"Golok itu sejak dahulu menjadi rebutan. Kini setelah berada di tangan ku, siapa yang menghendakinya boleh merampas dari tanganku," kata Ban-tok Sian-li dengan sikap menantang.
Melihat keadaan yang menegangkah dan bertentangan ini, Thio Cin Kang segera menengahi dan suaranya terdengar berwibawa namun lembut ketika dia berkata kepada Ban-tok Sian-li. "Li-moi, kalau memang benar Tan-taihiap yang telah mendapatkan kembali golok pusaka itu, kuharap engkau suka memberikan saja kepada Tan-taihiap. Di antara kita sendiri tidak perlu terjadi perebutan siapa yang akan mengembalikan testika Golok Naga kepada Kaisar."
Ban-tok Sian-li mengerutkan alisnya dan memandang kepada Thio Cin Kang, "Golok pusaka itu tidak pantas berada di tangan Kaisar yang demikian lemahnya. Kaisar tidak memusuhi penjajah Kin, bahkan telah mengejar- ngejar kaum pejuang dan membunuh banyak pahlawan yang sebetulnya setia kepadanya. Golok pusaka itu lebih tepat berada di tangan para pejuang dan akan kuserahkan kepada pimpinan pejuang Gak Liu, putera mendiang Panglima Gak Hui."
0ooo-dw-ooo0
"Aku mengenal baik Gak Liu dan dia tidak akan mau menerima golok itu," kata Thio Cin Kang. "Golok itu adalah milik Kaisar, dicuri orang dari gudang pusaka istana. Kalau kita memilikinya, sama saja dengan kita yang mencurinya. Da n ingatlah, Li-moi. Selama ini yang mengejar-ngejar para pejuang sesungguhnya bukanlah kaisar, melainkan Jin Kui. Jin Kui seorang penjilat yang lihai dan kaisar hanya terpengaruh olehnya. Kalau dia sudah tidak ada, tentu sikap Kaisar terhadap para pejuang juga berubah."
"Benar sekali apa yang diucapkan oleh Thio-pangcu. Aku sendiri sudah bicara dengar Sri baginda Kaisar dan aku membujuknya agar tidak memusuhi para pejuang yang sesungguhnya setia kepada Kerajaan Sung dan para pejuang itu hanya hendak mengusir penjajah dari tanah air. Dan Kaisar dapat menerimanya, bahkan memberi aku surat kuasa. Akan tetapi Jin Kui pandai menghasut sehingga Kaisar kembali menganggap para pejuang itu sebagai pemberontak," kata Tiong Li .
"Kalau begitu, pengembalian golok ini harus dapat mengubah sikap Kaisar terhadap para pejuang!" kata Ban-tok Sian-li .
"Kukira Tan-taihiap cukup bijaksana untuk mengaturnya. Tan-tai hiap, dapatkah engkau mengatur sedemikian rupa sehingga Kaisar akan menganggap bahwa para pejuang berjasa dalam mengembalikan golok pusaka itu?"
"Tentu saja!" jawab Tio ng Li gembira. "Aku akan melaporkan kepada Sri baginda bahwa para pejuang yang membantuku sehi ngga golok pusaka itu dapat ditemukan kembali. Da n ini bukanlah bohong belaka. Dalam mencari Sian-lip un kami dibantu oleh orang-orang yang dipimpin Gan twako dari Hek tung Kai-pang."
"Nah, Li-moi. Engkau sudah mendengar sendiri janji yang diberikan Tan-tai hiap. Kuharap sekarang engkau suka menyerahkan golok pusaka itu kepadanya."
Terjadi hal yang bagi Siang Hwi dan Tio ng Li merupakan suatu keajaiban. Ban-tok Sian-li yang biasanya keras hati dan tidak pernah mau tunduk kepada siapapun juga, sekali ini mendengar ucapan Thio- pangcu, menjadi jinak seperti domba! la mengambil golok pusaka itu dan menyerahkannya kepada Tan Tiong Li.
"Terimalah Mestika Golok Naga ini dan penuhi janjimu melaporkan kepada Kaisar bahwa para pejuang agar tidak dimusuhi lagi," katanya.
"Terima kasih, Sian-li," kata Tiong Li dan setelah mengikatkan golok itu di punggungnya, dia memberi hormat kepada Sian-li sambil berkata, "Setelah kita semua sekarang berkumpul di sini, ada satu hal lagi yang ingin ku minta darimu, Sian-li."
"Ada apa lagi?" tanya Sian-li mengerutkan alisnya dan memandang kepada Tio ng Li dengan sinar mata tajam.
