Pendekar Bunga Cinta Chapter 51

NIC

pikirkan hal itu, aku nanti bantu kau ,"

Dara Ma Kim Hwa menunda perkataannya, selagi Tio Bun Wan mengawasi dia seperti membelalak, dan dara yang semula dianggap pemarah itu kemudian menuang arak untuk mengajak Tio Bun Wan minum, setelah itu baru dia menyambung perkataannya : "....esok pagi kemana tujuan kau ?" "Aku hendak ke dusun Lam-boan ceng untuk menyambangi makam orang-tua, setelah itu aku hendak mencari markas Hong-bie-pang "

Dara Ma Kim Hwa terdiam berpikir, setelah itu baru dia berkata lagi :

"Letak dusun Lam-hong ceng tidak jauh terpisah dari kota Lam yang. Dikota itu menjadi tempat perusahaannya pamanku, Cin-wan piauwkiok, kau singgah ditempat pamanku dan kau beritahukan tempat tujuanmu setelah kau menyambangi makam orang-tuamu. Sementara ini aku harus ke kota Bok-kee tin, dan sesudah melakukan tugas itu aku akan singgah ditempat paman dan akan menyusul kau setelah aku mengetahui tujuanmu "

"Tetapi, Ma kouwnio ... " kata Tio Bun Wan yang terkejut dengan niat dara yang baru dikenalnya itu; namun dia tidak sempat bicara lebih lanjut, sebab dara Ma Kim Hwa telah mencegah :

“Kau jangan merintangi niatku yang hendak membantu

kau, sebab itu berarti kau tidak menghargai persahabatan ...

"

Tio Bun Wan tak kuasa mengucap sesuatu, lagi-lagi dia terdiam berpikir; lalu akhirnya dia berkata:

"Terima kasih atas perhatian Ma kouwnio--''

Dara Ma Kim Hwa jadi berseri-seri girang, sehingga bertambah erat dia memegang sebelah tangan pemuda itu; sampai akhirnya mereka berpisah dan memasuki kamar masing-masing, sebab ternyata dara Ma Kim Hwa juga menginap di tempat penginapan itu.

Setelah berada seorang diri didalam kamarnya, maka Tio Bun Wan rebahkan diri dan memikirkan dara Ma Kim Hwa. Tidak dia sangka bahwa dalam perjalanannya itu dia sempat berkenalan dengan seorang dara yang manja dan pemarah namun yang sakti ilmunya, serta sudi menolong dia dalam usahanya hendak mencari balas terhadap musuh yang telah membinasakan kedua orang tuanya.

Dengan adanya kesediaan dara Ma Kim Hwa yang katanya hendak membantu dia, maka Tio Bun Wan justeru menjadi takut untuk meneruskan perkenalannya dengan dara manja dan pemarah itu, takut bahwa dia akan terlibat dengan urusan cinta sebab dia bermaksud untuk mencukur kepala, mengikuti jejak gurunya !

Dari itu pada waktu dara Ma Kim Hwa menanyakan dia tentang tujuannya esok pagi; maka dia tak mengatakan bahwa dia bermaksud menangkap penjahat yang sedang melanda di Kota Pao-kee tin yang memungkinkan dia meninggalkan kota ini pada esok harinya.

Seorang diri Tio Bun Wan kemudian memutuskan, bahwa dia akan pindah kelain tempat penginapan, sekiranya dara Ma Kim Hwa tidak pergi pada esok pagi.

Teringat dengan si penjahat yang sedang mengacau keamanan kota Pao-kee tin, maka Tio Bun Wan menjadi teringat dengan laki laki muda bermuka hitam yang tadi mereka tempur. Dugaan Tio Bun Wan sangat meyakinkan dia bahwa si pemuda muka hitam itu adalah si penjahat. Tetapi sudah tentu Tio Bun Wan tidak dapat sembarangan menangkap dan menuduh seseorang tanpa bukti.

Adalah menjadi rencana Tio Bun Wan bahwa tengah malam itu dia hendak keluar melakukan penyelidikan, mengharap dapat menangkap si penjahat selagi si penjahat melakukan kegiatannya.

Selagi pemuda ini memikirkan tentang si penjahat dan tentang dara Ma Kim Hwa, mendadak dia mendengar pintu kamarnya ada yang ketok, dan terdengar suara dara Ma Kim Hwa yang menyapa dia.

Tio Bun Wan diam terpesona. Dia ragu-ragu untuk menyambut dan membukakan pintu kamarnya, akan tetapi dia teringat dengan sifat manja dan watak pemarah dari dara Ma Kim Hwa; dari itu pemuda ini lalu membukakan pintu kamarnya :

"Eh, kau belum tidur .. ?" tanya dara Ma Kim Hwa dengan muka berseri-seri; dan bagaikan terpaksa Tio Bun Wan menyilahkan dara pemarah itu masuk.

