Sedih hati liehiap Liu Giok Ing bercampur terkejut, waktu dia mendengar keterangan dari pendeta Lee-ceng taysu dari kuil Siao-lim yang terkenal sakti ilmunya. Sedih karena dia menderita luka parah selagi dia hendak menyusul Kwee Su Liang, dan sebelum dia mampu melakukan balas dendam terhadap tewasnya suaminya. Apa yang harus dilakukannya kalau dia sampai menjadi lumpuh? Apalagi setelah diketahuinya bahwa dia sedang hamil, seperti yang telah dikatakan oleh Lee-ceng taysu. Sementara itu Toan ho touwsu kemudian menambahkan keterangan yang sudah diberikan oleh Lee ceng taysu bahwa dikota Lam yang, Toan ho touwsu mempunyai seorang sahabat yang bernama Liauw Tek Jin, seorang thabib bangsa cina yang pernah lama menetap di Kui ciu (Inlan), sehingga banyak dia belajar berbagai pengetahuan tentang bisa racun, baik yang berasal dari kotoran, binatang ataupun dari tumbuh-tumbuhan. Dianjurkan supaya liehiap Liu Giok Ing menemui si thabib Liauw Tek Jin, karena Toan-ho touwsu merasa yakin thabib itu dapat menolong liehiap Liu Giok Ing.
Dengan hati terharu Cheng-hwa liehiap Liu Giok Ing sekali lagi mengucap terima kasih kepada dua pendeta yang telah menolong dia; kemudian oleh karena pendeta itu masih mempunyai urusan lain yang katanya sangat penting, maka liehiap Liu Giok Ing hanya disewakan sebuah kereta kuda, untuk dia segera berangkat ke kota Lam-yang.
Sementara itu, dipihak musuh yang mengepung Cheng hwa liehiap Liu Giok Ing, agaknya mereka merasa sangat penasaran, oleh karena disaat mereka hampir berhasil membinasakan si pendekar bunga cinta, mendadak datang dua orang pendeta sakti yang memaksa mereka melarikan diri. Mereka tidak dikejar, dari itu mereka tidak lari jauh. Mereka kehilangan jejak Liu Giok Ing, akan tetapi dari pengurus tempat Liu Giok Ing menginap, mereka mengetahui bahwa Liu Giok Ing telah datang mengambil pakaiannya, dan melakukan perjalanan memakai sebuah kereta kuda.
Dengan seringkali menanya kepada orang-orang yang mereka temui disepanjang perjalanan, mereka terus melakukan pengejaran sampai kemudian mereka ikut memasuki kota Lam yang, namun tak mudah mereka menemukan Cheng hwa liehiap Liu Giok Ing. Sementara itu, menurut catatan lama yang kertasnya sudah pada kuning hijau merah warnanya, dan yang menyangkut urusan tentang perkembangan partay-partay ilmu silat didaratan negeri cina - katanya golongan partay dari Siao-lim-sie dan partay Bu tong berasal dari satu aliran yang kemudian saling bertentangan. Asal mula pertentangan itu katanya disebabkan urusan kitab pelajaran ilmu silat hasil karya Tat-mo couwsu, seorang pendeta sakti yang hidupnya lebih banyak dibaktikan kepada sang Budha yang maha pengasih.
Kemudian antara partai Ngo bie dan Kun lun juga pernah terjadi pertentangan dalam urusan pedang sakti, namun pertentangan antara dua golongan ini agaknya sudah dapat diredakan, terbukti adanya jalinan hubungan baik antara Tek seng sian jin dari golongan Kun lun, dengan Cay hong suthay dari golongan Ngo bie.
Sudah lama Cay hong suthay mengasingkan diri, menghindar segala urusan orang-orang rimba persilatan yang selalu memusingkan kepala. Akan tetapi berdasarkan pengalaman dan hubungan luas dimasa mudanya, maka meskipun dia telah hidup menyendiri, tapi masih banyak rekan-rekan seperjuangannya tempo dulu yang masih suka menyambangi, sehingga segala perkembangan dikalangan rimba persilatan banyak dia ketahui.
