Setelah mendengus, keempat Tosu itu lantas melangkah pergi.
"Nah, Li Toa-gu, baru sekarang kau tahu rasa! Makanya lain kali harus hati2 kalau bicara!" ejek si kasir.
Dengan malu lelaki tadi merangkak bangun sambil mengomel, lalu ia pesan bakpau dan mulai makan.
Kejadian ini tidak diperhatikan Soat Peng-say tapi justeru menarik perhatian Soat Koh.
Selesai makan dan keluar dari rumah makan itu, Soat Koh lantas memandang ke timur dan melongok ke barat, akhirnya dapat dilihatnya sehelai poster yang tertempel di depan rumah makan, ia mendekatinya dan membaca isinya.
Tidak jauh meninggalkan rumah makan, Soat Koh lantas berkata kepada Peng-say: "Apa yang dikatakan Li Toa-gu tadi memang betul, poster itu memang berhadiah.
Cuma cara membuat poster begitu kukira tiada gunanya sama sekali.
Poster mencari orang dengan hadiah seharusnya melukiskan wajah orang yang dicari, paling tidak juga mesti menyebutkan ciri2nya, tapi poster itu hanya tertulis disediakan hadiah seribu tahil perak untuk menangkap Ciamtay Boh-ko.
Memangnya siapa yang tahu macam apakah bentuk Ciamtay Boh-ko itu?" Mendadak Peng-say berpaling dan bertanya: "Jadi poster berhadiah itu mencari Ciamtay Boh ko" Di mana poster itu?" "Lihat, disana juga ada poster yang serupa," jawab Soat Koh sambil menuding ke depan.
Tadi karena buru2 mencari rumah makan, maka Pengsay tidak memperhatikan keadaan di sekitarnya.
Sekarang dilihatnya di dinding rumah sana memang benar tertempel beberapa lembar poster kertas putih, semuanya tertulis: "Hadiah seribu tahil perak bagi siapapun yang dapat menangkap Ciamtay Boh-ko " "Coba katakan, apa gunanya menempelkan poster ini di sini?" kata Soat Koh.
"Biarpun semua jalan besar dan gang kecil dipenuhi poster begeni.
paling2 juga Cuma mengejutkan orang yang akan ditangkapnya dan takkan mendatangkan hasil apapun." Peng-say berhenti di tepi jalan dan memandang dinding yang bertempelkan poster itu, katanya kemudian: "Kukira bukannya tiada gunanya sama sekali." "Jadi ada gunanya" Coba katakan, apa gunanya?" "Jika orang yang dicari ini memang tidak dikenal oleh orang yang menyediakan hadiah, coba kaupikirkan, bukankah ini suatu cara memancingnya keluar yang paling baik?" "Aha, betul! Tujuan yang menyediakan hadiah ini memang hendak memancingnya keluar," seru Soat Koh "Hadiah seribu tahil perak yang tertulis ini hanya sebagai pajangan saja, sebenarnya cuma omong kosong belaka." Sorot mata Peng say yang tajam menatap sekelihngnya, tiba2 ia bertanya dengan suara tertahan: "Menurut pendapatmu, siapakah gerangan orang yang menyediakan hadiah ini?" "Kukira pasti keempat Tosu di rumah makan tadi," jawab Soat Koh.
' Mereka menuduh Li Toa-gu disuruh orang untuk menanyakan siapa yang menempelkan poster itu, maka mereka hendak memaksanya mengaku." "Keempat Tosu itu hanya anak buah saja," ujar Peng-say, "mereka cuma disuruh mengawasi reaksi yang timbul dari poster berhadiah itu, orang yang ingin menangkap Ciamtay Boh-ko jelas berada di belakang layar." "Menurut kau, siapa kira2 dalang yang menyediakan hadiah itu?" "Sukar untuk dipastikan sekarang.
Coba kau terka, apakah cocok dengan perkiraanku atau tidak." Soat Koh berpikir sejenak, lalu berkata: "Ke-empat Tosu itu menyandang pedang, tampaknya mereka adalah murid Bu-tong-pay, jangan2 pihak Bu-tong-pay yang hendak menangkap Ciamtay Boh-ko?" "Kukira demikianlah adanya," ucap Peng-say.
"Eh, mengapa mendadak kau jadi tertarik oleh poster berhadiah itu?" "Putera Hong-hoa Wancu itu bernama Ciam-tay Bohko!" tutur Peng say dengan gemas.
"O, jadi Ciamtay Boh-ko saat ini berada di Tionggoan?" seru Soat Koh terkesiap.
