Pedang Kiri Pedang Kanan Chapter 53

NIC

Tosu tua itu terus menerjang ke arah Ciamtay Boh-ko, Senjata Ciamtay Boh-ko adalah sebilah golok sabit, begitu cepat permainan goloknya, sekali tabas tentu jatuh satu korban, tiada serangan kosong.

Hanya Tosu tua itu saja yang mampu menangkis satu kali, tapi serangan kedua juga tidak sanggup ditahannya, nasibnya serupa para Sutenya, iapun binasa dengan tubuh putus menjadi dua.

Kematian keenam Tosu itu hanya berlangsung dalam waktu singkat, namun kereta tadipun sudah dilarikan belasan tombak jauhnya.

Ciamtay Boh-ko mengincar baik2 pinggang Cui-hun Tojin yang mengendarai kereta itu, lalu goloknya disambitkan.

Golok sabit itu terus menyambar ke sana dengan berputar seperti roda, hanya sekejap saja Cui-hun sudah tersusul, "kres' pinggang Cui-hun tertabas dengan telak, golok itu menancap di kabin kereta dan bergetar.

Mayat Cui-hun yang terbagi menjadi dua potong lantas terguling ke bawah kereta.

Karena kehilangan pengendali, kereta itu berlari sendinan ke depan, tapi tidak seberapa jauh lantas berhenti dengan sendirinya.

Dengan tersenyum angkuh Ciamtay Boh-ko mendekati kereta itu dengan pelahan, dipegangnya selongsong moncong kuda, kereta itu dibawanya kembali ke tempat semula.

Hampir semua kuli pelabuhan menyaksikan pertempuran ngeri tadi, mereka sama ketakutan.

seketika mereka terkesima dan tiada yang berani bergerak, rupanya kuatir menimbulkan salah sangka pemuda pendek gemuk itu, jangan2 golok sabit akan menyambar tiba dan jiwa ikut melayang.

Terhadap mayat yang bergelimpangan di sekitarnya, Ciamtay Boh-ko anggap tidak tahu saja, dengan menggendong tangan ia memandang jauh ke lautan sana, ditunggunya berita si kusir yang disuruhnya pergi mencarter kapal tadi.

Soat Peng-say juga terkesima menyaksikan kejadian hebat tadi, sama sekali tak disangkanya Ciamtay Boh-ko bisa sedemikian lihaynya.

Ia menyadari, bila tidak dibantu Soat Koh, jelas dirinya cuma akan mengantar nyawa percuma.

Tapi apapun juga dia tidak dapat menyaksikan Cin Yakleng dibawa pergi, segera ia berpaling dan minta bantuan: "Nona Soat, marilah kita maju bersama." Tak terduga, Soat Koh hanya menggeleng saja.

jawabnya: "Tidak, aku masih ingin hidup lebih lama lagi, maaf, tak dapat kupenuhi permintaanmu." "Tapi.

tapi kau kan sudah menyanggupi.

" "Betul, pernah kusanggupi akan ikut kau keluar lautan dan juga kusanggupi akan menempur Hong-hoa Wancu .

" "Dan sekarang aku cuma mohon engkau suka bantu menempur Ciamtay Boh-ko saja." "Bertempur bukan soal bagiku, paling2 cuma mati dengan pinggang putus tertabas.

Hanya ingin kutanya, berharga tidak kematian demikian?" "Demi menolong kawan, masa tidak berharga" Bukankah dunia persilatan paling mengutamakan setia kawan?" "Di mana kawanmu?" tanya Soat Koh.

"Berada di dalam kereta itu," jawab Peng-say.

"Hm, jelas2 yang di dalam kereta itu adalah isteri orang, mengapa anda bersusah payah hendak menolongnya?" jengek Soat Koh.

Air muka Peng-say tampak sangat pedih, ia menggeleng dan berkata dengan pasti: "Tidak mungkin terjadi.

Adik Leng jelas diculik oleh dia.

Jangan kau percaya ocehannya, tidak nanti adik Leng mau menjadi isterinya." "Pernah hubungan apa adik Leng dengan kau?" tanya Soat Koh.

"Dia Piaumouyku, puteri Kiu-bun-te-tok di Pakkhia itu." "Hanya begitu saja?" Soat Koh menegas.

