Istana Pulau Es Chapter 45

NIC

"Sekarang kami mempersilakan Cuwi mencoba,"

Kata Coa bengcu sambil melangkah kermbali ke tempat duduknya. Maya membanting kakinya dengan marah dan gemas, akan tetapi maklum bahwa dia tidak akan dapat melarikan diri,

Setelah dilepas ia lalu menarik tangan Siaw Bwee dan kembali ke tempat tadi malah kini mengajak Siauw Bwee duduk di atas kursi yang masih kosong dekat Coa bengcui Kalau tidak bisa lari dan terpaksa menonton biarlah mereka berdua menonton yang enak dan mengaso di atas kursi demikian Maya menghibur diri sendiri. Bahkan ketika melihat di meja terdapat hidangan, tanpa malu malu dan tanpa permisi Maya menyarmbar dua potong roti juga memberikan sebuah kepada Siauw Bwee lalu makan roti, juga menuangkan minuman pada dua buah cawan. Orang orang yang menyaksikan sikap Maya ini, diam diam menjadi kagum dan di dalam hati memuji ketabahan anak perempuan itu yang jelas amat berbeda dengan anak anak biasa. Akan tetapi para tamu itu lebih tertarik untuk melihat siapa kiranya di antara mereka yang akan dapat mengangkat singa besi dan meloncat setinggi itu.

Suara ketawa mereka riuh rendah menyambut kegagalan empat orang yang berturut turut mencoba untuk mengangkat singa besi. Akan tetapi jangankan sampai terangkat melewati pundak. Yang dua orang hanya dapat mengangkat singa besi itu setinggi lutut dan melepas kembali, sedangkan yang dua setelah mengelurkan suara "ah ah uh uh"

Dan menarik narik singa besi itu sedikit pun tak dapat menggerakkannya! Menyaksikan kegagalan ermpat orang berturut turut empat orang yang kelihatan kuat sekali hati, para tamu menjadi keder dan banyak yang tidak berani mencoba khawatir gagal dan hal itu sedikit banyak akan menurunkan derajat nama mereka. Dan memang inilah yang dikehendaki oleh Coa bengcu, Yaitu agar pibu dapat diselesaikan dengan singkat dan mudah di antara sedikit orang orang yang memang memiliki kepandaian tinggi!

"Hemm? biarkan aku mencobanya", Terdengar suara keras dan ketika bayangan orang itu berhenti bergerak di dekat singa besi, kiranya dia adalah bekas kepala perampok di lembah Huang ho yang dahulu gerombolannya dibasmi oleh Khu Tek San.

Kepala rampok ini bertubuh tinggi kurus, kini dia sudah membungkuk memegang singa besi dengan kedua tangan, mengerahkan tenaganya dan terangkatlah singa besi Itu sampai ke atas pundaknya, kermudian cepatia melepaskannya kembali singa besi jatuh berdebuk di atas lantai depan kakinya. Biarpun demikian, bekas kepala rampok ini telah lulus dalam ujian pertama karena, dia telah berhasil mengangkat benda itu sampai ke pundak. Tepuk sorak menyambut hasil orang pertama yang memasuki sayembara itu dan Siauw Bwee memandang dengan mata penuh kekhawatiran. Tadi dia sudah mendengar bahwa orang ini adalah musuh ayahnya, maka kalau orang ini sampai menang dan dia terjatuh ke tangannya, tentu akan celaka nasibnya. Melihat sikap Siauw Bwee ini, Maya berbisik,

"Dia memang kuat, akan tetapi tidak sekuat Coa bengcu, harap kau jangan khawatir."

Kini kepala rampok itu mengeluarkan pekik nyaring, tubuhnya meloncat tinggi akan tetapi hmpir saja ia gagal kalau tidak cepat cepat mengulur tangan dan dua ujung jari tengah dan telunjuknya berhasil menjepit dan mencabut sebatang paku.

