh dan kekuatan pihak musuh yang bakal dia hadapi, sampai kemudian terdengar Tio Kang Ho berkata lagi :
"Meskipun demikian, hendaklah hiantit jangan berkecil hati. Aku tahu gurumu sangat luas pengalamannya, disamping kau mempunyai empat saudara seperguruan yang tentunya bersedia membantu usaha kau ..."
"Bagaimana susiok tahu bahwa aku mempunyai empat saudara seperguruan...?” tanya Pouw Keng Thian karena dia teringat tidak pernah memberitahukan hal itu kepada Tio Kang Ho.
Tio Kang Ho tertawa sambil melintir kumisnya yang tidak banyak tumbuh, setelah itu baru dia menjawab :
"Aku kenal dengan seorang piauwtauw yang bernama Ma Heng Kong, dan Ma Heng Kong ini bersahabat erat dengan gurumu; sehingga banyak yang aku ketahui perihal gurumu itu ..."
Pouw Keng Thian tidak merasa tertarik dengan disebutnya nama piauwtauw Ma Heng Kong, sehingga dia tidak menanyakan lebih lanjut perihal Ma Heng Kong yang sebenarnya merupakan paman dari Ma Kim Hwa; sebaiknya Pouw Keng Thian mengucap terima kasih dengan keterangan tentang suami isteri Gan Hong Bie yang diberikan oleh Tio Kang Ho, setelah itu dia pamitan karena hari sudah mendekati subuh. Siang hari berikutnya Pouw Keng Thian meninggalkan kota Pao kee tin, menuju ke-dusun Lam hoan ceng buat menyambangi makam orang tuanya.
Di sepanjang perjalanan itu Pouw Keng Thian memikirkan perkataan Tio Kang Ho tentang kedua musuhnya, yang ternyata merupakan Kay hong siangkoay atau sepasang jejadian dari Kay hong. Sekarang bahkan menjadi pemimpin persekutuan Hong bie pang, sehingga pemuda ini menyadari bahwa dia menghadapi musuh yang punya kedudukan kuat disamping banyak jumlahnya. Akan mampukah dia membalas dendam kedua orang tuanya ?
Diluar tahu Pouw Keng Thian, perjalanannya yang sedang menuju dusun Lam hoan ceng itu ternyata dibayangi oleh empat orang lelaki yang berpakaian serba hitam, dan mereka justru merupakan teman teman si penjahat yang telah dibinasakan dikota Pao kee tin.
Si penjahat yang mengacau di kota Pao kee tin sebenarnya bukan merupakan sembarang penjahat, oleh karena dia adalah salah seorang tokoh Hong bie pang yang bernama Oey Koan Bie, yang mahir ilmu silatnya serta dikenal sebagai si "Garuda Bertanduk Tunggal”.
Kedatangan Oey Koan Bie di kota Pao kee tin adalah sebagai utusan dari Hong bie pang buat menemui pejabat pemerintah setempat untuk membicarakan kemungkinan dibukanya cabang Hong bie pang di kota Pao kee tin.
Liang tay jin atau pejabat pemerintah kota Pao kee tin, sudah tentu tidak mau dengan mudah menyetujui usul pihak Hong bie pang, sekiranya Oey Koan Bie tidak membawa sepucuk surat dari 'seseorang' yang sangat berwibawa atau berpengaruh, yang memang dengan seenaknya dapat memerintah si pejabat kota Pao kee tin itu. Dalam pembicaraan selanjutnya, Liang tay jin menanyakan tentang perlunya pembiayaan untuk membentuk cabang Hong bie pang di kota Pao-kee tin, namun pertanyaan si pejabat pemerintah itu hanya dijawab dengan tawa dari Oey Koan Bie dan sejak saat itu di kota Pao kee tin sering terjadi perkara perampokan barang- barang berharga yang ternyata dilakukan oleh Oey Koan Bie, dengan hasilnya untuk digunakan buat membuka cabang Hong bie pang, disamping buat Liang tayjin yang ikut mendapat bagian sehingga adanya pasukan penjaga keamanan yang katanya untuk menangkap si penjahat sudah tentu melulu buat menutup mata masyarakat setempat, sedangkan si penjahat dapat merajalela seenaknya, bahkan menumpang tinggal didalam rumah si pejabat pemerintah setempat, sehingga tidak mungkin dapat ditangkap oleh pasukan tentara keamanan.
Kemudian Hong bie kauwcu mengirim lagi empat orang utusan untuk diperbantukan bagi rencana kerja Oey Koan Bie, dan empat orang ini justru sedang mencurigai Pouw Keng Thian, karena ia heran berada ditempat pemuda itu menginap, pada waktu terjadi pertempuran antara Pouw Keng Thian dan Ma Kim Hwa, melawan si pemuda bermuka hitam Sie Peng An, sampai kemudian terjadi pembicaraan antara Pouw Keng Thian berdua Ma Kim Hwa yang menyinggung nama Hong bie pang.
Rasa curiga ke empat orang Hong bie pang terhadap Pouw Keng Thian itu, sudah mereka laporkan kepada Oey Koan Bie; akan tetapi sebelum mereka sempat mengambil sesuatu tindakan, ternyata Oey Koan Bie justeru tewas ketika malam itu sedang melakukan pekerjaannya.
Dengan tewasnya Oey Koan Bie sudah tentu ke empat orang Hong bie pang itu mencurigai sebagai perbuatannya Pouw Keng Thian, sehingga mereka segera mendatangi tempat pemuda itu menginap, akan tetapi mereka datang setelah Pouw Keng Thian berangkat, sebab berita tentang tewasnya Oey Koan Bie sampai siang baru mereka peroleh.
Dengan memakai empat ekor kuda mereka melakukan pengejaran, sehingga dalam waktu yang singkat mereka telah berhasil menyusul Pouw Keng Thian, lalu secara membabi buta mereka melakukan penyerangan dan pengepungan.
Sesungguhnya Pouw Keng Thian sangat heran karena dia tidak mengetahui, dengan siapa atau dengan pihak gerombolan mana yang sedang mengepung dia.
Pemuda ini sedang asyik melakukan perjalanan sambil melamun. Lalu secara tiba-tiba dia hampir diseruduk oleh dua ekor kuda, padahal dia sudah menyisih waktu mengetahui adanya beberapa pengendara kuda yang hendak melewati dia.
Belum sempat Pouw Keng Thian memaki, maka tiba- tiba suatu senjata rantai baja dengan bandul bagaikan mata tombak, menyambar kearahnya.