"Memangnya kau sangka di antara kami ada hubungan sesuatu yang tidak beres" Jika terdapat pikiranmu yang kotor ini, aku lebih suka tidak minta bantuanmu." Soat Koh menghela napas, katanya: "Soalnya kulihat kau sangat memperhatikan dia, Bukan soal bagiku membantu kau, tapi tidak kuharapkan kau teramat memperhatikan dia." Peng-say merasa heran dalam keadaan demikian si nona sempat mengutarakan hal2 yang aneh ini, ia mendongkol, katanya: "Jangan kuatir, dengan membantuku jiwamu takkan melayang." "Jiwa melayang bukan soal pokok bagiku, asalkan kau berjanji, bilamana beruntung tidak sampai mampus, selanjutnya kau tidak akan bertemu lagi dengan Piaumoaymu." "Hah, sungguh aneh permintaanmu ini." seru Pang-say dengan mendongkol.

"Nona Soat, terima kasih atas bantuanmu, silakan kau pergi saja, aku sendiri sanggup menghadapi musuh." "Jangan mengantar nyawa, bisa jadi kau punya adik Leng tidak berada di dalam kereta itu," seru Soat Koh sambil memegang tangan anak muda itu.

Mendadak Peng-say berteriak, "Leng-moay, Leng-moay, apakah kau berada di dalam kereta"!" Cin Yak-leng berada di dalam kereta, dia tertutuk dan tak dapat bergerak, demi mendengar suara Peng-say, ia kegirangan setengah mati dan segera berteriak: "Peng-ko, Peng-ko! " Peng-say berpaling memandang Soat Koh, maksudnya ingin membuktikan bahwa adik Leng jelas berada di dalam kereta.

Kecut hati Soat Koh demi mendengar seruan si nona di dalam kereta itu sedemikian mesranva terhadap si Jilengcu.

Ia tidak menggubris terhadap sorot mata Peng-say yang ingin mohon bantuannya itu.

"Jadi kau ....

kau.

" Peng-say tidak dapat melanjutkan karena merasa kecewa atas sikap si nona.

Lantaran tidak mendapatkan jawaban Peng-say, terdengar Cin Yak-leng berteriak pula: "Peng-ko, Peng-ko, lekas kemari tolonglah aku.

" Seketika darah Peng-say bergolak, tanpa menghiraukan bahaya apapun segera ia lepaskan pegangan Soat Koh dan melangkah kesana.

Ia berbenti setelah berhadapan dengan Ciamtay Boh-ko dalam jarak kira2 dua tiga meter.

Pelahan2 Ciamtay Boh-ko membalik tubuh dan mengamat2i Peng-say sejenak, habis itu meadadak ia tertawa terbahak2.

"Leag-moay, Leng-moay! Hahahaha! Alangkah mesranya panggilanmu tadi?" demikian ia ber-olok2.

"Tapi apakah kau tahu bahwa Leng-moay sudah menyanggupi akan menjadi isteriku?" "Tidak, aku tidak pernah menyanggupi," cepat Cin Yak-leng menyela "Kubilang demi keselamatan Peng ko barulah kusanggupi, aku tidak berjanji dengan sesungguh hati." = Sanggupkah Peng say melawan Ciamtay Boh-ko yang lihay itu dan dapatkah dia merampas kembali Cin Yakleng" = Apakah Soat Koh akan membantu Peng-say " "== Bacalah jilid selanjutnya ==" -ooo0dw0ooo- Rupanya tempo hari Liok-ma telah mengancam Cin Yak-leng dengan jiwa Soat Peng-say agar nona itu mau mengaku sebagai Sau Kim-leng serta berjanji akan dijadikan isteri Ciamtay Boh-ko, tanpa melawan ia lalu ikut pergi bersama Ciamtay Boh-ko.

Karena jiwa Soat Peng-say bergantung kepada Liok-ma, terpaksa Cin Yak-leng menerima kehendak Liok-ma, makanya waktu Ciamtay Boh-ko meninggalkan Ling-hiangcay, dia menyangka Cin Yak-leng yang dibawanya itu ialah Sau Kim-leng.

Dia sangat gembira, ia membawa nona itu pesiar ke-mana2 sepanjang perjalanannya menuju ke Ciauciu-wan, dan situ ia hendak berlayar dan pulang.

Meski Ciamtay Boh-ko ini sudah biasa suka main perempuan, tapi sejak kecil iapun mendapat pendidikan secara keras, jadi bukan bangsa asing yang masih biadab.

Iapun tahu Sau Kim-leng adalah adik kandungnya sendiri dan tidak boleh diganggu, maka selama sebulan ini Cin Yak-leng masih tetap suci bersih.

