"Menurut penuturan Cin Liong, jumlah mereka itu ada lima puluh orang lebih, dan para pemimpinnya ada lima orang, termasuk Hek-i Mo-ong. Jadi, setelah yang seorang tewas di tangan adik Lulu, masih ada empat orang lagi yang memiliki kepandaian tinggi. Aku pernah mendengar bahwa ilmu kepandaian Hek-i Mo-ong amat hebat, dan dia merupakan seorang lawan yang amat tangguh. Apalagi ada tiga orang lagi temannya, dan anak buahnya berjumlah lima puluh orang.!
Sejak tadi, kakek itu menatap wajah isterinya, lalu bertanya halus sehingga sama sekali tidak ada nada yang menyinggung.
"Apakah engkau merasa takut?!
Nenek Nirahai menggeleng kepalanya.
"Engkau tahu bahwa aku tidak pernah mengenal rasa takut berhadapan dengan musuh yang bagaimanapun juga. Akan tetapi, tetap saja aku merasa khawatir. Mereka itu berjumlah besar sekali dan keadaan mereka amat kuat. Oleh karena itu, tewasnya seorang di antara mereka saja tidak mungkin membuat mereka tidak berani datang lagi. Tidak, aku bahkan merasa yakin bahwa mereka tentu akan datang menyerbu dan kini sedang menghimpun kekuatan.!
"Dan engkau tidak takut....?!
"Memang, aku tidak takut. Jangankan baru sekian, biar ditambah tiga kali lipat lagipun aku tidak akan undur selangkah. Akan tetapi, kita harus mengingat cucu-cucu kita....!!
Kakek itu tetap tenang saja, bahkan tersenyum memandang isterinya. Biarpun mereka sudah tua, akan tetapi senyum suaminya itu membuat nenek Nirahai menjadi merah mukanya. Belum pernah senyum dan pandang mata suaminya itu tidak membuat hatinya runtuh! Kakek itu agaknya mengerti akan kecanggungan isterinya, maka diapun berkata.
"Engkau lebih paham daripada aku mengenai bagaimana harus menghadapi serbuan orang banyak itu, isteriku.!
"Baiklah, serahkan saja kepadaku,! kata nenek Nirahai yang segera keluar dari ruangan itu, membiarkan suaminya sendirian menjaga peti jenazah nenek Lulu. Ketika ia melangkah keluar istana dan memandang keluar, ke malam gelap, ke arah bintang-bintang di langit, dan merasakan hembusan angin malam pada wajahnya, membayangkan bahwa di tengah lautan itu terdapat pihak musuh yang sedang mengintai dan sewaktu-waktu akan menyerbu, wajah nenek Nirahai seketika menjadi gembira dan berseri-seri, sepasang matanya mengeluarkan sinar berapi dan mulutnya mengulum senyum.
Ia merasa seolah-olah sedang menunggang kuda sebagai seorang panglima yang sedang mempelajari keadaan dan mengatur siasat perang untuk menghadapi penyerbuan musuh yang amat kuat. Inilah dunianya. Inilah kesukaannya. Perang! Atau setidaknya, menghadapi ancaman musnh yang kuat, menduga-duga siasat yang diatur lawan dan merencanakan siasat tandingan untuk mencapai kemenangan!
Wajah nenek Nirahai masih berseri gembira ketika ia menemui Cin Liong, Suma Hui, Ciang Bun dan Ceng Liong, juga ia mengumpulkan lima orang pelayan, tiga pria dan dua wanita itu, mengajak mereka berkumpul di ruangan paling depan.
"Dengankan baik-baik,! ia memulai dan didengarkan oleh semua orang dengan penuh perhatian karena mereka semua dapat menduga akan adanya bahaya mengancam dari pihak musuh setelah mereka mendengar penuturan Cin Liong tadi.
"Pulau kita ini agaknya sedang dikepung oleh musuh yang banyak jumlahnya. Ada dua belas perahu besar yang memuat kurang lebih lima puluh orang, semua adalah orang-orang yang pandai ilmu silat, dan mereka dipimpin oleh empat orang datuk yang sakti. Besar kemungkinan mereka itu akan datang menyerbu sewaktu-waktu, entah malam ini, entah besok pagi. Karena itu, kita sembilan orang haruslah bersiap-siap untuk mempertahankan pulau kita.!
"Baik, nyonya. Kami berlima akan mempertahankan pulau kita ini dengan taruhan nyawa!! jawab seorang di antara lima pelayan itu, yang wanita dan yang tertua, berusia empat puluh tahun. Empat orang temannya mengangguk penuh ketegasan karena mereka itu sudah merasa seperti anggauta keluarga Pulau Es, sudah jatuh cinta dengan tempat itu dan dengan keluarga yang mereka hormati dan kagumi itu. Melihat sikap mereka, nenek Nirahai merasa terharu dan bangga sekali.
Banyak sudah ia melihat perajurit-perajurit yang dahulu menjadi anak buahnya bersikap gagah seperti ini, akan tetapi mereka adalah perajurit-perajurit yang memang bertugas untuk menghadapi musuh. Ada pula perajurit-perajurit yang kalau merasa terancam keselamatan mereka lalu lari tunggang-langgang tanpa menunggu komando lagi. Akan tetapi lima orang ini hanya pelayan-pelayan dan mereka itu hanya ketularan sedikit saja ilmu silat keluarga Istarna Pulau Es. Namun dalam hal kegagahan, mereka itu sungguh patut dibanggakan!
