Konon disaat lelaki setengah baya itu kelihatan sudah sangat terdesak, maka liehiap Liu Giok Ing lompat keluar dari tempat dia mengintai, dan memasuki arena pertempuran. "Siapa kalian ...!" bentak liehiap Liu Giok Ing yang sedang merintang ketiga orang yang memakai tutup muka itu.
“Ha-ha-ha ...” tawa salah satu dari kedua orang itu yang menghadapi liehiap Liu Giok Ing; sementara yang seorang berhasil membebaskan diri dan meneruskan bertempur melawan si 'kakek' yang memakai senjata huncwee. Dan orang yang tertawa itu kemudian meneruskan berkata:
"... rupanya sipendekar penyebar cinta sudah cukup lama menonton, lalu memilih kita buat dijadikan lawan bermain cinta... !"
Ikut tertawa temannya yang mendengarkan perkataan itu sebaliknya meluap kemarahan liehiap Liu Giok Ing yang merasa diejek dan dihina. Gelarnya sebagai pendekar yang bersenjata bunga cinta disebut sebagai pendekar penyebar cinta; dan memilih lawan untuk bertempur, dikatakan memilih lawan untuk bermain cinta!
Liehiap Liu Giok Ing berteriak marah-marah dan mengomel-ngomel yang saya kagak bisa terjemahkan disini, sebab ngocehnya pakai bahasa Kanton; akan tetapi sebelum dia lompat menyerang menggunakan gerak tipu macan betina ngebut anak, maka secara tiba-tiba dia merasakan adanya angin serangan dari arah sebelah belakang !
Dengan suatu gerak yang indah, liehiap Liu Giok Ing berhasil menghindar dari serangan yang membokong. Akan tetapi dia menjadi kaget waktu sempat melihat orang yang memakai tutup muka dengan kain hitam, menandakan mereka berkawan!
Jelas bahwa Cheng hwa liehiap Liu Giok Ing kena perangkap. Pertempuran yang tadi berlangsung ternyata hanya suatu permainan belaka, sehingga sekali lagi liehiap Liu Giok Ing harus berpikir, entah siapa sesungguhnya laki laki setengah baya yang kurang ajar itu!
Akan tetapi, pada saat itu liehiap Liu Giok Ing tidak sempat berpikir lama, sebab lagi-lagi dia telah diserang; bahkan sekaligus oleh empat orang yang kemudian telah mengepung dan mengurung dari empat penjuru.
Setelah sekarang saling berada berdekatan dan saling bertempur, maka liehiap Liu Giok Ing dapat membuktikan betapa berbahaya lelatu anak-api yang keluar berhamburan dari laki-laki setengah baya itu, yang bisa nyelekit nyelekit kalau kena kulit; setelah membakar baju liehiap Liu Giok Ing yang pada bolong sebab dibikin dari bahan yang serba tipis sehingga tak ubahnya seperti penggemar menghisap rokok 'nyi-sam-su'.
KECUALI lelatu anak api yang ganas berbahaya itu, ternyata asap yang mengepul keluar dari huncwee juga tidak kurang berbahayanya; sebab ternyata mengeluarkan bau yang tidak sedap, yang bisa bikin orang jadi 'fly fly' seperti kena isap asap-ganja, yang bahkan terasa menyesakkan dada liehiap Liu Giok Ing.
Kemudian liehiap Liu Giok Ing menyadari, bahwa ketiga laki laki yang memakai tutup muka itu tidak terpengaruh oleh bau asap huncwee, sebab hidung mereka terlindung atau tertutup dengan secarik kain. Sedangkan orang setengah baya yang memiliki huncwee itu, sudah tentu memiliki semacam obat untuk melawan bau asap hasil senjatanya yang istimewa itu. Dengan demikian maka teringat liehiap Liu Giok Ing dengan seseorang dari daratan barat Thibet, yang merajalela didaratan cina dan seseorang itu adalah See thian tok-ong Sila Ponchay, si biang racun dari barat! "Apakah kau yang bernama See-thian tok ong Sila Ponchay . , . ?" tanya liehiap Liu Giok Ing yang ingin memperoleh sesuatu ketegasan.