Padahal Ciamtay Boh-ko cuma pura2 menyatakan hendak membawa Sau Kim-leng pulang ke lautan timur, bila hal ini sudah terlaksana, tujuannya juga bukan ingin menikahi adik kandungnya sendiri.

Dalam hal ini dia dan ayahnya, yaitu Ciamtay Cu-ih memang ada maksud tujuan lain yang telah direncanakan sebelumnya.

Pada waktu Cin Yak-leng mengaku sebagai Sau Kimleng dan berjanji akan menikah dengan Ciamtay Boh-ko serta ikut dia pulang ke Tang-hay, tapi di depan Liok-ma ia telah menyatakan dengan tegas, yakni: Demi jiwa Peng-ko, makanya kuterima kehendakmu.

Sudah tentu Ciamtay Boh-ko merasa bingung oleh ucapan itu, ia cuma tahu kekasih "Sau Kim leng" disebut "Peng-ko" atau kakak Peng, tapi mengenai apa sebabnya demi jiwa Peng-ko si nona mau ikut dia pulang ke Tanghay, hal ini tetap sukar dipahaminya.

Baru sekarang untuk pertama kalinya dia berhadapan dengan si "Peng-ko" yang disebut Cin Yak-leng itu.

Begitulah Soat Peng-say menjadi bingung juga demi mendengar bantahan Cin Yak-leng tadi, segera ia bertanya: "Leng-moay, apa katamu" Demi keselamatan jiwaku?" Yak-leng tidak berani menjelaskan isi hatinya di depan Ciamtay Boh-ko, sebab kuatir orang akan pergi mencari lagi Sau Kim-leng yang tulen sehingga bisa menimbulkan dendam Liok-ma karena dirinya tidak pegang janji, lalu jiwa Peng-say akan terancam lagi.

Yang penting sekarang Peng-say terbukti selamat, ia mengira Liok-ma telah menepati janjinya, maka ia lantas berseru: "Peng-ko, jangan banyak bertanya, lekaslah menolong diriku!" Mendadak Ciamtay Boh-ko melolos golok sabitnya yang masih menancap di kabin kereta itu, lalu berkata kepada Soat Peng-say sambil menyeringai: "Kau ingin selamat atau tidak?" Sementara itu Peng-say sudah membuat sepasang pedang yang cocok dipakai, cepat ia melolos sebilah pedangnya dan siap tempur.

Padahal dalam hati ia sangat takut, hanya lahirnya saja ia berlagak tenang.

Melihat ketegangan Soat Peng-say seperti menghadapi musuh besar di medan perang, Ciamtay Boh-ko merasa geli, ia menengadah dan ter-bahak2, ucapnya menghina: "Kongcumu takkan membunuh kau, agar adk Ling tidak benci padaku selama hidup bila kubunuh kau.

Hendaklah kauturut saja kepada perintahku, lekas kau pergi, kalau tidak, pinggang tertabas putus, kan celaka!" Tapi Peng-say diam saja tanpa menanggapi, ia kuatir bila sedikit lengah dan tahu2 golok sabit lawan menyambar tiba, kan jiwanya bisa melayang.

"Bagaimana, ketakutan ya"!" jengek Ciamtay Boh-ko dan mendadak ia pura2 membacok.

Tapi Peng-say bukanlah pemuda penakut, gertakan ini masih dapat ditahannya, ia tetap berdiri tegak di tempatnya tanpa bergerak.

"Sret sret", kembali Ciamtay Boh ko menabas dua kali, serangan pura2, tapi juga sungguh2.

Bila Peng say tidak dapat menahan diri, bisa jadi serangan pancingan itu berubah menjadi sungguhan dan dia tentu akan terserang dengan kelabakan.

Untung tidak percuma dia berlatih Kungfunya, ia tahu dalam keadaan demikian diperlukan ketenangan dan kesabaran, semakin gugup semakin celaka.

Untuk menjaga segala kemungkinan, pelahan2 ia menyisipkan tangan kanan pada ikat pinggangnya.

Ciamtay Boh-ko jadi melengak melihat tindakan Peng say itu, pikirnya: "Busyet, menghadapi lawan tangguh, jelas kau ketakutan, sekarang kau malah.

sengaja menyembunyikan sebelah tanganmu, apakah kau sengaja hendak membikin dongkol padaku" Bagus, ingin kulihat hanya dengan satu tangan saja berapa jurus kau mampu menangkis seranganku?" Ia benar2 marah.

Posting Komentar