"Mengenai hubunganku dengan muridmu, yaitu Hwi- moi. Kami saling menci nta, Sian-li, dan perkenankan aku menggunakan kesempatan ini untuk melamarnya kepadamu, la sudah tidak memiliki keluarga lagi, maka hanya kepadamulah aku dapat mengajukan lamaranku. Sian-li, aku mohon perkenanmu untuk berjodoh dengan Siang Hwi," Mendengar ini, semua orang memperhatikan Sian-li. Gan Kok Bu juga memandang dengan si nar mata sayu, akan tetapi dia merasa terharu melihat keberanian Tiong Li mengajukan pinangan di depan banyak orang dengan jujur dan tanpa malu-malu. Dia melihat pula betapa Siang Hwi menjadi tersipu mendengar lamaran langsung itu .
Ban tok Sian-li yang dipandang dengan hati tegang dan khawatir kalau-kalau menolak oleh Tiong Li dan Siang Hwi, nampak tersenyum memandang kepada muridnya, kemudian ia berkata lantang, "Urusan perjodohan adalah urusan pribadi yang tidak perlu ditanyakan kepada orang lai n. Kalau yang bersangkutan sudah setuju, tidak ada orang lain boleh mencampurinya. Karena itu, tanyakan saja kepada Siang Hwi, kalau ia setuju menjadi jodohmu, akupun tidak menaruh keberatan apapun."
Kalau Tiong Li dan Siang Hwi mendengarkan ini dengan mata terbelalak heran dan girang, adalah Thio Cin Kang yang segera bertepuk tangan. "Suatu pernyataan yang tepat sekali! Dan suatu saat yang berbahagia sekali. Ha-ha ha! Biarlah kebahagiaan perjodohan ini kami tambah lagi dengan pengumuman. Bagaimana, Li-moi, kalau kita mengumumkannya sekarang?" Dia menoleh kepada Ban-tok Sian-li yang hanya mengangguk sambil tersenyum tersipu.
Thio Cin Kang lalu berkata lantang. "Baiklah, saudara- saudara semua. Kami mengumumkan bahwa kami pun merencanakan pernikahan kami. Aku, Thio Cin Kang sudah saling bersepakat dengan Souw Hian Li untuk menjadi suami isteri !" Mendengar ini, semua orang bertepuk tangan penuh keheranan dan juga kegembiraan. Tidak ada seorang pun berani menyangka atau mengira bahwa suatu saat Ban-tok Sian-li akan memilih jodohnya! Dan pili han itu jatuh kepada ketua Pek-eng-pang yang telah menjadi duda tanpa anak, sungguh merupakan pilihan yang tepat sekali karena Thio Cin Kang seorang yang jantan dan gagah perkasa.
Ketika Siang Hwi mendengar ucapan itu dan melihat subonya tersipu sambil senyum-senyum, ia tidak dapat menahan keharuan hatinya. Iapun sama sekali tidak mengira bahwa subonya dapat jatuh ci nta. Maka iapun lari menghampiri dan merangkul subonya sambil bercucuran air mata. Da n, untuk pertama kalinya orang- orang meli hat bahwa Ban-tok Sian li Souw Hian Li juga dapat menangis, mencucurkan air mata bahagia!
Kemudian ramailah orang-orang memberi selamat kepada dua pasang calon suami isteri itu. Thio Cin Kang merasa gembira sekali dan dia berkata. "Peristiwa bahagia ini harus dirayakan Kami mengundang saudara semua untuk datang ke Pek-eng-pang tiga hari lagi, untuk merayakan pertunanganku dengan Li-moi, dan pertunangan Tan-tai hiap dengan nona The." Semua menyambut dengan tepuk tangan gembira. Pada keesokan harinya, dengan menyamar sebagai para anggauta Hek-tung Kai-pang orang-orang Pek-eng-pang itu berhasil keluar dari kpta raja dengan aman.
-o0odwkz-234o0o-
Dengan sumpah-serapah, saking menderita nyeri diseluruh tubuhnya, Perdana Menteri Jin Kui menyuruh panggil seluruh tabib yang ada di kota raja. Bahkan tabib istana juga dipanggilnya untuk mengobatinya. Semua tabib menyatakan bahwa tubuh Perdana Menteri keracunan hebat. Dan biarpun dua batang jarum dipunggung nya telah berhasil dikeluarkan, akan tetapi darahnya telah keracunan. Bermacam obat telah diberikan, akan tetapi semua obat itu hanya menambah usianya beberapa hari saja, berarti menambah siksaan bagi dirinya selama beberapa hari. Karena pengaruh obat itu yang melawan racun, tubuhnya timbul bisul-bisul yang mengeluarkan darah dan nanah, nyerinya tak tertahankan sehingga berhari-hari dia hanya mengerang dan kadang menjerit jerit minta-minta ampun !.
Kaisar yang datang menjenguk mendengar Jin Kui sakit, sampai mundur dengan ngeri meli hat betapa tubuh perdana menterinya itu penuh bisul sampai ke muka- mukanya dan mengeluarkan bau busuk.