"ha ha ha ! ternyata kuntianak penyebar cinta ini mengetahui juga namaku . , ,!" Sila Ponchay tertawa dan berkata, yang secara tidak langsung telah membenarkan pertanyaan liehiap Liu Giok Ing; namun sengaja dia telah berkata secara mengejek, bahkan dengan memakai istilah 'kuntianak' yang sanggup membikin darah liehiap Liu Giok Ing menjadi bertambah 'mendidih' namun yang sekaligus menjadi terkejut.
Justeru selagi liehiap Liu Giok Ing merasa terkejut karena tidak menduga bakal mendapat kesempatan bertemu dan bertempur melawan biang racun dari barat itu, maka Sila Ponchay telah menyerang lagi memakai senjatanya yang istimewa, dan pada waktu senjatanya itu yang kena ditangkis oleh pedang 'Ku tie kiam' maka ternyata pedang yang tajam dan ampuh itu sekali ini tidak berdaya memapas buntung huncwee yang istimewa itu sebaliknya justeru asap hitam jadi mengepul keluar, ditambah dengan percikan lelatu anak api yang semuanya mengarah ke Liu Giok Ing tanpa dapat dikendalikan.
Benturan senjata yang tadi terjadi, telah pula mengakibatkan tenaga dalam Liu Giok-Ing jadi tergempur, disamping lagi-lagi serangan asap yang bau telah memasuki paru paru melewati hidungnya, meskipun Liu Giok-Ing dapat menghindar dari percikan lelatu anak api !
Adalah merupakan hal yang sangat mengherankan, bahwa Liu Giok Ing yang mahir tenaga dalam, dengan mudah telah tergempur meskipun oleh lawan yang memiliki tenaga besar. Adanya Liu Giok Ing yang tak kuasa melawan atau menahan gempuran itu, melulu oleh karena dia telah terkena asap racun yang keluar dari senjata lawannya, disamping tanpa dia menyadari, saat itu sebenarnya Liu Giok Ing sedang hamil; menyimpan benih dari si pendekar tanpa bayangan Kwee Su Liang !
Disaat berikutnya, Liu Giok Ing diserang oleh musuh yang bersenjata golok. Dia tidak mau menangkis karena ragu-ragu dengan tenaganya yang mendadak sudah berkurang banyak, dari itu dengan gerak belibis putih terbang ke sawah dia lompat kesebelah kiri untuk menghindar, akan tetapi dia menjadi kaget, karena dia merasakan geraknya ikut menjadi sangat lambat, merasa hilang kegesitan dan kelincahan tubuhnya, sehingga lengan bajunya terkena tikaman golok dan robek.
Cheng hwa liehiap Liu Giok Ing menjadi sangat cemas. Dia menyadari bahwa dia sedang menghadapi lawan-lawan berat, disamping dia sudah terkena asap racun yang dapat melumpuhkan tubuhnya. Sia-sia dia berlaku nekad karena benar-benar tak kuasa lagi dia mengendalikan kemampuannya. Hanya di dalam hati dia berteriak, mengapa ajalnya secepat itu tiba, selagi dia hendak menyusul dan ingin bertemu dengan si pendekar tanpa bayangan Kwee Su Liang, disamping dia belum mampu membalas dendam suaminya yang tewas karena fitnah !
Kemudian datang lagi serangan dari See-thian tok-ong Sila Poncay !
