Dan menurut pengamatan Siang Lee dan Lan Ci, agaknya ibu mereka itu benar-benar sudah bertobat, sehingga diam-diam mereka bersyukur kepada Tuhan dan mengharapkan agar nenek itu akan te rus menjadi orang beribadat sampai akhir hayatnya
Mereka seringkali datang berkunjung ke kuil bersama Coa Thian Ki sehingga Lo Nikouw merasa te rhibur
Setelah lewat dua tahun, Thian Ki begitu akrab dengan neneknya dan seringkali Lo Nikouw minta agar cucuny itu diperbolehkan bermalam di kuil bersamanya
Karena merasa kasihan kepada ibunya yang hidup te rasing, Lan Ci dan suaminya menyetujuinya, namun diam-diam mereka minta ibu mereka berjanji agar tidak mengajarkan ilmu silat kepada Thian Ki
Ibu sendiri sudah mengalami, juga kami berdua, betapa ilmu silat hanya mendatangkan malapetaka bagi kita
Setelah kami berdua meninggalkan dunia kangouw, tidak lagi berkecimpung dalam dunia persilatan, kami merasa tenteram dan damai
Karena itu, ibu, kami sudah mengambil keputusan untuk tidak memperkenalkan ilmu silat kepada Thian Ki, agar dia kelak hidup dalam suasana yang tente ram dan damai.
Omitohud.....!
Lo Nikouw merangkap kedua tangan di depan dada
Sungguh pikiran kalian, itu baik sekali
Pin-ni (aku) setuju sekail dengan pendapat kalian.
Setelah Lo Nikouw berkata seperti itu, le galah hati Siang Lee dan Lan Ci dan mereka dapat meninggalkan pute ra mereka di kuil itu dengan le ga
Ada kebaikan dapat diperoleh kedua pihak
Bagi Lo Nikouw, kehadiran Thian Ki merupakan penghibur yang akan membuatnya tidak kesepian dan gembira
Sebaliknya, sering bermain di kuil juga amat baik bagi Thian Ki, karena anak ini mulai didekatkan kepada aranajaran yang baik
Dan agaknya, setelah dua tahun tinggal di kuil, Lo Nikouw mulai nampak sehat dan segar, wajahnya nampak le mbut dan alim dan tidak lagi kelihatan ia berduka atau tenggelam dalam kekecewaan
Juga Thian Ki amat akrab dengan neneknya sehingga sedikitnya seminggu sekali anak ini tidur di kamar neneknya, di bagian belakang kuil
oo0000oo Suatu malam yang sunyi dan menyeramkan
Hujan turun sejak sore
Udara te ramat dinginnya dan menjelang te ngah malam, tidak ada suara liam-keng (membaca doa) lagi di dalam Kuil Thianho-tang, tanda bahwa semua nikouw sudah tidur
Semua daun pintu sudah tertutup sejak tadi karena udara yong dingin menyerang ke dalam
Pula, di malam sedingin itu, tidak akan ada tamu datang berkunjung yang perlu mereka layani
Akan te tapi, di malam dingin dan sunyi itu, ketika semua nikouw sudah tidur pulas , di dalam kamar bagian belakang kuil itu, kamar yang menyendiri terjadi kesibukan luar biasa tanpa mengeluarkan suara
Kesibukan yang te rjadi di kamar Lo N ikouw itu kalau te rlihat orang lain akan menimbulkan perasaan ngeri dan seram
Kamar itu memang besar
Di sudut terdapat sebuah dipan kayu yang cukup besar untuk ditiduri berdua
Di sudut yang lain te rdapat sebuah almari pakaian dari kayu pula
Sebuah meja dan dua buah kursi te rdapat di dekat pembaringan
Selain itu, tidak terdapat perabot lain lagi sehingga kamar itu nampak kosong dan luas
Akan te tapi di atas perapian yang biasanya dinyalakan untuk mendatangkan hawa hangat di kamar itu, kini terdapat sebuah panci besar yang te risi air setengahnya dan sedang digodok
Belum mendidih
Agaknya udara yang dingin dan menembus ke dalam kamar itu membuat air yang dimasak lebih lama mendidih dari pada biasanya