Kembali ia disambut dengan sorakan memuji. Setelah kepala perampok ini, maju seorang laki laki gendut pendek yang melangkah penuh gaya. Usianya kurang lebih empat puluh tahun dan mukanya berseri seri, mulutnya, tersenyum senyum penuh aksi, apalagi kalau dia memandang ke arah gadis gadis cantik murid Bengcu yang melayani para tarmu dan kini menonton sambil berdiri berjajar di pinggir. Terang bahwa langkahnya dibuat buat, berlenggang lenggok meniru langkah seekor harimau supaya kellhatan gagah menyeramkan. Akan tetapi, karena tubuhnya gemuk sekali dan agak pendek, langkahnya tidak mendatangkan kegagahan melainkan mendatangkan pemandangan yang lucu, bukan seperti langkah harimau melainkan seperti langkah seekor babi buntung!

"Heh heh heh, maafkan....! Sebetulnya saya tidak berani berlaku lancang. Akan tetapi, karena sayembara ini memperebutkan hadiah yang luar biasa, dua orang nona kecil mungil yang jelita itu, tak dapat saya menahan hasrat hati saya untuk meramaikan sayembara. Ehemm, saya hanya memiliki sedikit kermampuan, dan kalau nanti mengecewakan, harap Cu wi tidak mentertawakan saya. Nama saya Ngo Kee, julukan saya. adalah Tai lek Siauw hud (Babi Tertawa Bertenaga Besar)."

Melihat sermua tamu tersenyum dan ada yang tertawa karena memang lagaknya amat lucu seperti seorang badut, Si Gendut yang berjuluk hebat itu kelihatan makin senang, mengerling ke arah Maya dan Siauw Bwee dengan lagak memikat, membasahi bibir bawah dengan lidahnya yang bundar sehingga makin lucu tampaknya, kemudian ia membungkuk dan memegang kedua kaki singa besi, kemudian mengerahkan tenaga dan... kiranya orang lucu ini bukan membual kosong karena singa besi itu telah dapat diangkatnya! Semua orang tercengang dan bertepuk Tangan. Hal ini membuat Si Gendut makin bangga. la mengerahkan seluruh tenaganya, tidak mau mengangkat sampai di situ saja,menahan napas dan mendorongkan kedua lengannya ke atas!

"Uhhh.... brooooottt!!"

Si Gendut cepat menurunkan singa besi ke atas lantai dan semua tamu tertawa geli. Para pelayan murid Bengcu menutupi mulut dengan tangan agar jangan tampak mereka tertawa. Maya sendiri terpingkal pingkal dan Siauw Bwee juga tertawa, memijat hidung sendiri sehingga membuat Maya makin terpingkal-pingkal. Kiranya karena terlalu mengerahkan tenaga sebagian hawa yang memenuhi perut gendut itu menerobos keluar melalui pintu belakang tanpa dapat dicegah lagi.

Si Gendut mengeluarkan kentut besar! Biarpun merasa jengah dan mukanya menjadi merah, namun Ngo Kee ini tertawa tawa dan menyoja ke kanan kiri sebagai tanda terima kasih atas pujian semua orang dengan agak merendah seperti seorang iagoan keluar kalangan dengan kemenangan! Kemudian ia memandang ke atas, ke arah paku paku yang menancap di balok melintang. la lalu melepas sepatunya, menghampiri dinding dan... mulailah ia merayap naik melalui dinding seperti seekor cecak! Ia menggunakan kedua telapak kaki telanjang itu merayap cepat melalui dinding sampai ke atas, kemudian dengan mudah menggunakan tangan kirinya mencabut sebatang paku. Setelah tercabut, Si Gendut ini bukan merayap turun kembali, melainkan melepaskan dirinya jatuh ke bawah seperti sebongkah batu!

