kalau tidak, mustahil kereta itu tidak akan terbalik dan penumpangnya tidak terjungkir.
Akhirnya tersusul juga oleh pasukan pengejar, tapi ketika disuruh berhenti, Soat Peng-say justeru tidak mau berhenti.
Bukannya dia nekat, soalnya dia tidak sanggup menghentikannya.
Dua orang jago pengawal yang cekatan segera membedal kudanya hingga sejajar dengan kuda penarik kereta, mereka terus melompat ke atas kedua kuda paling depan, dengan demikian dapatlah kereta itu dihentikan, Serentak ratusan penunggang kuda itu mengelilingi kereta berwarna emas itu, para penunggang kuda itu kebanyakan adalah jago pengawal istana pangeran dan orang berpangkat di kotaraja, sebagian lagi adalah kaum opas.
Seorang kepala opas lantas mengangkat sepotong gada besi dan membentak dengan bengis: "He, orang itu" Kenapa kau kabur?" "Kabur" Ti.
tidak".
" jawab Peng-say dengan gelagapan.
Kaum opas sudah biasa main bentak dan main pukul terhadap rakyat kecil, melihat kusir ke-tolol2an ini, segera ia membentak pula: "Berani kau menyangkal"!" Berbareng gada besinya terus menghantam dada Soat Peng-say Mendadak Peng-say berteriak terus terjungkal ke bawah kereta, lagaknya seperti duduknya tidak betul dan terpeleset kebawah.
Padahal dia sengaja berlagak gugup dan ketakutan, tapi dengan tepat mengelakkan pukulan gada besi.
Kepala opas itu tidak tahu akal bulus Soat Peng-say itu, disangkanya anak muda itu memang takut padanya.
ia tambah galak, makinya dengan tertawa: "Setan alas! Dimana malingnya?" "Maling apa?" jawab Peng-say.
"Aneh, masa polisi tanya si kusir, kan lucu?" Semula kepala opas itu melengak, lalu menjadi gusar, bentaknya: "Kurangajar!" Segera ia ayun gadanya hendak menyerang lagi.
Tapi seorang kakek botak bermuka merah cepat memanggilnya: "Ong-thauji!" Tampaknya kepala opas she Ong itu tidak berani semberono terhadap si kakek botak, cepat ia menarik kembali serangannya dan bertanya: "Ya, ada apa, Tan-losu?" Kakek botak she Tan itu adalah kepala penjaga istana salah seorang pangeran yang kehilangan benda pusaka, tokoh pilihan dari Tiam-jong-pay.
Lwekang dan Gwakangnya tergolong kelas tinggi.
lebih2 ilmu pedangnya, jarang ketemu tandingan.
Kepandaiannya terhitung paling tinggi di antara semua jago pengawal istana pangeran yang kehilangan barang itu.
Begitulah kakek botak itu lantas menjawab: "Biarkan kutanyai dia dulu." "Silakan Tan-losu tanya saja," jawab Ong thauji dengan hormat.
Melihat pintu kereta bercat emas itu tertutup rapat, si kakek botak tersenyum, tanyanya kemudian: "Eh, saudara ini, mohon tanya siapakah penumpang keretamu ini?" Peng-say menjawabnya dengan tersenyum: "Harap kakek maklum, kereta hamba ini tanpa penumpang." Meski tirai pintu dan jendela kereta itu telah ditarik terlepas oleh kawanan Hwesio dan Tosu tadi, tapi daun pintu dan jendela yang terbuat dari kayu itu masih baik2, sekarang telah ditutup rapat2 dari dalam oleh si nona Soat.
Tampaknya kakek botak she Tan itu tidak percaya, ia berkerut kening dan berkata pula: "Apa betul tidak ada penumpangnya?" Dengan tetap tersenyum Peng-say menjawab: "Betul, jika kakek tidak percaya, silakan engkau memeriksanya." Kakek botak itu memandang sekejap ke arah kereta, lalu berkata: "Periksa sih tidak perlu.
kupercaya adik cilik ini bukan orang yang suka bohong." Si kepala opas she Ong tadi tidak sependapat dengan si kakek botak, diam2 ia membatin: "Si tua she Tan ini tinggi ilmu silatnya, tapi tidak pernah mengusut perkara, masa oceban seorang kusir boleh dipercaya begitu saja." Dia bermaksud menggeledah kereta, tapi juga tidak berani bertentangan dengan kehendak si kakek botak.
