Mestika Golok Naga Chapter 46

NIC

Keduanya lalu berjalan pergi meninggalkan tigapuluh orang perampok itu saling tolong dan menuju ke lereng bukit Thia n-mu-san, jalan berdampingan dan bukan hanya Thio Cin Kang saja yang merasa berbahagia dapat mengajak wanita itu pulang ke rumahnya, juga Souw Hian Li merasakan suatu perasaan yang belum pernah ia alami sebelumnya.

Cinta asmara memang aneh dapat membuat seseorang merasa bahagia seperti hid up di sorga, akan tetapi di lain saat dapat membuat orang itu berbalik merasa sengsara seperti hidup di neraka! Cinta asmara mengandung nafsu berahi, ingin memiliki dan dimiliki, ingin menyayang dan disayang , ingin menguasai dan dikuasai, ingin selalu berdekatan, bahkan bersatu dalam dua badan satu hati. Akan tetapi satu saja di antara keinginan-keingi nan itu tidak terpenuhi, datanglah sengsara dan kasih sayang dapat saja berubah sama sekali bentuknya menjadi dendam dan benci.

Karena Ingi n memiliki dan dimiliki, menguasai dan dikuasai, maka timbullah cemburu. Cinta asamara adalah semacam kesayangan seperti sayangnya seseorang kepada sebuah benda yang Indah dan I-ngln dimilikinya sendiri, tidak boleh disentuh orang lai n. Dan cinta asmara mendatangkan duka kalau tiba saatnya dipisahkan dari yang dicinta.

Namun, tanpa adanya cinta asmara, hidup akan terasa hambar. Perasaan ini. sudah merupakan naluri kemanusiaan, di ikut-sertakan semenjak lahir karena cinta asmara merupakan sarana perkem-bang-biakan manusia. Tanpa cinta asmara yang mengandung nafsu berahi, bagaimana manusia dapat berkembang biak, beranak-cucu? Tiada habis-habisnya para cendekiawan, para filsuf dan pengarang, membicarakan dan menulis tentang cinta asmara, dan kita tidak juga bosan mendengar atau membacanya. Mengapa demikian? Karena cinta asmara merupakan bagian dari pada hidup kita.

Ban-tok Sian-li Souw Hian Li telah banyak bertemu pria yang tergila-gila kepadanya. Akan tetapi belum pernah ia merasa tertarik kepada, seorangpun pria itu. Dan sekarang, tiba-tiba saja ia tertarik kepada seorang duda. Inilah yang dinamakan jodoh dan memang terdapat sesuatu yang aneh dalam soal perjodohan ini. Seolah ada Tangan Ajaib yang mengaturnya.. Karena itu, sejak jaman dahulu orang mengatakan bahwa kalau sudah jodoh, akhirnya tentu akan bertemu juga. Kalau sudah jodoh,maka orang itu akan dilihatnya sebagai orang yang sebaik-baiknya, setampan-tampannya, pendeknya serba baik menarik. Daya tarik ini mungkin timbul dari persamaan selera, persamaan watak dan sebagainya yang agar memudahkan disebut saja sudah jodohnya .

0odwo0

Tiong Li dan Siang Hwi kembali ke kota raja. Mereka mencari-cari jejak Ban-tok Sian-li akan tetapi sia-sia saja karena wanita yang mereka cari itu sama sekali tidak meni nggalkan jejak, seperti hilang begitu saja.

Akhirnya mereka mengaso di dalam taman rakyat. Siang itu orang-orang masih sibuk bekerja sehi ngga taman itu tidak ramai dan mereka dapat duduk bercakap- cakap dengan santai di sebuah bangku panjang.

Tiba-tiba seorang mengemis menghampiri mereka dan menyodorkan sebuah mangkok butut. Siang Hwi mengambil uang sekeping dan memasukkannya ke dalam mangkok. Akan tetapi, meli hat pengemis itu Tio ng Li berseru girang.

"Eh, bukankah engkau Gan-twako?"

Wajah yang terlindung capi ng lebar butut itu tersenyum dan sepasang mata itu bersinar-si nar. Kiranya yang bersembunyi di balik baju butut dan kulit muka kotor itu adalah seorang pemuda tampan dan gagah yang bukan lai n adalah Gan Kok Bu, putera ketua Hek tung Kai-pang.