Demikian pada hari itu, Secara mendadak Cay hong suthay kedatangan tiga orang teman yang berupa Kun lun sam kiamhiap yang terdiri dari Lee Beng Yan, Lim Ceng Yio dan Song Thian Hui.
Ketiga pendekar pedang dari Kun lun ini masih gemar keliaran dikalangan rimba persilatan, meskipun mereka sudah merupakan kakek-kakek, sehingga nama mereka seringkali disebut-sebut oleh -ki dalang- yang sering 'nung- nung kweng’ dikelenteng toa se bio. Perjalanan Kun lun sam kiamhiap bertiga adalah dalam rangka urusan sarung tangan sakti Ciam hua giok siu, yang dahulu kala sering merajalela dengan ganasnya, dan senjata itu sekarang katanya digunakan oleh Koay-to ong Pek Tiong Thian, si biang hantu aneh yang kejam, yang bahkan telah berhasil membinasakan 3 persaudaraan Kim yang menjadi saudara seperguruan dari Cay hong suthay.
Sudah tentu Cay hong suthay menjadi sangat terkejut waktu menerima berita itu. Sepasang tangannya yang putih halus cepat-cepat meraih bunga-bunga tasbih yang mengalungi lehernya, sedang didalam hati dia memuji sang Budha, tak hentinya menyebut 'om-to-hud'; berdoa supaya rasa dendam menghindar dari dirinya.
Jelas ketiga persaudaraan Kim merupakan orang-orang dari golongan 'ngo bie', seperti juga Cay hong suthay; tetapi Kun lun sam-kiamhiap merupakan orang-orang 'kun-lun'; tapi sebagai bukti rasa setia kawan, ketiga pendekar dari 'Kun-lun' melakukan perjalanan hendak menuntut balas dendam terhadap diri Koay-lo ong Pek Tiok Thian.
Memang, sejak dahulu kala telah terjadi pertentangan antara Pek Tiong Thian dari golongan Thiang pek pay dan Kun-lun pay sebenarnya merupakan hasil fitnah Pek Tiong Thian yang terkenal pintar menghasut.
"Heran, mengapa sarung tangan Ciam-hua giok-siu milik Koay-hiap Jie Cu Lok bisa berada pada Pek Tiong Thian.......?" gerutu Cay-hong suthay yang kelihatan berpikir, dan gerutunya itu cukup didengar oleh ketiga tamunya.
"Benar. Sarung tangan Ciam hua giok siu memang milik Koay-hiap Jie Cu Lok, akan tetapi sudah diberikan kepada murid tunggalnya...” Kiamhiap Sang Thian Hai yang terdengar memberikan penjelasan kepada Cay hong suthay, dan ternyata sanggup membikin muka bhiksuni tua itu jadi berobah merah, teringat dengan pengalaman tempo dulu.
"Tayhiap Wei Beng Yam ?" Cay hong suthay bersuara perlahan.
"Benar. Akan tetapi kami ragukan tindakan Wei Beng Yam yang kelihatannya erat hubungannya dengan Pek Tiong Thian." Kiam-hiap Lim Ceng Yao yang ganti bicara, sambil dia mengawasi bhiksuni tua itu dengan sepasang matanya yang masih bersinar tajam.
"Sampai sejauh bagaimana hubungan baik antara tayhiap Wei Beng Yam dan Pek Tiong Thian, kalau menurut penilaian Lim heng?" Cay hong suthay bersuara menanya, terasa cepat tanpa dia menyadari, sementara nada suaranya jelas bahwa dia berada di pihak Wei Beng Yam.