Peng-say lantas memberi hormat dan berkata pula: "Jika tidak ada urusan lain, hamba mohon diri untuk melanjutkan perjalanan." "Nanti dulu, ingin kutanyakan sesuatu lagi," kata si kakek botak.
"Di tengah jalan tadi terdapat belasan sosok mayat, siapa yang membunuhnya, tentu kau tahu bukan?" Soat Peng-say mengangguk, jawabnya: "Ai, tadi hamba hampir saja mati ketakutan, waktu rombongan kakek menyusul kemari, hamba menyangka datang lagi kaum bandit, maka lari sekuatnya.
Karena gemetar ketakutan.
hamba menjadi bingung dan tak dapat melarikan kereta ini dengan baik, kukira kakek dan tuan2 yang lain sudah melihatnya dengan jelas." Salah seorang jago pengawal lain berwatak keras, segera ia membentak: "Tidak perlu kau mengoceh, lekas katakan, belasan mayat di tengah jalan sana apakah dibunuh oleh seorang maling perempuan"!" Orang ini berasal dari sebuah perusahaan peternakan besar she Liong di Kwan-gwa, diluar tembok besar.
Keluarga Liong terkenal dengan permainan cambuknya.
Orang ini sejak kecil bekerja sebagai gembala di peternakan keluarga Liong itu, karena kerjanya giat, orangnya jujur, maka oleh pemilik peternakan, yaitu Liong Hi-cong, dia diterima sebagai murid.
Ia tamat belajar pada usia 30, karena tidak mau bakatnya terpendam di daerah perbatasan, dia masuk kedaerah Tionggoan untuk mencari Cukong yang baik agar mendapat kemajuan.
Hampir sepuluh tahun dia berkecimpung di dunia Kanguow, namanya memang sudah mulai membubung, bila orang menyebut Li Yu-seng dari Kwan-gwa, semuanya tahu permainan cambuknya memang cukup lihay.
Cuma sayang, Hokkhinya kurang, sejauh itu belum ketemu cukong yang cocok, ia hidup luntang-lantung.
hampir saja cambuk perak pemberian sang guru dijual untuk biaya hidup.
Syukurlah permulaan tahun yang lalu dia mendapat pekerjaan dirumah Ho-houya, keluarga Ho yang berpangkat raja muda ini memang kaya raya, dia diangkat menjadi kepala penjaga rumah.
Itupun atas ikhtiar sang guru, kalau tidak mungkin sampai detik ini dia masih menganggur.
Rupanya iapun puas dengan pekerjaannya itu, ia bekerja dengan giat dan hati2, ia pikir periuk nasi ini harus dipertahankan dan jangan sampai berantakan.
= Cara bagaimana Soat Peng-say akan mengocok lawannya dengan caranya yang kocak " = Siapakah nona she Soat yang menjadi pencuri ini " " == Bacalah jilid selanjutnya 8 == " -ooo0dw0ooo- Tak tersangka belum setahun dia bekerja sudah tertimpa musibah, benda pusaka sang majikan, yaitu delapan ekor kuda kemala, telah hilang dicuri orang.
Houya, sang majikan itu bermaksud melapor kepada yang berwajib, tapi bila hal ini dilaporkan akan berarti tamat pula karir Li Yu-seng, bukan saja periuk nasinya berantakan, selanjutnya juga jangan berharap akan mendapat pekerjaan lagi, bila tersiar ke dunia persilatan nama Li Yu-seng pasti juga tercemar.
Mau-tak-mau ia tepuk dada dan menjamin benda pusaka yang bilang itu pasti akan ditemukan kembali sehingga sang majikan batal lapor perkara ini kepada yang berwajib.
Tapi majikan juga memberi batas waktu, dalam satu bulan barang yang hilang harus kembali.
Keruan selama beberapa hari akhir2 ini kaki Li Yu-seng hampir patah lari kesana dan balik kesini, tapi bayangan Giok-be atau kuda kemala tetap tak terlihat.
