Kisah Si Bangau Merah Chapter 10

NIC

Ang I Moli menjadi marah bukan main. Ucapan terakhir itu menyinggung keangkuhannya dan dianggap merendahkan, bahkan menghina. Sekali bergerak, ia sudah berada di dekat Yo Han dan mencengkeram pundak anak itu. Yo Han merasa pundak-nya nyeri, akan tetapi sedikit pun dia tidak mengeluh atau menggerakkan tubuhnya, seolah cengkeram-an itu tidak terasa sama sekali.

"Bocah sombong! Sekali aku menggerakkan tangan ini, lehermu dapat kupatahkan dan nyawamu akan melayang!"

Wanita itu diam-diam merasa heran bukan main. Anak yang telah dicengkeram pundaknya itu sedikit pun tidak memperlihatkan rasa takut. Masih tenang-tenang saja seperti tidak terjadi apa-apa, bahkan suaranya pun masih tenang dan penuh teguran dan nasihat.

"Nyawaku berada di tangan Tuhan, Bibi. Engkau berhasil membunuhku atau tidak, kalau engkau tidak mengembalikan Sian Li, sama saja. Engkau akan mengalami kehancuran di tangan Suhu dan Subo. Sebaliknya kalau engkau mengembalikan Sian Li dan mau menerima aku sebagai gantinya, aku dapat minta kepada Suhu dan Subo untuk menghabiskan perkara penculikan Sian Li."

Ang I Moli yang sudah menjadi marah dan tersinggung, hendak menggunakan tangannya menceng-kerem leher anak itu dan membunuhnya. Akan tetapi pada saat itu ketika tangannya mencengkeram pundak, ia merasakan sesuatu yang aneh. Ada getaran di dalam pundak itu, getaran yang lembut namun mengandung kekuatan dahsyat yang membuat ia merasa seluruh tubuhnya tergetar pula.

Ia merasa heran lalu menggunakan jari-jari tangannya untuk memeriksa tubuh anak itu. Dirabanya leher, pundak, dada dan punggung dan ia semakin terheran-heran. Anak ini memiliki tulang yang kokoh kuat dan jalan darahnya demikian sempurna. Inilah seorang anak yang memiliki bakat yang luar biasa sekali. Belum tentu dalam sepuluh ribu orang anak menemukan seorang saja seperti ini! Tubuh yang agaknya memang khusus diciptakan untuk menjadi seorang ahli silat yang hebat. Dan wataknya demikian teguh, tenang dan penuh keberanian. Akan tetapi anak ini mengaku tidak mempelajari ilmu silat! Biarpun demikian, anak ini mengatakan bahwa suhu dan subonya adalah dua orang sakti! Kiranya bukan bualan kosong saja karena hanya orang orang sakti yang dapat memilih seorang murid dengan bentuk tulang, jalan darah dan sikap sehebat anak ini.

"Brrttt...!"

Sekali menggerakkan kedua tangan, baju yang dipakai anak itu robek dan direnggutnya lepas dari badan. Kini Yo Han bertelanjang dada. Ang I Moli bukan hanya meraba-raba, kini juga melihat bentuk dada itu. Dan ia terpesona. Bukan main! Ia tadi sudah memeriksa keadaan tubuh Sian Li. Memang seorang anak yang memiliki tubuh baik pula, bertulang baik berdarah bersih. Akan tetapi dibandingkan anak laki-laki ini, jauh bedanya, tidak ada artinya lagi!

"Anak yang aneh,"

Katanya sambil tangannya masih meraba-raba dada dan punggung yang, telanjang itu.

"Siapa namamu?"

"Aku she Yo, namaku Han."

"Yo Han...? Siapa orang tuamu?"

"Aku yatim piatu. Pengganti orang tuaku adalah Suhu dan Subo."

"Siapa sih suhu dan subomu yang kau puji setinggi langit itu."

"Aku bukan sekedar memuji kosong atau membual, Bibi. Suhuku bernama Tan Sin Hong berjuluk Pendekar Bangau Putih dan Suboku bernama Kao Hong Li, cucu Pendekar Naga Sakti Gurun Pasir."

