Mestika Golok Naga Chapter 47

NIC

Melihat pemuda itu tidak menjawabnya, bahkan tidak menengoknya melainkan menunduk dengan wajah murung, tentu saja Siang Hwi menjadi heran dan khawatir.

"Koko, engkau kenapakah?" tanyanya sambil memegang pundak pemuda itu.

Tiong Li melepaskan pundaknya dengan gerakan agak kasar, lalu bangkit! dan berkata, "Duduklah, aku hendak menyampaika n pesan untukmu!"

Siang Hwi duduk dan memandang khawatir sekaI i. "Koko, kenapa engkau bersikap begini? Pesan apakah itu dan dari siapa? "

"Dari Gan Kok Bu! Nah, engkau ingin mendengar pesannya, bukan ? "

Siang Hwi bingung dan khawatir sekali meli hat sikap yang kaku dari Tiong Li itu, ia tidak dapat menjawab hanya mengangguk. "Nah, dengarlah baik baik. Gan Kok Bu minta agar aku menyampaika n kepadamu bahwa perasaan cintanya kepadamu masih seperti dulu, dan bahwa dia masih mengharapkan jawaban darimu sekarang juga. Nah, kausampaikan jawaban itu melalui aku!"

Siang Hwi terbelalak dan tiba-tiba ia mengerti! Kok Bu menyatakan ci ntanya melalui Tio ng Li dan kekasihnya itu terbakar oleh api cemburu. Hampir ia tertawa geli, akan tetapi ia menelan tawanya, la tidak mau menyi nggung perasaan kekasihnya, ia terlalu hormat dan cinta kepada Tiong Li, tidak mau ia menyakiti hatinya.

"Ah, begitukah? Betapa berani nya!" ia lalu memegang tangan Tiong Li dan ditariknya pemuda itu bangkit berdiri "Hayo kita cari dia. Aku ingin menyampaikan sendiri jawabanku dan engkau harus hadir!" Dengan erat ia memegang tangan Tiong L i dan menariknya lari mencari Kok Bu.

Mereka mendapatkan Kok Bu sedang berada di ruangan dalam, bercakap-cakap dengan tiga orang pengurus Hek-tung Kai-pang. Akan tetapi Siang Hwi tidak perduli dan terus menarik tangan Tiong Li memasuki ruangan itu. Tentu saja.Kok Bu memandang dengan mata terbelalak meli hat gadis itu masuk sambil menggandeng tangan Tiong L i yang di tarik-tariknya dengan paksa!

"'Gan-twako, aku sudah menerima pesanmu lewat Li- koko. Dan dengarlah baik-baik jawabanku. Beberapa waktu yang lalu engkau pernah menyatakan ci ntamu kepadaku dan aku sama sekali tidak menanggapi, tidak menjawab karena pada waktu itu aku tidak ingin bicara soal cinta. Hatiku masih kosong dari cinta maka aku tidak dapat menjawab atau memberi keputusan kepadamu. Kemudian aku bertemu Li-koko dan aku menemukan cinta. Dia inilah ci ntaku, dan kami sudah bertunangan, kami kelak akan menjadi suami isteri, akan menikah. Dan engkau malah mengangkat calon suamiku sebagai comblang untuk menyampaikan cintamu ke padaku! Nah, itulah jawabanku, Gan twakol"

Pucat wajah Kok Bu. Pucat lalu merah sekali. Ingi n rasanya dia masuk ke dalam bumi karena merasa malu dan terpukul . "Ahhh.....ohhh..... Tan-taihap,ap kenapa

engkau tidak memberitahukan hal Itu kepadaku? Mengapa engkau diam saja sehingga membiarkan aku melakukan hal yang memalukan itu?" Suara Kok Bu mengandung penyesalan dan kedukaan. "Tan-tai hiap, Nona The, kalian maafkanlah aku yang tak tahu diri dan tidak tahu malu ini." Pemuda itu menundukkan mukanya dan sepasang kekasih itu memandang dengan penuh perasaan iba .

"Tidak ada yang perlu dimaafkan, Gan-twako. Tentu saja engkau berhak menyatakan perasaanmu kepada siapapun juga, " kata Tio ng Li.

"Aih, kau maafkanlah aku, Gan-twako. Aku aku

telah membikin engkau merasa, tidak enak Aku terburu nafsu karena meli hat Li-koko dibakar api cemburu dan kelihatan bersikap kaku ke padaku. Maafkan aku, tidak ada maksud di hatiku untuk menyi nggung perasaanmu."

Gan Kok Bu tersenyum. Wajahnya masih agak pucat akan tetapi senyumnya wajar. Dia memang seorang gagah perkasa yang dapat menguasai hatinya dan dapat menerima kenyataan.

"Sungguh aneh kalian ini. Orang-orang gagah yang aneh. Kalian terganggu oleh kelancanganku, malah kalian yang menyatakah maaf. Aku sama sekali tidak tersinggung, bahkan merasa girang. Kalian memang sepantasnya menjadi jodoh masing-masing. Biarlah sekarang juga aku mengucap kan kiong-hi (selamat) !" Dia lalu mengangkat kedua tangan kedepan dada dan mengucapkan selamat. Tiga orang pengurus Hek-tung Kai-pang yang sejak tadi hanya melongo kini juga ik ut- ikutan memberi selamat.

