hayo lekas teruskan, kusir!" "Kemudian.
kemudian ketiga pentolan bandit itu merasakan lihaynya racun yang mengenai lengan mereka, buru2 mereka mengutungi lengan sendiri dan melarikan diri," tutur Peng-say dengan ter-gagap2.
"Yang kutanya bagaimana kemudian dengan maling perempuan itu?" kata Li Yu-seng dengan mendesak, Soat Peng-say sengaja membetulkan istilah orang, katanya: "Maksudmu si pendekar perempuan itu?" Kuatir Li Yu-seng ribut lagi dengan Soat Peng-say, cepat Tan Goan-hay menimpali: "Betul, kemudian bagaimana dengan pendekar perempuan itu?" "Wah, akupuu tidak jelas," ujar Peng-say sambil mengangkat bahu.
"Hamba terus kabur mengendarai kereta ini, mana sempat ku perhatikan diri pendekar perempuan itu.
Eh.
sekarang hamba boleh pergi bukan?" Tan Goan-hay mengangguk.
Ong Cin-ek menjadi kelabakan, cepat ia menimbrung: "Pergi" Mana boleh" Kau harus ikut kami ke kantor, di tengah jalan sana jatuh korban belasan orang, kau harus menjadi saksi dalam perkara ini." Melihat cara Ong Cin-ek tanya Soat Peng-say tentang "maling perempuan" tadi, Tan Goan-hay tahu kepala opas itu pasti sudah tahu hal2 pencurian yang terjadi di kota raja, betapapun Ong Cin-ek tidak boleh mendapatkan keterangan dari Soat Peng-say mengenai benda2 pusaka kelima keluarga pangeran yang hilang itu, maka cepat ia menyela: "Ong-thauji, kita jangan menuduh orang baik2 dan merintangi perjalanan penduduk yang tak bersalah.
Keretanya sudah dirusak oleh kawanan penjahat.
masa sekarang kita membikin susah lagi padanya?" "Masa Tan-heng menganggap dia orang baik2 dan.
" "Sudahlah, tak perlu omong lagi, berilah kebebasan padanya dan kebaikanmu pasti takkan kami lupakan," ucap Tan Goan-hay sebelum Ong Cin-ek melanjutkan kata2nya.
"Apalagi belasan mayat tadi jelas adalah kawanan bandit yang menjadi buronan pemerintah, bila mayat2 itu kau bawa pulang, bukankah akan merupakan jasa besar bagimu?" "Betul juga ucapanmu Tan-losu," kata Ong Cin-ek dengan tertawa.
Dalam hati ia tahu tentu kelima keluarga pangeran tempat bekerja Tan Goan-hay berlima itu kehilangan barang pusaka dan mereka ingin menyelidikinya sendiri demi gengsi.
Tapi peduli apa jika mereka tidak mau perkara ini terbuka, yang benar bilamana mayat kawanan bandit itu dibawa pulang ke kotaraja memang akan merupakan jasa besar.
Yang diherankannya cuma sikap Tan Goan-hay tadi, bilamana kereta warna emas itu dilepaskan, kemana lagi mereka akan mencari maling benda pusaka itu kelak" Dalam pada itu Tan Goan-hay telah mengedipi kedua kawannya yang menahan kuda penarik kereta dan berkata: "Lepaskan, biarkan dia pergi!" Segera Ho Kong-lim dan Tan Yam-bok melompat kembali keatas kudanya masing2 tanpa membantah The Kim-ciam juga tidak omong lagi, dia cukup cerdik, dengan sendirinya ia tahu maksud Tan Goan-hay melepaskan Soat Peng-say.
Ia kuatir Li Yu-seng tidak paham kehendak Tan Goan-hay, maka cepat ia membisikinya: "Jangan kuatir, Li laute, kita bereskan nanti!" Otak Li Yu-seng memang lebih sederhana daripada yang lain, tapi demi melihat keempat kawannya tidak merasa kuatir dan mungkin mereka sudah mempunyai pendirian lain untuk mengusut barang2 yang hilang, terpaksa iapun tidak berbicara lagi.
Dilihatnya Soat Peng-cay menarik tali kendali dan menjalankan keretanya dengan cara ke-tolol2-an, sebentar kemudian kereta itupun berlari pergi, namun jalannya tetap meliuk ke kanan dan berbelok ke kiri.
Diam2 Tan Goan-hay mendengus dari kejauhan- "Hm, sampai saat ini kau masih berlagak pilon"!" Dia menyangka Soat Peng-say sengaja pura2 ketakutan sehingga cara mengendarai keretanya tidak benar, ia tidak tahu bahwa memang baru pertama kali ini Soat Peng-say menjadi kusir, hakikatnya dia memang tidak dapat mengendarai keretanya dengan baik.