Ang I Moli menelan ludah! Sungguh sama sekali tidak pernah disangkanya bahwa anak yang diculiknya adalah puteri dari suami isteri pendekar sakti itu! Tentu saja ia pernah mendengar akan nama mereka. Bahkan mereka adalah dua diantara para pendekar yang pernah membasmi Ang i Mopang! Mereka termasuk musuh-musuh lama dari kakaknya, dari Ang I Mopang. Akan tetapi ia pun tidak begitu tolol untuk memusuhi mereka. Biarpun ia sendiri belum pernah menguji sampai di mana kehebatan ilmu mereka, namun tentu saja jauh lebih aman untuk tidak mencari permusuhan baru dengan mereka. Melihat wanita berpakaian merah itu diam saja, Yo Han melanjutkan.

"Nah, engkau tahu bahwa aku bukan menggertak belaka. Tentu engkau pernah mendengar nama mereka. Sekarang, bagaimana kalau engkau mengembalikan Sian Li kepada mereka, Bibi?"

Ang I Moli mengamati wajah Yo Han dengan penuh perhatian.

"Kalau aku mengembalikan Sian Li, engkau mau ikut bersamaku dan menjadi muridku?"

"Sudah kukatakan bahwa aku suka menggantikan Sian Li. Bagiku yang penting aku harus dapat mengajak Sian Li pulang ke rumah Suhu dan Subo. Setelah aku mengantar ia pulang, aku akan ikut bersamamu."

"Hemm, kau kira aku begitu goblok? Kalau aku membiarkan engkau mengajak ia pulang, tentu engkau tidak akan kembali kepadaku. Yang datang kepadaku tentu suami isteri itu untuk memusuhiku."

Yo Han mengerutkan alisnya, memandang kepada wanita itu. Ang I Moli terkejut. Sepasang mata anak itu mencorong seperti mata harimau di tempat gelap tertimpa sinar!

"Bibi, aku tidak sudi melanggar janjiku sendiri! Juga, hal itu akan membikin Suhu dan Subo marah kepadaku. Kami bukan orang-orang yang suka menyalahi janji."

"Baik, mari, sekarang juga kita bawa Sian Li kembali ke rumah orang tuanya."

Biarpun tubuhnya sudah terlalu penat untuk melakukan perjalanan lagi, namun Yo Han menyambut ajakan ini dengan gembira.

"Baik, dan terima kasih, Bibi. Ternyata engkau bijaksana juga."

Ang I Moli memondong tubuh Sian Li.

"Mari kau ikuti aku."

Melihat wanita itu lari keluar kuil, Yo Han cepat mengikutinya. Akan tetapi, Ang I Moli hendak menguji Yo Han, apakah benar anak ini tidak pandai ilmu silat. Ia. berlari cepat dan sebentar saja Yo Han tertinggal jauh.

"Bibi, jangan cepat-cepat. Aku akan sesat jalan. Tunggulah!"

Ang I Moli menanti, diam-diam merasa sangat heran. Kalau anak itu murid suami isteri pendekar yang namanya amat terkenal itu, bagaimana begitu lemah?

Menangkap kupu-kupu saja tidak mampu, dan diajak berlari cepat sedikit saja sudah tertinggal jauh. Padahal, anak itu memiliki tubuh yang amat baik. Kelak ia akan menyelidiki hal itu. Ketika ia memeriksa tubuh Yo Han tadi, bukan saja ia mendapatkan kenyataan bahwa anak itu dapat menjadi seorang ahli silat yang hebat, juga mendapat kenyataan lain yang mengguncangkan hatinya. Anak itu memiliki darah yang bersih dan kalau ia dapat menghisap hawa murni dan darah anak laki-laki itu melalui hubungan badan, ia akan mendapatkan obat kuat dan obat awet muda yang amat ampuh! Tidak lama mereka berjalan karena Ang I Moli membawa mereka ke tepi sungai, lalu ia mengeluarkan sebuah perahu yang tadinya ia sembunyikan di dalam semak belukar di tepi sungai.

"Kita naik perahu, agar dapat cepat tiba di Ta-tung,"

Kata Ang I Moli dan ia menyeret perahu ke tepi sungai, dibantu oleh Yo Han. Tak lama kemudian, mereka pun sudah naik ke perahu yang meluncur cepat terbawa arus air sungai dan didayung pula oleh Yo Han, dikemudikan oleh dayung di tangan wanita pakaian merah itu. Sian Li masih pulas, rebah miring di dalam perahu. Melalui air, perjalanan tentu saja tidak melelahkan, apalagi karena mereka mengikuti aliran air sungai, bahkan jauh lebih cepat dibandingkan perjalanan melalui darat. Maka, pada keesokan harinya, pagi-pagi sekali mereka sudah mendarat di tempat di mana kemarin Ang I Moli bertemu dengan Yo Han dan Sian Li.