Tentu saja Tiong Li dan Siang Hwi menjadi tersipu. Tiong Li memandang ke pada Gan Kok Bu dengan kagum. "Gan-twa ko, engkau seorang sahabat yang baik, engkau seorang gagah tulen!"

"Mari, marilah kalian duduk. Hal ini perlu dirayakan dengan pesta kecil!", kata Kok Bu gembira dan dia lalu memanggil pembantu untuk menghidangkan arak dan makanan. Mereka berenam lalu makan minum dengan gembira dan agaknya Kok Bu sudah melupakan sama sekali malapetaka batin yang menimpa dirinya. Tentu tidak ada yang tahu betapa malam itu dia menangis seorang diri di dalam kamarnya!

0odwo0

Perdana Menteri Ji n Kui mengundang semua pembantunya, yaitu Ciang Sun Hok yang menjadi jagoan lihai bekas jagoan istana, Ma Kiu it panglima pengawalnya, Kui To Cin-jin si muka tikus bekas guru mendiang Jin Kiat dan dua sutenya yang diperbantukan, yaitu Ouw Yang Kian dan Oyw Yang Sian kemudian Tang Boa Lu si Muka Tengkorak. Enam orang ini berkumpul diruangan dalam di mana Jin Kui duduk sambil memegangi selembar surat dengan muka merah.

"Aku menerima surat ini. bagaimana pendapat kalian? Dengar, kubacakan suratnya: Kami hendak menghaturkan! Mestika Golok ,Naga kepada Perdana Menteri Jin Kui, harap datang ke Bukit Menjangan di luar kota. Kalau Perdana Menteri Jin Kui tidak datang sendiri,! jangan harap akan dapat menemukan kembali Mestika Golok Naga ! Nah, surat ini tidak ditandatangani, ini jelas merupakan tantangan kepadaku untuk datang ke Bukit Menjangan. Bagaimana pendapat kailan?"

"Hati-hati,. taijin. Ini bisa saja merupakan panci ngan agar paduka datang ke tempat Itu. Merupakan jebakan kata Kui To Cin-rjin yang dibenarkan oleh lima orang rekannya yang lain.

"Kita semua sudah mengetahui bahwa Mestika Golok Naga sudah dirampas oleh Tan Tiong Li dari tangan Panglima Wu Chu. Kenapa sampai sekarang belum di kembalikan kepada Kaisar ? Apakah Tan Tiong L i yang mengirim surat ini dan apa maksudnya berbuat demikian?"

"Mungkin untuk menjebak pasukan, taijin," kata Kui To Ciri-Jin.

"Lalu bagaimana pendapat kalian terhadap surat ini?

Apa yang harus kita lakukan?"

"Saya usulkan agar mengirim seorang yang menyamar sebagai paduka ke Bukit Menjangan, dan kami berenam akan mengawalnya! Kalau dia benar- benar muncul membawa Mestika Golok Naga, kami akan merampasnya," kata Tang Boa Lu.

"Bagaimana kalau mereka itu membawa pasukan pemberontak yang besar jumlahnya?" kata Ma Kiu it. "Sebaiknya kita kerahkan pasukan menuju ke Bukit Menjangan dan membasmi mereka!"

"Usul Ma-ciangkun tidak tepat," kata Ciang Sun Hok. "Kalau kita mengerahkan pasukan, tentu mereka itu sama sekali malah tidak mau datang. Taijin, Saya lebih condong menerima usul Tang ciangkun. Kita mengirim seorang yang menyamar sebagai paduka, menunggang kereta dan kami berenam yang mengawal, lalu kita lihat apa yang akan terjadi di sana. Andaikata merupakan jebakan kami berenam tentu akan dapat mengatasinya dan paduka yang berada di rumah tentu tidak akan terancam apa-apa."

Perdana Menteri Jin Kui mengangguk-angguk. "Kami dapat menyetujui usul itu."

"Tai-jin, dalam surat itu, kapankah ditentukap agar paduka datang ke Bukit Menjangan?" tanya Ma Kiu it.

"Tidak disebutkan, jadi sewaktu-waktu."

"Kalau begitu, sebaiknya kalau yang menyamar paduka itu datang di waktu matahari telah condong ke barat. Kalau cuaca sudah mulai gelap, maka dengan mudah kita mengirim pasukan khusus ke tempat itu secara diam-diam dan mengepung tempat itu. De ngan demikian kalau mereka menggunakan jebakan dan mengerahkan pasukan, kita dapat menghancurkannya."

Demikianlah, mereka berundi ng dan akhirnya diputuskan agar seseorang menyamar sebagai Perdana Menteri Jin Kui dan setelah lewat tengahari kereta itu diberangkatkan ke Bukit Menjangan, dikawal oleh enam orang jagoan itu dan di belakangnya ada pasukan yang diam-diam menuju ke Bukit Menjangan dari jurusan lain agar tidak diketahui oleh para pemberontak.Setelah semua siasat diatur, mereka bubaran dan siasat itu akan dilaksanakan keesokan harinya. Mereka memi lih setelah hari menjelang malam agar penyamaran orang pengganti Perdana Menteri Jin Kui tidak ketahuan dan agar pasukan yang diam-diam mendatangi Bukit Menjangan dari lain jurusan tidak terlihat pula.

Posting Komentar