"00O00"dw"00O00" Setelah jauh meninggalkan kotaraja dan melewati dua kota Hongtay dan Tayhin, di tengah jalan barulah si nona Soat didalam kereta melongok keluar dan berkata kepada Soat Peng-say: "Melihat caramu mengendarai kereta ini, biarpun gratis juga tiada tamu yang mau menumpang keretamu ini.
Waktu menghadapi musuh tadi, lagak dan bicaramu sungguh sangat bagus, upah sehari sepuluh tahil perak sungguh tidak sia2 kukeluarkan." Sementara itu Soat Peng-say sudah mulai paham cara menguasai keretanya, jalan kereta sudah mulai stabil.
Si nona Soat mengajak ngobrol padanya juga tidak dihiraukannya, dia benar2 memusatkan perhatiannya mengendarai keretanya.
"Ingin kutanya padamu, sebab apa kau sebut diriku Lihiap?" tanya si nona pula.
Agaknya sebutan ini telah menimbulkan kesan baik pada si nona sehingga dia lupa Peng-say tadi juga menganggapnya sebagai "benda mestika".
Karena Peng-say masih diam saja, nona itu lantas berteriak pula: "He.
kusir, jangan berlagak gagu, kutanya padamu, sebab apa kau tolong diriku meski kau tahu aku memang si maling yang mereka cari itu?" Baru sekarang Peng-say menjawab: "Apa jadinya kalau aku tidak menolong nona" Bila kukhianati kau, masakah aku dapat hidup bila kau panah aku dari belakang?" Nona Soat itu tidak puas dengan jawaban Peng-say, ia tahu anak muda itu sama sekali tidak takut akan dipanah, tapi berkat ketabahan dan akalnya yang berani itulah Tan Goan-hay berhasil dikelabui.
Maka nona Soat itu lantas mengomel: "Jangan omong kosong, untuk apa kupanah kau" Aku bukan iblis yang suka sembarangan membunuh rakyat jelata.
Kutahu tujuanmu menolong diriku, upah sepuluh tahil perak sehari bukanlah pekerjaan yang mudah dicari, jika aku tertangkap mereka, kemana lagi kau akan mendapatkan pekerjaan baik ini, betul tidak?" "Betul, betul, betul sekali," seru Peng-say sambil tertawa.
"Satu hari sepuluh tahil, satu peser saja tidak boleh kurang." "Dasar mata duitan!" omel nona Soat dengan mendongkol.
Tapi Peng-say tidak peduli, ia bergumam dan menghitung2 sendiri: "Sehari sepuluh tahil, sebulan tiga ratus tahil, setengah tahun tentu delapan ratus tahil, cukup bekerja setengah tahun saja aku Tio-jilengcu sudah dapat mencari isteri yang putih dan cantik di kotaraja nanti." "He, Tio-jilengcu, apakah kau mimpi"!" tanya nona Soat.
"Mimpi" Memangnya kenapa" Bukankah nona sudah berjanji satu hari sepuluh tahil, apakah engkau akan ingkar janji?" "Ingkar janji sih tidak, cuma upah sehari sepuluh tahil perak memang terlalu mahal dan terlalu berat bagiku, tidak dapat kupakai tenagamu dalam jangka panjang, paling lama hanya satu bulan saja." "Satu bulan tiga ratus tahil perak, untuk mencari isteri gadis desa juga cukup." "Tio jilengcu, tampaknya kau orang yang bisa puas dengan kenyataan." "Orang yang puas menurut kenyataan adalah orang yang bahagia, sering2 orang di dunia ini tidak kenal puas dari hasil yang diperolehnya dan selalu berusaha mendapat lebih banyak, akibatnya memanjat semakin tinggi, jatuhnya juga tambah sakit.
Setelah jatuh kembali lagi kepada kenyataan semula, namun suasana semula juga sudah berubah.
Kalau sudah begitu, nah, barulah dia sadar." Uraian Soat Peng-say ini memang bukannya tak beralasan dan bukannya dia sok berfilsafah.
Tempo hari ketika di Siau-ngo-tay-san, Liok-ma berniat menjodohkan dia dengan Sau Kim-leng, melihat nona Sau itu secantik bidadari, apalagi keturunan salah satu di antara Su-ki yang termashur.
Meski kemudian dia tetap menolak, tapi pernah juga dia hampir melupakan sang Piaumoay yang dibesarkan bersama sejak kecil.
Syukur akhirnya dia tidak melupaknn sama sekali kepada sang Piaumoay.
Tapi ketika dia ingat kepada Cin Yak-leng den jatuh kembali kepada realitas semula, sementara itu si nona sudah mengalami nasib diculik Ciamtay Boh-ho, sekarang, entah di mana si nona dan ke mana dia harus mencarinya.
