Pedang Kiri Pedang Kanan Chapter 48

NIC

"Jika dapat ganti tangan boleh kau ganti, kalau tidak dapat ya tidak kupaksa.

hanya saja .

" "Hanya apa?" tanya Soat Koh.

Lantaran serangan Tan Goan-hay dan The Kim-ciam bertambah gencar.

terpaksa Peng-say harus memusatkan perhatian untuk menangkis serangan sehingga tidak sempat menjawab.

"Hanya apa?" demikian Soat Koh bertanya pula.

Dengan beberapa gerakan aneh dapatlah Peng-say mematahkan serangan musuh, keadaanya menjadi longgar lagi.

maka dapatlah ia menjawab.

"Jika keadaan demikian berlangsung terus, akhirnya jiwa kita pasti akan melayang di sini." Teringat kepada nasib sendiri, ayah kandung tidak diketahui, Cin Yak-leng jatuh didalam cengkeraman orang jahat pula, dan sekarang dirinya sendiri akan binasa, ia menjadi menyesal dan menghela napas pnnjang.

"Jangan kau perlihatkan rasa takut matimu," teriak Soat Koh.

"Jika kau takut mati, pergilah kau, aku tidak memerlukan bantuanmu lagi." Sudah tentu Peng say bukan manusia vang takut mati, ia mendongkol oleh ucapan Soat Koh itu, tapi tidak dihiraukannya.

"Hayolah pergi, lekas kau pergi saja!" desak Soat Koh pula.

Peng-say menjawab dengan tertawa; "Ditemani gadis cantik, biarpun mati bersama juga rela aku." Soat Koh melengak, mendadak ia berkata pula: "Kau tidak mau pergi, biar aku saja yang pergi." Habis itu mendadak ia memisahkan diri.

Keruan Peng-say menjadi kuatir, serunya cepat: "Jangan!" Soat Koh masih berdiri di sebelahnya dan menjengek: "Tidak perlu kuatir, urusanku sendiri tidak nanti kusuruh kau bertanggung-jawab sendirian dan kutinggal pergi." "Nona jangan salah paham," demikian Peng-say berusaha memberi penjelasan sembari bertempur.

"Sekali kita berpisah, tentu kita akan kalah terlebih cepat." "Hm, dasar takut mati, lekas kau pergi saja!" jengek Soat Koh.

"Mulai sekarang, urusan nona tidak perlu kau ikut campur lagi, kembalikan pedangku itu!" Karena dirinya dimaki takut mati, keruan gusar Peng-say tidak kepalang.

Kesempatan itu segera digunakan Tan Goan-hay untuk memecah-belah: "Nah, saudara cilik, baru sekarang kau tahu rasa.

Untuk apalagi kau mengadu jiwa bagi seorang perempuan yang tidak tahu diri?" Mendadak Soat Koh menabas tiga kali sambil membentak: "Enyah!" Melihat si nona menjadi nekat, Li Yu-seng bertiga menjadi keder malah, mereka kuatir si nona akan menerjangnya.

karena itulah serangan mereka menjadi kendur.

Kesempatan itu tidak di sia2kan Soat Koh, cepat ia menerobos keluar kepungan, tapi ia tidak kabur, sebaliknya ia lantas berteriak: "Urusanku tiada sangkut-pautnya dengan bocah she Tio itu, silakan kalian terjang diriku, bila kukalah.

ketujuh benda pusaka segera kuserahkan kepada kalian." Tan Goan-hay dan The Kim-ciam memang tiada maksud bermusuhan dengan Soat Peng-say, segera mereka berhenti menyerang demi mendengar seruan Soat Koh itu, kata Tan Goan hay: "Tentunya tidak mudah saudara cilik melatih Kungfumu ini, silakan kau pergi saja, kami takkan mempersulit padamu." "Betul, lekas enyah saja kau!" teriak Soat Koh.

Dengan gusar Soat Peng-say membalik tubuh terus melangkah pergi.

Tan Goan-hay dan The Kim-ciam sangat girang melihat kepergian Soat Peng-say, bersama Li Yu-seng bertiga, tanpa berjanji mereka terus menerjang Soat Koh.