"Ya, besar kemungkinan dia belum meninggalkan Tionggoan, kalau tidak, tentu Bu-tong-pay takkan menyebarkan poster berhadiah di semenanjung sini untuk memancing keluarnya Ciamtay Boh-ko, rupanya mereka yakin Ciamtay Boh-ko kalau mau pulang pasti akan melalui pelabuhan Ciau-ciu-wan sini.
Sampai di sini, mendadak ia berhenti bicara.
"Sesungguhnya ada permusuhan atau sakit hati apa antara kau dengan Ciamtay Boh-ko," Bilakah dia datang ke Tionggoan sini ....
" "Sssst, lihat itu!" sela Peng-say dengan mendesis.
Waktu Soat Koh berpaling mengikuti pandangan Pengsay, terlihat sebuah kereta berhenti di tepi dinding, dimana juga tertempel selembar poster.
Tampak seorang pemuda pendek gemuk melompat turun dari kereta, dipandangnya sejenak poster itu.
lalu mendengus, mendadak poster itu dirobeknya.
"Ciamtay Boh-ko!" seru Soat Koh dengan suara tertahan.
"Belum tentu, bisa jadi bukan Ciamtay Boh-ko sendiri, yang jelas Ciamtay Boh-ko pasti berada di sekitar sini dan belum berlayar!" desis Peng-say, raeksi suaranya sangat lirih, tapi Soat Koh dapat mendengar nada anak muda itu sangat terangsang.
Sehabis merobek poster itu, pemuda pendek gemuk itu lantas memaki: "Dirodok.
siapa yang menempel poster ini" Kalau tertangkap pasti kubeset kulitnya!" Kemudian ia melompat ke atas kereta dan memerintahkan kusirnya: "Coba cari lagi, masih ada tidak?" Waktu kereta itu berangkat, dari gang sebelah sana lantas menyelinap keluar empat orang, siapa lagi kalau bukan keempat Tosu tadi Mereka terus menguntit di belakang kereta itu.
"Melihat sikapnya yang penasaran itu.
kukira dia pasti Ciamtay Boh-ko sendiri," kata Soat Koh.
"Betul, dia memang Ciamtay Boh-ko!" ucap Peng-say dengan pasti.
Dari suara pemuda pendek gemuk tadi, dia dapat memastikan orang adalah Ciamtay Boh-ko.
Maklum, waktu di Siau-ngo-tay-san dahulu, sebelum muncul Ciamtay Bohkoh sudah bersuara hendak membawa Sau Kim-leng pulang ke Tang-hay, suaranya sampai sekarang masih dikenal oleh Peng-say.
Begitulah Peng-say dan Soat Koh lantas membuntuti pula kereta itu, hanya jaraknya agak jauh, sampai keempat Tosu itupun tidak tahu.
"Kau tidak pernah bertemu dengan Ciamtay Boh-koh?" tanya Soat Koh di tengah jalan.
"Hanya pernah kudengar suaranya," jawab Peng-say.
"Aneh, kalian tidak pernah bertemu, lalu cara bagaimana kalian bisa mengikat permusuhan?" "Dia menangkap dan membawa lari kawanku, inilah awalnya permusuhan kami." "Kawanmu ditangkapnya, direbut kembali saja kan beres, untuk apa mesti bermusuhan dengan orang yang sukar direcoki ini?" "Kau tidak tahu, kawanku itu ...
" "Kawanmu kenapa?" tanya Soat Koh karena Peng-"ay tidak meneruskan ucapannya.
Bila teringat Cin Yak-leng sudah lebih sebulan diculik oleh Ciamtay Boh-koh, hati Peng-say menjadi sakit seperti di-sayat2, sungguh ia tidak tahu betapa Cin Yak-leng telah di-"koyak2" oleb Ciamtay Boh-ko.
Sudah tentu sukar baginya untuk menceritakan kekuatirannya itu kepada Soat Koh, maka ia hanya berkata: "Tidak apa2, sebentar bila engkau suka bantu menyelamatkan dia terlepas dari cengkeraman iblis, selama hidup takkan kulupakan budi kebaikanmu." "Mengapa kau bicara seperti terhadap orang yang tak kau kenal?" ujar Soat Koh dengan kurang senang.
"Kawanmu kan juga kawanku, jika Ciamtay Boh-ko tidak mau membebaskan kawanmu, biarlah kita melabrak dia, persetan siapa bapaknya, kita tidak peduli." Sepanjang jalan itu si pemuda pendek gemuk telah merobek puluhan poster, setiba di pelabuhan, ia pesan pula kepada kusirnya: "Pergilah menyewa sebuah kapal layar ke lautan timur sana, uang sewa tidak soal bagiku." Si kusir mengiakan terus pergi mencari kapal.