Sebagai saudara seperguruan yang tertua dan banyak mengetahui tentang hubungan baik yang pernah terjalin antara Cay-hong suthay dengan Wei Beng Yam, maka cepat-cepat Lee Beng Yan yang ganti bicara :
"Lepas dari persoalan hubungan baik antara Pek Tiong Thian dengan Wei Beng Yam, kami bermaksud mendaki gunung Thiang Pek-san buat minta keadilan kepada Hong Jin Eng, buat urusan ketiga persaudaraan Kim..."
"Atau barangkali Lee-heng menghendaki siao moay yang turun gunung buat mencari Pek Tiong Thian ..?" kata Cay hong suthay; terlalu cepat tetapi tetap lembut terdengar nada suaranya.
Mendengar nada suara Cay hong suthay, maka Kun lun sam-kiam-hiap merasa yakin bahwa biarawati itu sudah tersinggung perasaannya; meskipun dia sengaja memakai istilah 'siao-moay’ sebagai kata ganti dirinya, seperti yang biasa terjadi diwaktu usia mereka masih sama-sama muda. Baik Lee Beng Yan maupun Lim Ceng Yao dan Song Thian Hui, sejenak mereka jadi terdiam tidak memberikan jawaban.
Ketiga persaudaraan Kim yang dikatakan tewas ditangan Pek Tiong Thian adalah orang-orang dari golongan Ngo bie pay, oleh karenanya memang sudah merupakan suatu 'kewajiban' bagi Cay hong suthay yang menyelesaikan urusan itu. Namun karena mengingat dengan persahabatan mereka, maka ketiga jago-jago Kun lun itu sudah menyediakan diri terlebih merekapun mengetahui tentang adanya hubungan baik antara Wei Beng Yam dengan Cay hong suthay, serta keadaan Cay-hong suthay yang sekarang sudah mengasingkan diri.
Sejak masih merupakan bocah yang ingusan, Cay hong suthay memang bertetangga dengan Wei Beng Yam. Kemudian Cay hong suthay mengikuti gurunya jauh ke atas gunung Ngo bie san untuk belajar ilmu silat, sehingga kedua bocah itu menjadi terpisah.
Wei Beng Yam adalah putera tunggal dari Wei Tan Wie, seorang pendekar perkasa yang pernah menjelajah rimba persilatan dengan sebatang pedang sakti dan sebuah cincin terbang (hui hian sin kiam).
Kemudian Wai Tan Wie tewas tanpa Wei Beng Yam mengetahui siapa sebenarnya yang telah membinasakan ayahnya. Dalam usianya yang masih muda, Wei Beng Yam merantau melakukan penyelidikan, sampai dia bertemu dan menjadi murid tunggal dari Koayhiap Jie Cu Lok, dan keduanya menghilang dari pergaulan umum, sampai disuatu saat Wei Beng Yam muncul sebagai seorang pendekar muda yang sakti.
Sesuai dengan gelarnya, koayhiap Jie Cu Lok adalah seorang gagah yang aneh sepak terjangnya, mengakibatkan banyaknya pertentangan pendapat dikalangan orang-orang rimba persilatan, terlebih oleh mereka yang pernah menyaksikan betapa hebatnya ilmu 'tay-yang sin jiauw' atau tenaga cakar sakti, serta betapa ampuhnya sarung tangan Ciam hua-giok siu yang tak mempan kena berbagai macam senjata tajam !
Kebanyakan orang-orang gagah dari berbagai golongan, merasa 'ogah' perlihatkan sikap yang menentang jika mereka berhadapan koayhiap Jie Cu Lok, tetapi lain halnya jika mereka berhadapan dengan Wie Beng Yam yang masih muda usianya, sehingga didalam perantauan hendak mencari jejak musuh yang telah membinasakan ayahnya, maka Wie Beng Yam menghadapi banyak kesukaran dan rintangan, terlebih kalau orang mengetahui bahwa dia adalah muridnya koay hiap Jie Cu Lok, sehingga sering terjadi pertempuran akibat Wie Beng Yam tak kuasa membendung amarah !