Terjangan mereka sangat hebat, Soat Koh tidak sempat meminta kembali pedangnya kepada Peng-say.

pedang tangan kanan segera menabas kedepan.

Ia pikir dengan dua pedang saja bukan tandingan kelima musuh, kini tersisa sebuah pedang saja, mungkin sepuluh jurus saja tak tahan.

Di luar dugaan, baru saja pedangnya bergerak, tahu2 Soat Peng-say melayang turun dari udara.

Rupanya Soat Peng say sangat gusar karena Soat Koh berulang kali berteriak menyuruhnya enyah.

Tapi demi melihat Tan Goan-hay berlima menerjang seorang gadis, ia menjadi tidak sampai hati untuk tinggal pergi.

Belum sampai kelima musuh mendekati Soat Koh, segera ia melayang ke atas dan mendahului turun di samping si nona serta membantunya dengan satu jurus "Kiong-siang-kut-thau", yaitu jurus pertama dari Siang-liu-kiam-hoat, untuk menghalau musuh.

Ketika mendadak Soat Koh mengetahui disampingnya telah bertambah seorang, sekilas lirik dilihatnya ialah Soat Peng-say, segera ia membentak: "Siapa suruh kau .

" belum lanjut ucapannya, pedang kanan yang ditabaskan itu telah menimbulkan jeritan ngeri tiga orang.

Waktu Soat Koh memandang kesana.

dilihatnya Li Yuseng, Ho Kong-lim dan Tan Yam-bok bertiga yang berdiri sejajar itu telah terluka dadanya oleh tabasan pedangnya.

Karena waktu itu dia sedang melirik ke samping sehingga tidak jelas cara bagaimana musuh dilukainya, Soat Koh menjadi heran dan memandang ketiga pecundangnya dengan bingung.

Untung Tan Goan-hay dan The Kim-ciam menjaga gengsi, mereka tidak mengerubut senapsu ketiga temannya, maka mereka berdua tidak ikut terluka.

Sungguh mereka tidak melihat sesuatu keistimewaan pada tabasan pedang Soat Koh itu, tapi buktinya sudah melukai ketiga temannya, apalagi sekarang cepat Peng-say telah putar balik membela si nona, jika pertarungan diteruskan jelas pihaknya pasti kalah.

Dalam pada itu The Kim-ciam sudah mulai mengangkat tubuh Li Yu-seng, segera Tan Goan-hay juga menyisipkan pedangnya ke tali pingang, ia kempit Ho Kong-lim dan Tan Yam-bok dengan kedua tangan, mereka hanya melototi Soat Koh sekejap, tanpa bicara apapun mereka terus berlari pergi.

Sementara itu darah segar masih ber-ketes2 di ujung pedung Soat Koh, ia berdiri termangu2, ia tidak tahu mengapa hal itu bisa terjadi, betapapun ia tidak dapat memahami kejadian itu.

Tapi Soat Peng-say malahan mulai paham duduknya perkara Ia pikir jurus Kiong-siang-kut-thau yang dikeluarkannya tadi jelas berhasil mengatasi musuh, lantaran itulah Li Yu-seng bertiga tidak mampu menghindarkan tabasan pedang Soat Koh.

Kiranya tadi Li Yu-seng bertiga menerjang maju berjajar, saat itu Soat Koh lagi membentak Peng-say agar enyah, dengan sendirinya gerak pedangnya agak lambat.

Maka serangan yang dilontarkan Peng-say itu meski ketinggalan sejenak darj pada serangan Soat Koh tadi, jadinya dapat bekerja sama dengan sangat rapat, hasilnya sekejap itu Li Yu-seng bertiga berusaha menghindarkan serangan Peng-say, tapi lupa bahwa disamping itu masih ada pula serangan Soat Koh dan tahu2 dada mereka terobek.

Apa yang terjadi itu dapat dilihat Peng-say dengan jelas, ia tahu hal ini tidak terjadi secara kebetulan belaka.