Sementara itu batas waktu sebulan sudah hampir berakhir, tentu saja ia tambah kelabakan sehingga seperti semut di dalam wajan yang panas.
Suatu hari dia minum arak di satu restoran untuk menghilangkan rasa kesalnya, kebetulan dia bertemu dengan si kakek botak yang bernama Tan Goan-hay, karena sama-sama bekerja di keluarga bangsawan, keduanya sudah kenal.
Dalam pasang omong mereka baru diketahui mereka senasib setanggungan.
Rupanya majikan Tan Goan-hay juga kehilangan benda pusaka.
Ketika mereka berdua mengadakan kontak pula dengan kawan lain, diketahui pula bahwa kedua keluarga raja muda lain juga kemalingan, kedua kepala penjaga rumah tangga itu masing2 bernama Ho Kong-lim dan Tan Yambok, yang satu ahli golok Toan-bun-to dari Kwitang dan yang lain jago Ang-kun dari Hopak.
Kedua orang itupun serupa Tan dan Li berdua, demi menjaga gengsi, mereka minta kepada majikan masing2 agar jangan lapor kepada pihak yang berwajib, mereka menjamin dalam waktu singkat barang yang hilang pasti dapat ditemukan.
Akan tetapi keempat jago pengawal itu sudah bergabung dan telah melakukan penyelidikan bersama dan sampai sekarang belum lagi menemukan seuatu tanda2 yang memberi harapan.
Mereka menjadi heran juga bahwa di antara tujuh macam benda pusaka yang terkenal di kota raja ini, masih ada dua macam lain milik keluarga pangeran yang lain belum terdengar ikut tercuri.
Jangan2 jago pengawal di istana pangeran itupun serupa mereka, menjaga gengsi dan sengaja tidak melaporkan kecurian itu.
Keempat orang itu lantas mengunjungi Hoa ih-congkoan atau kepala penjaga istana dan menjelaskan benda pusaka majikan mereka telah hilang dicuri orang, maka minta bantuan agar Hoa-ih-cong-koan istana pangeran itu mau bergabung dengan mereka untuk menyelidiki bersama peristiwa itu.
Tak tersangka Hoa-ih congkoan itu justeru menyatakan benda pusaka milik majikannya masih tersimpan dengan baik dan tidak pernah hilang.
Agar keempat rekannya itu mau percaya, dia sengaja memperlihatkan benda pusaka sang majikan, bahkan menepuk dada dan menyatakan betapa ketat penjagaannya sehingga tidak mungkin si maling mampu menggerayangi istana pangeran itu.
Kiranya Hou ih congkoan istana pangeran itu bernama The Kim ciam, anak murid Siau-lim-pay dari keluarga preman, usianya belum 30 tahun sudah termashur karena ilmu permaiaan tongkat Hang-mo-tiang-hoat yang jarang ada tandingannya, Sebab itulah dia menjadi tinggi hati dan anggap tiada maling yang berani mengganggunya.
Padahal nama The Kim-ciam sebenarnya tidak lebih gemilang daripada nama Tan Goan-hay di dunia persilatan.
Kalau sipencuri benda pusaka berani merecoki Tan Goanhay, mustahil tidak berani terhadap The Kim ciam, dia cuma lebih mujur, yaitu giliran terakhir menjadi incaran si maling.
Karena ajakan kerja sama mereka ditolak.
Tan Goan-hay berempat juga tidak banyak bicara, hanya mulai malamnya mereka lantas mengawasi istana pangeran itu dengan cermat.
mereka yakin istana pangeran itu pasti juga akan didatangi si pencuri.
Maka diam2 ia mengintai.
Benar juga, pada malam itu mereka menyaksikan si pencuri benda pusaka itu melayang masuk ke istana pangeran itu.
Mereka menyesal karena The Kim ciam tidak mau bekerja sama, maka mereka sengaja tinggal diam, mereka hanya siap siaga bilamana maling itu hendak kabur membawa hasil curiannya barulah mereka akan muncul dan membekuknya, Akan tetapi nona Soat itu cukup cerdik.
ditambah lagi Ginkangnya memang tidak lemah, biarpun di bawah pengawasan para jagoan itu benda pusaka istana pangeran itu tetap berhasil digerayanginya dan dibawa lari.