Kemudian terjadi pertempuran antara Wie Beng Yam dan dara sakti Lian Cay Hong, bekas teman bermain selagi mereka merupakan bocah-bocah yang bertetangga, dan sebagai kelanjutan persahabatan mereka, maka terjalin hubungan yang akrab dan mesra, namun berakhir dengan suatu derita bagi dara Lian Cay Hong, akibat terlalu banyaknya orang-orang yang menentang Wie Beng Yam, termasuk gurunya Lian Cay Hong sehingga dara sakti yang kehilangan kasih mesra itu untuk seterusnya tidak menikah, sebaliknya Wie Beng Yam kemudian menikah dengan anaknya Sin eng Kiu It yang bernama Kiu Siok Hwa, dan pasangan suami isteri yang perkasa itu kemudian menghilang dari kalangan rimba persilatan, sampai tiba-tiba Kun lun sam kiamhiap datang membawa berita tentang sarung tangan Tjiam hua giok siu yang biasanya tak pernah berpisah dari Wei Beng Yam ! Akan tetapi, kedatangan Kun lun sam kiamhiap hanya mengakibatkan mereka merasa kecewa, sebab mereka merasa menghadapi sikap yang acuh dari Cay hong suthay yang sudah mereka kenal sejak masih memakai nama Lian Cay Hong.
Dua hari setelah Kun lun sam kiamhiap meninggalkan gunung ngo bie san, maka Cay hong suthay yang biasanya hidup tenang mengabdi sang Buddha, keadaannya berobah diliputi rasa gelisah dan resah, bahkan sampai berulangkali Cay hong suthay harus menyebut 'omi to hud', oleh karena secara mendadak jiwanya bergetar dan hatinya ikut berguncang-guncang, teringat dengan 'api lama' selagi dia memadu kasih dengan tayhiap Wei Beng Yam !
Berulangkali Cay hong suthay mengulang memuji sang Budha dengan menyebut ,o-mie to-hud', tapi selalu dia gagal mengatasi rasa gelisah dan resah itu, sampai akhirnya Cay-hong suthay memanggil nenek Ong untuk bantu mengawasi dua bocah muridnya yang sedang mempelajari ilmu silat, setelah itu dia pergi meninggalkan gunung Ngo- bie san dengan tujuan hendak menemui Hong Jin Eng diatas gunung Thiang-pek san !
Setelah jauh meninggalkan gunung Cou-lay san maka Cay-hong suthay bertemu dengan si golok maut Go Bun Heng, seorang pemuda yang menjadi ahliwaris dari See gak hua kunbun golongan hurup Heng.
Dahulu pendiri partay See gak hua kunbun adalah Pek see siansu atau orang tua sakti dari pasir putih. Pek see siansu mempunyai 5 orang murid yang kemudian saling bertentangan yang mengakibatkan mereka memisah diri dan saling membentuk kelompok, sehingga terjadi 5 Kelompok orang orang See gak hua kunbun yang dikemudian hari dikenal sebagai golongan golongan hurup Heng, Hee, Thian; yakni berdasarkan nama-nama dari kelima orang murid yang saling bertentangan itu.
Dalam pertemuan dan pembicaraan yang mereka lakukan, si golok maut Go Kun Heng menyebut nama Yap Seng Lim, seorang piauw-tauw terkemuka di wilayah selatan, membikin Cay hong suthay jadi teringat lagi dengan kejadian tempo dulu waktu dia masih muda.
Akibat urusan Wei Beng Yam, maka dara Lian Cay hong pernah bertempur dengan piauwtauw Yap Seng Lim; padahal piauwsu kepala itu sangat dimalui dikalangan rimba persilatan, tidak melulu sebab kepandaian ilmu silatnya, tetapi juga karena sikapnya yang ramah tamah dan setia kawan. Dara Lian Cay hong bertempur melawan Yap Seng Lim, melulu sebab Yap Seng Lim sangat membenci Wei Beng Yam.