Dalam keadaan itu, bilamana ketiga orang itu hendak mengelakkan serangan Peng-say, maka dada mereka tentu akan dirobek oleh pedang Soat Koh, kalau tidak, maka pedang Peng-say yang akan melukai mereka.

Diam2 Peng-say merasa heran dan tak dapat menarik kesimpulan dari kejadian tersebut.

Mengapa jurus Kiong siang-kut-thau itu mendadak bisa berubah sedemikian lihaynya" Padahal permainan silat tidak mungkin mengandalkan untung2an betapapun Peng-say tidak percaya hal yang tidak mungkin terjadi ini.

Lalu apa sebabnya bisa terjadi begitu" Teringat olehnya setengah bagian Siang-liu-kiam-hoat yang lain.

Teringat olehnya berita yang tersiar tentang Siang-liu-kiam-hoat nomor satu di dunia.

Teringat pada saat melancarkan serangan bersama Soat Koh tadi, timbul semacam perasaan yang sukar dipecahkan.

Pada saat itulah tiba2 terdengar Soat Koh berseru: "Bagus kau, Jilengcu, kau sengaja membohongi nonamu ya"!" Peng-say terkejut, disangkanya si nona telah mengetahui sebab-musabab berhasilnya serangannya tadi.

Tapi lantas terdengar Soat Koh berkata pula: "Pintar sekali kau berdusta, katamu mencari kayu juga mesti mengangkat guru, memangnya Kungfumu ini juga kau pelajari dari cara mencari kayu di gunung?" Dengan tertawa Peng-say menjawab: "Aku belajar mencari kayu di gunung bersama guruku adalah kejadian betul2, aku tidak berdusta.

Cuma selain mengajarkan cara mencari kayu, guruku memang juga mengajarkan beberapa jurus ilmu pedang kasaran padaku." "Hm ilmu pedang kasaran apa, kembali kau bohong lagi!" jengek Soat Koh.

"Belum pernah kudengar ilmu pedang yang mampu melawan jago silat dari Siau lim-pay dan Tiam-jong-pay dikatakan sebagai ilmu pedang kasaran.

Jika demikian, kau anggap ilmu silat Siau-lim-pay dan Tiam-jong-pay yang kau kalahkan itu lebih kasar daripada kepandaianmu?" "Ilmu silat Siau-lim-pay dan Tiam-jong-pay sudah tentu sangat hebat, mana boleh dinilai dengan istilah kasar?" ujar Peng-say.

"Yang jelas ilmu pedang pencari kayu Jilengcu menjadi teramat kasar bilamana dibandingkan ilmu pedang sakti nona." "Huh, masih muda belia sudah pintar putar lidah dan suka menyanjung puji kepada orang lain," omel si nona.

"Tapi buktinya sekali serang nona memang telah melukai tiga musuh, suugguh ilmu pedang yang maha sakti .

" "Sudahlah, jangan kau teruskan, hanya bikin malu saja, ujar Soat Koh.

"Padahal akupun tidak tahu cara bagaimana mereka terluka.

Tampaknya cukup berat juga luka mereka, bila mati, Wah, bisa susah aku." Baru sekarang Peng-say mengetahui si nona belum memahami sebab-musabab sekaligus dapat melukai tiga orang musuh.

Maka legalah hatinya, segera ia bertanya: "Mengapa kau omong begitu?" "Betapapun kalau musuh terlalu banyak tentu akan lebih banyak pula menimbulkan kesulitan," jawab si nona.

"Seperti guruku, bulan yang lalu secara tidak sengaja beliau membunuh jago silat terkenal di Pakkhia, yaitu Beng Engkiat, habis itu beliau sangat menyesal.

Jika tadi kubunuh lagi murid keluarga Liong di Kwan-gwa, yaitu orang she Li tadi serta kedua kawannya, tentu hal ini akan menimbulkan kegusaran umum di dunia persilatan.

Bila mereka be-ramai2 mencari diriku dan guruku, kan urusan bisa runyam." "Dimanakah gurumu?" tanya Peng-say.

Posting Komentar