Lo Nikouw duduk bersila, di atas pembaringan
Wajahnya yang kini nampak lembut itu tersenyum
Matanya tak pernah berkedip memandang kepada anak yang rebah terlentang di atas pembaringan, di depannya
Anak itu te lanjang bulat, pulas dan tidak akan bangun sebelum dikehe ndaki nenek itu, karena Thian Ki, anak itu, memang pulas secara tidak wajar
Bahkan le bih tepat dikatakan pingsan dari pada tidur
Tangan kanan nenek itu memegang sebuah mangkok yang te risi cairan merah seperti darah
Kemudian, ia menggunakan tangan kiri untuk membaluri seluruh tubuh anak itu dengan cairan merah
Seluruh tubuh dibaluri, sampai ke mukanya, kepalanya, ujung kakinya dan telapak kakinya
Dibalikkan tubuh Thian Ki dan bagian belakang juga dilumuri cairan merah itu sampai habis dan seluruh permukaan tubuh anak itu menjadi merah seperti dicat! Ia membiarkan sampai cairan merah itu mengering di tubuh Thian Ki, kemudian ia memeriksa air di panci yang di godok
Air itu mulai mendidih dan ia menuangkan cairan hitam ke dalam air itu
Nampak uap hitam mengepul tebal dari dalam panci dan tercium bau yang harum tapi aneh
Lo Nikouw lalu menghampiri pembaringan, memondong tubuh Thian Ki yang telanjang bulat dan berwarna merah itu, kemudian ia........
memasukkan tubuh anak itu ke dalam panci air mendidih! Mula-mula tubuh bagian atas, dari kepala ke pinggang yang dimasukkan panci, tidak lama, lalu dibalikkan dari pinggang ke kaki
Juga hanya sebentar, kemudian tubuh itu direndam sampai ke le her dan Lo Nikouw menggunakan tangan untuk memercikkan air yang kehitaman dan panas itu ke muka dan kepala Thian Ki! Warna merah itu terhapus dan setelah seluruh tubuh bersih dari warna merah, Lo Nikouw menurunkan panci dan membawa tubuh yang kini mengepulkan uap panas itu ke pembaringan kembali
Tubuh anak itu te lentang
Anehnya, kulitnya tidak melepuh dan anak itu masih pingsan dan pulas , dadanya turun naik dengan halus, dan kulit tubuhnya yang te rkena air mendidih itu hanya nampak kemerahan dan segar
Hanya di bagian bawah pusar dan sekitarnya, nampak ada warna hitam kemerahan yang membayang di bawah kulit! Kini Lo Nikouw dengan penuh perhatian, dan dengan mata tak pernah berkedip duduk bersila di dekat anak itu, tangan kanannya memegang sebatang jarum yang berwarna kehijauan
Jarum yang mengandung racun berbahaya sekali
Sekali tusuk saja dengan jarum itu, orang biasa akan te was seketika! Akan tetapi kini ia menggunakan jarum beracun itu untuk menusuki bagian-bagian tertentu dari tubuh cucunya! Apa yang se dang dilakukan Lo Ni-kouw
Apakah nenek ini hendak mencelakai cucunya sendiri
Sama sekali tidak! Peristiwa seperti terjadi pada malam ini sudah dilakukannya sejak ia pertama kali mengajak Thian Ki tidur di situ
Diam-diam nenek ini merasa penasaran sekali mendengar bahwa pute rinya, Lan Ci dan mantunya Siang Lee, mengambil keputusan untuk tidak mengajarkan silat kepada Thian Ki Ia merasa penasaran
Padahal ia sudah siap untuk mewariskan seluruh ilmu kepandaiannya kepada cucunya
Untuk berte rus membantah keputusan anak dan mantunya, la tidak berani
Ia sedang bersembunyi dan mencari ketenangan di situ, tidak boleh ia memulai dengan memusuhi anak dan mantunya
Maka, diam-diam timbul gagasannya yang ia anggap amat baik dan menguntungkan bagi cucunya yang amat disayanginya itu