“Tidak usah aku masuk ..." kata dara pemarah yang sekarang kelihatan bersikap ramah, sambil dia menyertai seberkas senyum ria dan berkata lagi :

".. ,aku datang karena hendak memberikan sekedar hadiah atau tanda mata sebagai kenang-kenangan dari perkenalan kita . , .”

Dara Ma Kim Hwa menyudahi perkataannya dengan menyerahkan sesuatu bungkusan kepada Tio Bun Wan; tetapi waktu dilihatnya Tio Bun Wan ingin menolak pemberiannya itu; maka dengan perlihatkan muka tidak puas dara yang pemarah itu berkata lagi ;

"Jangan kau tidak terima pemberianku ini. Aku akan marah karena kau menyinggung perasaanku dan tidak menghargai persahabatan kita ..."

"Tetapi; Ma kouwnio ...'' "Tidak ada tetapi ... !"

Tio Bun Wan terpaksa mengambil bungkusan pemberian dara Ma Kim Hwa, dan pemuda itu menjadi agak terkejut karena merasakan itu, namun dia terpengaruh dengan seberkas senyum yang cerah menghias muka dara Ma Kim Hwa, yang waktu itu sudah bergegas hendak meninggalkan Tio Bun Wan.

"Ma kouwnio "

"Apa lagi ?''

"Terima kasih !"

Sekali lagi dara Ma Kim Hwa perlihatkan senyum-ria yang mulai menawan hati Tio Bun Wan, dan waktu pemuda itu sudah berada sendirian, maka dibukanya bungkusan pemberian dari Ma Kim Hwa, dan pemuda itu terdiam mengawasi bungkusan yang ternyata berupa sejumlah uang perak !

Segera hati-kecil Tio Bun Wan menganggap bahwa dara Ma Kim Hwa yang mulai menawan hatinya itu telah menghina dia. Akan tetapi dilain detik Tio Bun Wan teringat dengan peristiwa yang terjadi dihadapan si pengurus rumah penginapan tadi.

Waktu itu sikap Tio Bun Wan yang rela hendak memberikan ganti rugi kepada si pengurus rumah penginapan, rupanya dapat diketahui oleh Ma Kim Hwa, dan dara yang pemarah tetapi manja itu merasa yakin bahwa Tio Bun Wan tidak cukup mempunyai uang buat diberikan kepada si pengurus rumah penginapan.

Agaknya dara-pemarah tetapi yang manja itu tidak mau merobah perkataannya bahwa dia tidak sudi memberikan ganti rugi akibat terjadinya pertempuran tadi, namun secara tidak langsung dara Ma Kim Hwa memberikan melalui Tio Bun Wan.

('watak manusia memang banyak yang aneh .... ') pikir Tio Bun Wan didalam hati; dan secara tidak langsung dia teringat dengan watak seseorang yang pernah dia kenal selagi dia masih berkumpul dengan seseorang itu didalam kuil 'Siao-lim', sama-sama belajar ilmu silat dibawah pengawasan Tek ceng taysu.

!!i-Z.X 2 !il

Tengah malam itu Tio Bun Wan keluar dengan memakai pakaian khusus serba hitam. Dia keluar lewat jendela kamar dan lompat naik ke atas genteng.

Didekat kamar dara Ma Kim Hwa, sejenak Tio Bun Wan berhenti mengawasi. Dia mendapati kamar dara pemarah itu diterangi dengan api-pelita yang menyala kecil menandakan dara itu tidur dengan tidak memadamkan api pelita. Setelah sejenak berhenti, maka Tio Bun Wan berlari- lari melompati berbagai genteng rumah, memilih arah bagian barat kota Pao-kee tin, untuk mulai mencari jejak si penjahat. Akan tetapi, malam itu sia sia Tio Bun Wan memutari kota Pao-kee tin, oleh karena sampai lewat jam tiga dia tidak menemukan adanya sesuatu yang mencurigai.

Akhirnya Tio Bun Wan kembali kerumah penginapan dan memasuki kamarnya, sedangkan esok harinya sampai matahari naik tinggi dia tertidur, dan waktu dia bangun maka seorang pelayan memasuki kamarnya dengan menyerahkan secarik surat buat dia.

Waktu Tio Bun Wan menanyakan dari siapa gerangan surat itu, maka si pelayan mengatakan bahwa surat itu dari Ma kouwnio (nona Ma), yang katanya sudah berangkat sejak hari masih pagi.

Posting Komentar