"Bagus! Kalian harus berjaga malam ini secara bergilir. Tidak boleh semua berjaga. Cukup seorang saja meronda membantuku, yang empat orang tidur. Setiap tiga jam bergilir jaga. Ini penting karena kalian harus menyimpan tenaga. Kurang tidur bisa melelahkan dan melemahkan. Agar dapat tidur akan kuberi obat. Nah, sokarang berpencar dan berjagalah sampai aku datang menyuruh siapa yang harus berjaga lebih dahulu. Bawa senjata kalian dan nyalakan lampu di bagian depan istana saja, lampu-lampu lainnya padamkan.!
Setelah lima orang pelayan itu pergi menjalankan tugas mereka, nenek Nirahai lalu berkata kepada tiga orang cucunya.
"Hui, bawa kedua orang adikmu menjaga di luar halaman istana dan jangan pergi dari situ sebelum aku datang.!
Suma Hui, Ciang Bun, dan Ceng Liong menyanggupi dan merekapun keluar dengan sikap gagah, sedikitpun tidak nampak gentar walaupun mereka tahu bahwa tempat tinggal mereka akan diserbu musuh yang banyak jumlahnya. Setelah tiga orang anak itu pergi, nenek Nirahai lalu memberi isyarat kepada Cin Liong untuk mengikutinya. Tentu saja pemuda ini merasa heran, akan tetapi diapun diam saja dan mengikuti nenek itu yang membawanya pergi ke halaman samping di sebelah kanan istana itu.
"Cin Liong, di antara cucu-cucuku, engkau lah satu-satunya orang yang telah dewasa, apalagi engkau adalah seorang jenderal muda yang tentu tahu akan siasat perang,! kata nenek Nirahai setelah mereka berada di halaman samping yang sunyi itu.
"Maka, aku sengaja membawamu ke sini untuk kuajak berunding. Nah, terus terang saja, katakanlah bagaimana kedudukan kita dibandingkan dengan lawan dan apa akan jadinya kalau lawan menyerbu secara serentak mengerahkan seluruh kekuatan mereka?!
Cin Liong menarik napas panjang.
"Mungkin saya terlalu lemah dan kecil hati, akan tetapi terus terang saja, kedudukan kita amat lemah dan kekuatan pihak musuh terlalu besar. Akan tetapi sulitlah bagi kita untuk dapat mengalahkan begitu banyaknya orang yang rata-rata lihai, apalagi empat orang pemimpin mereka itu. Kalau memang kita hendak menyelamatkan diri, jalan satu-satunya adalah diam-diam meninggalkan pulau ini sebelum mereka menyerbu. Menggunakan waktu gelap dan pengetahuan kong-couw sekeluarga yang tentu lebih mengenal daerah ini, agaknya masih banyak harapan bagi kita untuk meloloskan diri.!
"Kao Cin Liong!! Nenek itu menegur.
"Ayahmu adalah Naga Sakti Gurun Pasir yang sudah lama kukagumi sebagai orang muda yang hebat luar biasa, akan tetapi engkau putera tunggalnya menyarankan kepadaku untuk melarikan diri? Jenderal muda macam apakah engkau ini?!
Wajah pemuda itu berobah merah.
"Maafkan, sesungguhnya usul saya tadi bukan semata-mata karena saya takut menghadapi kenyataan, melainkan penggambaran keadaan sebagaimana adanya, dan terutama sekali saya mengingat adanya bibi Suma Hui dan dua orang paman kecil. Saya kira amatlah sayang kalau mereka itu harus menghadapi bahaya maut dengan sia-sia dalam usia semuda itu.!
Nenek itu mengangguk-angguk.
"Justeru karena itulah maka engkau kuajak ke sini, Cin Liong. Engkau tentu mengerti bahwa orang-orang seperti kong-couwmu dan aku, sampai matipun tidak nanti akan melarikan diri dari serbuan orang. Akan tetapi, akupun tidak menghendaki cucu-cucuku yang masih muda itu menjadi korban dan mati konyol.!
"Jadi nenek menghendaki agar saya menyelamatkan mereka bertiga dan membawa mereka diam-diam pergi meninggalkan Pulau Es?! tanya Cin Liong.
"Benar, engkau harus menyelamatkan mereka. Akan tetapi bukan melarikan diri dari sini, melainkan membawa mereka bersembunyi kalau serbuan itu datang dan keadaan menjadi gawat. Tentu saja kita harus membiarkan mereka ikut menghadapi musuh. Hanya kalau kita kewalahan dan dalam keadaan darurat, engkau harus melarikan mereka dan bersembunyi.!
"Akan tetapi, di pulau seperti ini, ke mana saya dapat menyembunyikan mereka? Tentu akan dicari musuh dan akhirnya ketemu juga.!
"Mari kau ikut denganku,! kata nenek itu.
"Dan perhatikan benar-benar tempat persembunyian itu.! Cin Liong mengikuti nenek itu memasuki sebuah pintu samping kecil dan mereka berhadapan dengan dinding tebal. Nenek Nirahai lalu meloncat sampai dua meter tingginya, jari tangannya menekan langit-langit di mana nampak seekor cecak yang ternyata adalah cecak kering yang sudah mati dan bangkai yang sudah dikeraskan itu merupakan tanda rahasia tempat penekan alat rahasia pula.
Terdengar suara berderit dan lantai tempat itu tiba-tiba bergeser dan nampaklah sebuah lubang. Nenek Nirahai memasuki lubang yang merupakan anak tangga ke bawah tanah. Cin Liong mengikutinya. Begitu memasuki lubang, nenek itu memutar sebuah patung singa yang berada di kepala tangga dan lantai ruangan itupun bergeser lagi menutupi lubang. Mereka terus menuruni lorong rahasia itu dan akhirnya mereka tiba di sebuah ruangan yang cukup luas di bawah tanah, tepat di bawah istana itu. Di situ terdapat lilin yang cukup banyak, air tawar dan bahan makanan kering yang kiranya akan cukup menghidupkan tiga empat orang selama satu bulan.