Ia ingin membuat cucunya menjadi seorang Tok-tong (Anak Beracun)! Biarpun oleh ayah ibunya tidak diberi pelajaran ilmu silat, kalau cucunya itu memiliki tubuh yang kebal kuat dan beracun,maka dia akan menjad seorang yang mampu menjaga diri dari serangan orang lain! De mikianlah, semenjak dua tahun yang lalu, diajaknya cucunya kadang-kadang tidur bersamanya di kuil dan kesempatan ini ia pergunakan untuk menggemble ng cucunya itu agar menjadi Tok-tong! Mula-mula, ia membuat cucunya pingsan dengan totokan sehingga apapun yang ia lakukan kepada cucunya, anak itu tidak mengetahui atau menyadarinya
Ia mulai memasukkan racun, hawa beracun ke dalam tubuh cucunya melalui obat, melalui penggodokan dan juga penyaluran hawa sakti dari tubuhnya
Dan pada malam hari ini merupakan proses te rakhir bagi cucunya
Perut di bawah pusar sudah memperlihatkan tanda merah kehitaman, hal itu berarti bahwa kekuatan atau tenaga dalam di pusar sudah bangkit, dan warna hitam itu menunjukkan bahwa te naga itu sudah mengandung hawa beracun! Setelah selesai menusuki jalan darah te rte ntu di tubuh cucunya dengan jarum beracun sehingga racun itu mulai beredar di seluruh tubuhnya, Lo Nikouw memandang dengan puas, lalu mengenakan kembali pakaian pada tubuh cucunya, membebaskan totokan sehingga kini Thian Ki tidur pulas dengan wajar
Akan te tapi, anak ini mulai mengigau dan mengeluh karena dia merasa tubuhnya panas
Pada keesokan harinya, ketika pagi-pagi anak itu te rbangun, kemudian disuruh mandi oleh Lo Nikouw, dan rambutnya disis iri oleh neneknya, banyak rambut kepalanya yang rontok te rlepas
Lo Nikouw tidak merasa heran, bahkan gembira karena maklum bahwa hal itu menandakan bahwa hawa beracun sudah mengalir sampai ke kepala
Iapun menyembunyikan rontokan rambut itu sehingga Thian Ki tidak mengetahuinya
Anak ini tidak menderita lagi, tubuhnya bias a saja tidak lagi te rasa panas
Wajahnya nampak kemerahan dan segar, matanya bersinar tajam
Sepintas lalu anak ini nampak sehat dan takkan ada orang menyangka bahwa sejak malam tadi, dia sudah menjadi Tok-tong yang memiliki kelainan pada tubuhnya!
Cucuku, engkau akan menjadi orang yang kokoh kuat, seorang yang gagah perkasa kelak,
katanya setelah selesai menyisiri rambut Thian Ki
Anak itu memandang neneknya dengan sinar mata yang je rnih akan te tapi juga mengandung kehe ranan
Untuk apa Nek
Bukankah dalam kitab, agama disebutkan bahwa jalan utama adalah tanpa kekerasan dan tidak melakukan perlawanan?
Omitohud......engkau benar sekali, cucuku
Akan te tapi lihatlah contoh di luar kamar
Mari, mari kita melihat keluar.
Nenek itu membimbing cucunya dan mereka keluar dari kamar, melihat ke kebun di mana te rdapat sis a akibat hujan semalam
Air hujan membuat selokan kecil di situ penuh air yang menghanyutkan daun-daun kering dan lumpur
Lihat itu, cucuku
Batu-batu itu, sepertl juga daun-daun itu, tidak melakukan kekerasan, tidak melawan
Akan tetapi, alangkah gagahnya batubatu itu, diterjang air masih tetap te guh dan kokoh kuat, sebaliknya lumpur dan daun-daun itu hanyut dan dipermainkan air
N ah, bukankah jauh le bih baik menjadi seperti batu itu daripada seperti tanah lumpur dan segala kotoran yang dihanyutkan air
Engkau tidak perlu melakukan perlawanan, tidak perlu menggunakan kekerasan, namun apabila dirimu kokoh kuat, engkau tidak akan mudah dipermainkan orang lain.