"Ah, kiranya engkau,Gan-twako?" Siang Hwi kini juga mengenalnya.

"Kau sudah mengenalnya?" tanya Tio ng Li kepada Siang Hwi. "Dan kau juga sudah mengenalnya?" balas tanya Siang Hwi dengan heran..

"Dia putera Gan-pangcu dari Hek-tung Kai-pang dan dia sudah pernah membantuku," jawab Tio ng Li.

"Aku juga tahu bahwa dia putera Gan-pangcu dan dia juga pernah membantu kami, ketika aku dan subo terkepung pasukan. Dia yang menyembunyika n kami," kata Siang Hwi.

"Sudahlah, ji-wi (kalia n berdua) tidak perlu menyebut lagi hal itu. Di antara kita sudah tentu harus ada saling bantu dan saling kerja sama," kata Gan Kok Bu sambil tersenyum.

"Bagaimana kabarnya dengan Hek-tung Kai-pang ketika diadakan penggeledahan, Gan-twako?" tanya Tiong Li.

"Ah, karena pemberitahuanmu, maka. kami telah bersiap-siap dan ketika di adakan penggeledahan, mereka tidak menemukan apapun. Kami bebas dari kecurigaan dan sampai kini masih dapat berkeliaran tanpa dicurigai." Kok Bu memandang kepada Siang Hwi, gadis yang di--cintanya dan pernah dia menyatakan cintanya kepada gadis itu. "Dan di mana adanya gurumu, nona? Kenapa tidak bersamamu?"

"Kami memang sedang mencarinya," Jawab Siang Hwi.

"Ah, kebetulan sekali, Gan-twako. Engkau tentu akan dapat membantu kami Kalau bibi Souw Hia n Li, guru Hwi-moi berada di kota raja, tentu engkau dan kawan- kawanmu mengetahui nya. Kami ingin sekail mencarinya"

''Ah, Itu perkara mudah. Mari lah, ji-wi singgah di tempat kami dan menanti satu dua hari tentu kami akan mendapatkan berita tentang Ban-tok Sian-li " ajaknya gembira.

Karena ingin sekali segera dapat menemukan Ban-tok Sian-li yang merampas Mestika Golok Naga, Tiong Li menerima tawaran itu dan dia mengajak Siang Hwi untuk pergi ke tempat tinggal Gan Kok Bu. Semenjak peristiwa dahulu ketika ayahnya menyatakan tidak senang dia bergaul dengan murid Ban-tok Sian-li dan ayahnya bahkan mengkhia nati guru dan murid itu, Gan Kok Bu tidak lagi mau tinggal bersama ayahnya. Dia tinggal sendiri bersama beberapa orang pembantu pengurus Hek-tung Kai-pang di rumah yang terpisah dan ke rumah itulah dia membawa Tiong Li dan Siang Hwi.

Melihat hubungan yang akrab dari Tiong Li dan Siang Hwi sebagai dua orang sahabat baik, hati Kok Bu sudah merasa tidak enak. Sejak dulu dia menci nta Siang Hwi, dan kini setelah mereka bertemu kembali, perasaan cinta dan kagumnya semakin berkobar. Setelah dia memerintahkan para pengurus untuk menyampaikan perintahnya kepada para anggauta Hek-tung Kai-pang untuk menyelidiki di mana adanya Ban-tok Sian-li, dia lalu menemani kedua orang tamunya itu dengan ramah.

Ketika pada suatu sore dia mendapat kesempatan berbicara berdua saja dengan Tio ng Li, dia mengaku terus terang tentang perasaannya terhadap Siang Hwi.

"Tan-taihiap, engkau tidak tahu betapa bahagianya aku dapat bertemu dengan kalian berdua, terutama sekali dengan nona Siang Hwi. Aku sangat merindukannya dan sudah lama aku mencari-cari akan tetapi tanpa hasil, Pertemuanku dengannya adalah ketika ia dan gurunya tinggal bersembunyi untuk beberapa hari lamanya di rumah kami." "Aku senang sekali engkau berbahagia bertemu dengan kami," kata Tiong Li dengan suara dan sikap wajar saja.

Heni ng sejenak.. Kemudian Kok Bu memberanika n hatinya dan berkata, "Tan taihiap, maukah engkau menolongku?"

"Tentu saja, twako. Menolong apa?"