Pada saat itulah muncul belasan Tosu dan mengepung kereta kuda itu.
Terdengar seorang Tosu tua bertanya: "Apakah Ciamtay-kongcu berada di dalam?" Tapi sampai sekian lama tiada suara jawaban dari dalam kereta.
Tosu tua itu berkata pula: "Kongcu tidak perlu sewa kapal lagi, sudah lama kami siapkan sebuah kapal bagimu dan sedang menunggu kedatangan Kongcu." Baru sekarang terdengar pemuda pendek gemuk itu bersuaru: "Apakah kalian yang menempel poster penangkapan Ciamtay Boh-ko dengan hadiah itu?" "Ya, maaf, kalau tidak begitu, cara bagaimana kami dapat mengenali Wajah Ciamtay kongcu?" jawab si Tosu itu dengan ramah..
"Aku inilah Ciamtay Boh-ko, kalian mau apa?" kata pemuda pendek gemuk itu.
"Anak murid Bu-tong sengaja datang kemari untuk mengantar Kongcu sendiri naik keatas kapal," kata si tosu tua.
"Sendiri" Kalau kami berdua?" jengek Ciamtay Boh-ko.
"Entah siapa lagi yang seorang?" "Isteriku!" Mendadak sekujur badan Peng-say rada gemetar demi mendengar kata2 itu.
"Apakah kawanmu itu perempuan?" tanya Soat Koh tiba2.
Saat itu telinga Soat Peng-say hanya ter-ngiang2 kata "isteriku" yang diucapkan Ciamtay Boh-ko itu, pertanyaan Soat Koh sama sekali tak terdengar olehnya.
Merasa tidak digubris, dengan sendirinya Soat Koh merasa kurang senang, dengan mulut menjengkit ia melengos ke sana.
Dalam pada itu terdengar Tosu tua itu sedang bertanya pula: "Berada di mana nyonya anda sekarang" Siapa namanya yang terhonnat?" "Dia berada di dalam kereta, jika mampu boleh kalian merampasnya!" seru Ciamtay Boh-ko dengan tertawa latah.
"Ah, mana berani kami sembarangan bertindak," ujar si Tosu tua.
"Tapi kalau nyonya anda ialah puteri Pak-cay, maka disilakan dia suka ikut ke tempat kami di Huiciu." "Hm, kalian hanya mengundang dia dan tidak mengundang diriku?" jengek Ciamtay Boh-ko.
"Jika Kongcu suka ikut ke sana, tentu saja kami sambut dengan senang hati," kata Tosu itu.
"Apa maksud tujuan kalian mengundang isteriku?" teriak Ciamtay Boh-ko dengan gusar.
"Kami bertindak menurut perintah, lebih dari itu kami tidak tahu," jawab si Tosu tua.
"Kalau tidak kuizinkan dia pergi?" "Jika begitu, maaf, Kongcu! .
" "O, maksudmu mau-tak-mau kalian harus membawanya pergi" Bagus, bagus, kalian sembarangan menempel poster, memangnya sedang kupertimbangkan apakah harus kubunuh kalian atau tidak, tampaknya sekarang kalian memang pantas dibinasakan.
" Baru habis kata "dibinasakan" terucapkan sesosok bayangan lantas menubruk keluar dari kereta.
Tidak jelas senjata apa yang dipakai, tahu2 para Tosu yang mengepung kereta itu sama menjerit, darah daging berhamburan, hanya sekejap saja tiga orang Tosu telah binasa dengan pinggang tertabas kutung.
"Rebut kereta dan serbu!" teriak si Tosu tua dengan gusar.
Mendengar aba2 itu, serentak kawanan Tosu itu membagi diri menjadi dua kelompok, yang satu berusaha merebut kereta, yang lain mengerubut Ciamtay Boh-ko.
Belum lagi kawanan Tosu yang merebut kereta itu sempat melarikan kereta, terdengar suara "blak-bluk" beberapa kali, kawanan Tosu yang mengerubut Ciamtay Boh-ko itu semuanya roboh dengan tubuh tertabas putus sebatas pinggang.
"Cui-hun, larikan kereta ke selatan, kawan2 lain mencegat musuh!" teriak li Tosu tua.
ia tahu musuh terlalu lihay, untuk mengalahkannya jelas tidak mampu, yang diharap hanya merintanginya, sementara agar Cui-hun cukup waktu untuk kabur bersama keretanya.
Begitulah dengan memimpin sisa lima orang kawannya.