"Nah, bawalah ia pulang, dan kau cepat kembali ke sini. Kutunggu,"

Kata Ang I Moli kepada Yo Han. Ia menotok punggung Sian Li dan anak ini pun sadar, seperti baru terbangun dari tidur. Sian Li girang melihat Yo Han di situ dan Yo Han segera memondong-nya, menatap wajah wanita itu dan berkata,

"Engkau percaya kepadaku, Bibi?"

Ang I Moli tersenyum.

"Tentu saja. Kalau engkau membohongiku sekali pun, engkau takkan dapat lolos dari tanganku!

"Aku takkan bohong!"

Kata Yo Han dan dia pun membawa Sian Li keluar dari perahu, lalu berjalan secepatnya menuju pulang.

Hatinya merasa lega dan gembira bukan main karena dia telah berhasil membawa pulang Sian Li seperti telah dijanjikannya kepada suhu dan subonya. Dia telah bertanggung jawab atas kehilangan adiknya itu, dan kini dia telah memenuhi janji dan tanggung lawabnya. Tan Sin Hong dan isterinya, Kao Hong Li, semalam tadi tidak dapat pulas sejenak pun dan pagi-pagi sekali mereka sudah bangun. Dengan wajah muram dan rambut kusut mereka duduk di beranda depan seperti orang-orang yang menantikan sesuatu. Memang mereka menanti pulangnya Yo Han, kalau mungkin bersama Sian Li yang diculik orang. Hong Li menganggap hal ini tidak mungkin, hanya harapan kosong belaka dan sia-sia. Akan tetapi suaminya berkeras hendak menanti kembalinya Yo Han sampai tiga hari!

"Yo Han...."

Tiba-tiba Sin Hong berseru. Hong Li yang sedang menunduk terkejut, mengangkat mukanya dan wajahnya seketika berseri, matanya bersinar-sinar, seperti matahari yang baru muncul dari balik awan hitam.

"Sian Li....!"

Ia pun meloncat dan lari menyambut Yo Han yang datang memondong adiknya itu.

"Ibu....! Ayah....!"

Sian Li bersorak girang dan ia merasa terheran-heran ketika ibunya merenggutnya dari pondongan Yo Han, mendekap dan menciuminya dengan kedua mata basah air mata!

"Ibu.... menangis? Tidak boleh menangis, Ibu tidak boleh cengeng dan lemah!"

Sian Li menirukan kata-kata ayah dan ibunya kalau ia menangis. Ibunya yang masih basah kedua matanya itu tersenyum.

"Tidak, ibu tidak menangis. Ibu bergembira....!"

Sin Hong sudah menyambut Yo Han dan memegang tangan murid itu, menatapnya sejenak lalu berkata,

"Mari masuk dan kita bicara di dalam."

Mereka duduk di ruangan dalam, mengelilingi meja. Sian Li dipangku oleh ibunya yang memeluknya seperti takut akan kehilangan lagi.

"Nah, ceritakan bagaimana engkau dapat mengajak pulang adikmu, Yo Han,"

Kata Sin Hong. Hong Li memandang dengan penuh kagum, heran dan juga bersukur bahwa muridnya itu benar-benar telah mampu mengembalikan Sian Li kepadanya. Padahal ia sendiri dan suaminya sudah mencari-cari sampai sehari penuh tanpa hasil, bahkan tidak dapat menemukan jejak Sian Li dan penculiknya.

"Suhu dan Subo, ketika teecu pergi hendak mencari adik Sian Li, teecu segera berlari ke luar kota, melalui pintu gerbang selatan. Sehari kemarin teecu berlari dan berjalan terus dan pada malam hari tadi, teecu tiba di lereng sebuah bukit. Teecu melihat sebuah kuil dan ada sinar api unggun dari dalam kuil. Teecu memasuki kuil tua yang kosong itu dan di situlah teecu melihat Adik Sian Li tidur dijaga oleh wanita pakaian merah itu."

"Akan tetapi, Yo Han. Bagaimana engkau bisa tahu bahwa adikmu dibawa ke tempat itu oleh penculiknya?"

Hong Li bertanya dengan heran.

Posting Komentar