Apabila teringat kepada Cin Yak-leng, seketika Peng-say pusing kepala.
Dasar dia memang tidak mahir mengendarai kereta, perhatiannya terpencar memikirkan Cin Yak-leng, ketika dekat sebuah jembatan, hampir saja kereta itu menyelonong masuk ke sungai.
Masih untung si nona Soat keburu menjerit, dalam kagetnya Peng-say sempat menarik tali kendali dan membetulkan arah keretanya.
Nona Soat itu tepuk2 dada sendiri bersyukur kereta tidak jadi masuk sungai, jika terjerumus ke sungai, ia tak bisa berenang, pasti akan mengalami nasib malang tenggelam didasar sungai.
Setelah tenang kembali, si nona lantas mengomel: "Hei, Tio jilengcu, jangan kau melamun akan mencari bini melulu! Kendarai keretamu dengan baik, bisa jadi akan kupakai tenagamu selama setengah tahun." Tapi Peng-say tidak berminat bicara lagi, ia curahkan perhatian pada kemudi keretanya.
Mungkin merasa kesal berada sendirian di dalam kereta dan tiada teman mengobrol, tidak lama kemudian nona Soat itu melongok keluar pula dan berseru: "Tio jilengcu, apabila pagi tadi orang she Tan itu tidak tertipu olehmu dan membuka pintu kereta, coba, lantas bagaimana tindakanmu?" "Kalau dia membuka pintu kereta, biarkan saja dia periksa sesukanya," jawab Peng-say.
Nona itu seperti ingin mengetahui sampai di mana ketulusan hati Soat Peng say akan menolongnya, dengan tertawa ia bertanya pula: "Tapi aku kan bersembunyi di dalam kereta, kalau terlihat lantas bagaimana?" "Siapa bilang nona berada di dalam kereta?" Peng-say balas bertanya.
"Kalau tidak bersembunyi di dalam kereta habis berada di mana?" tanya si nona dengan heran.
"Tatkala mana nona bersembunyi di bawah kereta, memangnya kau kira aku tidak tahu?" "Darimana kau tahu?" "Hahahaha! Tentunya masih ingat waktu orang she Tan itu tanya padaku siapa penumpang di dalam kereta" Kujawab tidak ada penumpangnya.
Aku tidak berdusta padanya, sebab kukatakan didalam kereta tidak ada penumpangnya, kan tidak termasuk dibawah kereta." Si nona mendongkol karena Peng-say tidak menjawab pertanyaan, omelnya: "Yang kutanya adalah cara bagaimana kau tahu aku bersembunyi di bawah kereta"!" "Sebelumnya kan ketiga pentolan bandit itu sudah menggeledah seluruh kereta dan tidak dapat menemukan nona, tahu2 nona muncul di samping kereta.
Waktu itu aku sangat heran.
jelas didalam kereta tiada seorangpun, nona kan bukan badan halus.
mengapa mendadak bisa muncul di samping kereta" Maka kuyakin nona pasti tidak pernah meninggalkan kereta, jelas kereta ini ada alat rahasianya dan nona pasti bersembunyi di tempat yang dirahasiakan itu.
Maka ketika nona menghajar kawanan bandit itu, secara teliti telah kupelajari keadaan kereta ini.
Betul juga, kulihat dibawah kereta masih ada satu lapis yang tebal cukup untuk direbahi badan satu orang." "Ya, kau memang pintar, tapi kau tetap berhasil mendustai Orang she Tan itu," ujar si nona Soat dengan tertawa.
"Apa artinya ucapanmu?" "Kan kau katakan bahwa di dalam kereta ini tiada penumpangnya, padahal ada, Aku tidak bersembunyi dibawah kereta, tapi kau kira aku telah bersembunyi disitu.
Bukankah orang she Tan itu telah kau tipu dengan keteranganmu bahwa di dalam kereta tiada seorang penumpang pun?" Soat Peng-say menoleh dan memandang si nona sekejap, mendadak ia tertawa ter-bahak2.
"Apa yang kau tertawakan?" omel si nona.
"Aku sangat kagum kepada nona, biarpun berdusta.
mukamu tidak merah sedikitpun." "Hm, kenapa aku berdusta" Aku memang tidak bersembunyi waktu itu.
Untuk apa aku bersembunyi" Memangnya kau kira aku takut kepada mereka?" "Takut atau tidak adalah urusanmu, yang jelas.
dia tidak menggeledah kereta ini bukanlah lantaran dia mudah ditipu.
soalnya dia juga tahu di dalam kereta waktu itu tiada penumpangnya." "Hm, jangan sok pintar dan mengira tahu segalanya!" jengek si nona.
"Bukan maksudku sok pintar, cuma cara nona berdusta terasa kurang rapi sedikit," kata Peng-say.