Oleh karena merasa tidak mungkin berhasil menghindar buat berkelit dari serangan itu, maka dengan mengerahkan sisa tenaganya yang ada, liehiap Liu Giok Ing menangkis memakai pedang 'Ku-tie-kiam', sehingga terjadi lagi senjata mereka saling bentur, dengan akibat pedang Ku-tie-kiam terlempar lepas dari tangan liehiap Liu Giok Ing, sementara dari senjata See thian tok-ong Sila Ponchay kembali telah mengeluarkan percikan lelatu anak api serta asap hitam yang mengulak mengandung racun. Menyusul kemudian punggung liehiap Liu Giok Ing terkena serangan senjata gada besi dari seorang musuh lain, yang membikin liehiap Liu Giok Ing memuntahkan darah dari mulutnya, dan dia roboh lupa diri!
oooo( -)oooo
WAKTU kemudian Cheng hwa liehiap Liu Giok Ing tersadar lagi, maka dia mendapatkan dirinya sedang duduk bersandar pada sebuah pohon; masih ditempat bekas pertempuran tadi, namun bekas lawannya sudah tak kelihatan, sebaliknya didekatnya dia melihat adanya seorang pendeta dari kuil Siao lim yang dia kenal bernama Lee-ceng taysu, dan seorang pendeta lagi yang kelihatannya masih muda usianya, namun yang dia tidak kenal dan yang bertubuh tinggi serta bermuka hitam.
Namun demikian, Cheng hwa liehiap Liu Giok Ing merasa yakin bahwa jiwanya sudah ditolong dengan kehadirannya Lee-ceng taysu berdua dari itu dalam keadaan yang masih lemah dia paksakan diri untuk bersenyum dan mengucap terima kasih.
Kemudian Lee-ceng taysu memperkenalkan teman seperjalanannya yang katanya bernama Toan ho touwsu, seorang pendeta dari suku bangsa Biauw, berasal dari perbatasan propinsi Kui-ciu, Inlan (Tali).
Sekilas Cheng hwa liehiap Liu Giok Ing jadi terkejut, ketika dia mendengar nama Toan ho touwsu yang katanya bertempat kediaman di propinsi Kui ciu, Inlan (Tali); yang merupakan asal tempat kediaman Touw liong cuncia yang gurunya liehiap Liu Giok Ing, didalam hati liehiap Liu Giok Ing merasa yakin bahwa Touw-ho touwsu merupakan salah seorang pendata yang menyebar agama Llama yang pakaiannya memang berbeda dengan Lee ceng taysu yang dari kuil Siao-lim. Akan tetapi, nama Toan-ho touwsu tidak dikenal dan belum pernah didengar oleh liehiap Liu Giok Ing, sebaliknya Touw ho-touwsu yang bersahabat dengan Lee ceng taysu, diluar tahu liehiap Liu Giok Ing ternyata pendeta itu memang kenal dengan Touw liong cuncia.
Sementara itu dikatakan oleh Lee ceng taysu, bahwa luka yang diderita oleh Cheng hwa liehiap Liu Giok Ing sebagai akibat pertempurannya, adalah luka dibagian dalam bekas kena pukulan gada besi dan terkena asap beracun dari See thian tok-ong Sila ponchay.
Dikatakan selanjutnya oleh Lee ceng taysu, bahwa teman seperjalanannya telah memberikan obat kepada liehiap Liu Giok Ing akan tetapi obat itu bukanlah untuk menyembuhkan penyakit terkena bisa racun yang diderita liehiap Liu Giok Ing, melainkan sekedar untuk menghilangkan rasa sakit dan mencegah menjalarnya bisa racun yang masih mengeram dalam paru-paru liehiap Liu Giok Ing. Ada baiknya bila liehiap Liu Giok Ing terkena pukulan gada besi sehingga dia muntahkan darah, sehingga bagian dari bisa racun itu sudah keluar tanpa disengaja, tapi bisa racun yang masih mengeram didalam paru-paru, setiap waktu bisa mengakibatkan Cheng hwa liehiap Liu Giok Ing menjadi lumpuh yang sukar ditolong, disamping juga akan mempengaruhi benih bayi didalam kandungannya !