"Engkau bersahabat baik dengannya, tentu dapat menyampaika n dengan mudah. Tolong kaukatakan kepadanya bawa aku ..... perasaan hatiku kepada nya masih tetap seperti dulu, bahkan ki ni lebih yakin lagi dan bahwa aku tetap masih menunggu jawabannya."

Sekali ini Tiong Li terkejut bukan main, akan tetapi semua perasaan itu ditahannya di dalam hati. "Kenapa tidak engkau sampaikan saja sendiri, twako?"

"Aku.... aku merasa sungkan dan takut ditolak. Ketahuilah, taihiap. Da hulu aku sudah pernah menyatakan ci ntaku kepadanya, dan sampai kini belum mendapatkan jawabannya. Oleh karena itu, kalau mau menolongku, menyampaikan perasaanku itu dan menanti jawabannya, aku akan merasa berterima kasih sekali ."

Tiong Li merasa jantungnya berdebar penuh ketegangan. Dia tahu bahwa perasaan cemburu menusuk-nusuk perasaannya. Akan tetapi wajahnya tidak memperlihatkan sesuatu dan suaranya masih terdengar biasa ketika dia bertanya.

"Engkau ci nta padanya, twako.. Dan bagaimana dengan ia? Apakah ia juga menci ntamu?"

"Ahh, melihat sikap, pandang matanya dan suaranya, aku hampir yakin bahwa iapun mencintaku, taihiap. Akan tetapi ia belum menyatakan itu dengan kata-kata. dan inilah yang kuharapkan! sekarang akan ia lakukan kalau engkau! mau menolongku menyampaikan pesanku kepadanya. Maukah engkau, taihiap? " Sambil berkata demikian Gan Kok-Bu bangkit berdiri dan merangkapkan kedua tangan depan dada lalu memberi hormat berkali- kali.

Bukan main panasnya rasa hati Tio ng Li. Cemburu memang menjadi permainan ci nta asmara. Dan nafsu cemburu ini amatlah berbahaya, dapat menggelapkan pertimbangan, mendatangkan dendam amarah dan kebencian. Akan tetapi Tio ng Li dapat menekan perasaannya yang terbakar dan diapun bangkit berdiri " Akan kulaksanakan permintaanmu itu! Gan-twako. Jangan khawatir, akan kusampaika n pesanmu itu kepadanya."

"Ah, terima kasih! Terima kasi h taihiap dan aku menanti jawabannya dengan hati tidak sabar lagi. Maafkan! sekarang kutinggalkan taihiap agar dapat segera menemui nya." Gan Kok Bu dengan hati girang dan harapan setinggi gunung lalu meninggalkan Tio ng Li seorang diri.

Setelah ditinggalkan tuan rumah, Tiong Li duduk kembali seperti patung dan sampai lama dia diam saja tidak bergerak, walaupun di dalam dadanya terjadi pergolakan hebat. Siang Hwi saling cinta dengan Kok Bu

? Benarkah Siang Hwi juga menci nta pemuda itu ? Mengapa tidak? Gan Kok Bu seorang pemuda yang tampan dan gagah perkasa, putera ketua Hek-tung Kai- pang. Seorang pemuda yang berbudi baik dan perkasa, sudah sepantasnya kalau mendapatkan ci nta seorang gadis seperti Slang Hwi. Akan tetapi kalau Siang Hwi menci nta Kok Bu, kenapa gadis itu masih mau menerima cintanya ? Apakah gadis itu seorang yang tidak memiliki kesetiaan? Hati Tiong Li menjadi panas sekali. Dia merasa telah didahului oleh Kok Bu. Sebelum dia mengaku ci ntanya kepada Siang Hwi, Kok Bu telah lebih dulu dari padanya. Dan bagaimana dengan Siang Hwi? Dia harus menanyainya. Gadis itu harus mengambil keputusan, tidak boleh mempermainkan hati pria!.

Kebetulan sekali pada saat itu Siang Hwi muncul dari dalam rumah. Agaknya ia memang mencari Tiong Li yang duduk di luar rumah bersama Kok Bu tadi .

"Aih, kiranya engkau berada di sini, koko!" kata Siang Hwi. dengan suara manja. Suara yang biasanya menggetarkan hati Tiong Li karena kemanjaannya itu kini bahkan memanaskan hatinya, seperti suara yang dibuat- buat dan palsu!

Posting Komentar