Semua orang terkejut sekali menduga bahwa tubuh itu tentu akan terbanting remuk. Akan tetapi sungguh aneh, ketika tubuh itu tiba di atas lantai, tubuh itu terus menggelundung dan sama sekali tidak terbanting keras, bahkan kini dia sudah meloncat bangun sambil mengangkat paku itu tinggi tinggi! Para tokoh berilmu tinggi yang hadir di situ mengangguk angguk. Si Gendut itu biarpun tingkahnya seperti badut, namun memiliki tenaga kuat dan kepandaian tinggi. Mungkin gin-kangnya tidak setinggi Coa bengcu, namun dia telah mampu mempergunakan ilmu merayap di tembok seperti cecak, hal ini menandakan bahwa sin kang di tubuhnya sudah kuat sekali sehingga ia dapat menggunakan telapak kaki tangannya, untuk melekat pada dinding seperti telapak kaki cecak!

"Aihh, aku suka kalau dia yang menang Enci Maya. Setiap hari dia akan kusuruh membadut,"

Bisik Siauw Bwee yang masih tertawa tawa ditahan.

"Hussh, siapa sudi? Jangan jangan ketika melepas kentut tadi ada ampasnya yang ikut terbawa keluar!"

Jawab Maya.

"Ihhh....! Jijik....!"

Keduanya tertawa-tawa lagi dan hal ini memang amat mengherankan.

Dua orang anak perempuan yang masih kecil dalam keadaan seperti itu menjadi tawanan, bahkan dijadikan barang sumbangan dan kini dijadikan hadiah perebutan sayembara, masih enak enak makan minum dan tertawa tawa melihat kelucuan Thai lek Siauw hud Ngo Kee! Sedikit pun mereka tidak kelihatan takut atau putus asa, padahal kalau anak anak lain yang mengalami hal seperti mereka tentu sudah ketakutan setengah mati! Puluhan tamu maju mencoba setelah melihat hasil baik kepala rampok dan Si Gendut, akan tetapi yang berhasil hanya tujuh orang lagi saja, termasuk Pat jiu Sin kauw, Si Monyet Sakti berpakaian hitam itu. Dan hanya Pat jiu Sin kauw seorang yang dapat mengangkat singa besi semudah yang dilakukan Bengcut kemmudian menurunkan semua paku dengan kebutan lengan bajunya dari bawah, menerima sebatang kemudian melontarkan paku paku lainnya kembali ke atas dengan sapuan lengan bajunya! Ternyata lihai sekali pendeta rambut panjang ini!

Memang masih banyak tokoh yang pandai hadir di situ, yang kiranya akan dapat melakukan dua syarat itu tanpa kesukaran, akan tetapi mereka ini tidak mempunyai niat untuk mengikuti sayembara. Para tokoh partai memang tidak mau mencampuri urusan mereka, sedang kan tokoh tokoh kaum sesat tidak mau ikut karena tidak tertarik kepada hadiahnya! Kini terkumpul sepuluh orang bersama Coa bengcu yang telah lulus dan berhak mengadu kepandaian untuk menentukan siapa yang paling pandai di antara mereka dan berhak memiliki dua orang gadis cilik. Mereka itu telah berkumpul di tengah dan hendak merundingkan dengan Coa bengcu bagaimana pibu akan diatur. Saat itu kembali dipergunakan oleh Maya yang menggandeng tangan Siauw Bwee, sekali ini tidak lari melainkan berjalan pelahan ke pintu.

"He. ke mana kalian mau lari?"

Tiba-tiba seorang murid Coa-bengcu berseru dan mendengar ini, Maya mengajak Siauw Bwee lari secepatnya ke pintu. Coa-bengcu, puteranya dan murid-muridnya, juga tamu-tamu yang lulus ujian, meloncat dan mengejar pula. Akan tetapi betapa heran hati mereka ketika melihat bahwa kedua orang anak perempuan itu telah lenyap! Mereka mengejar keluar dan tampaklah dua orang anak perempuan itu berjalan pergi, digandeng oleh seorang kakek tua yang hanya kelihatan tubuh belakangnya oleh semua orang.

Mereka semua mengejar dan berteriak-teriak. Akan tetapi, dua orang anak perempuan itu berlari di kanan kiri Si Kakek yang rambutnya panjang dan sudah putih semua, sama sekali tidak mempedulikan teriakan-teriakan mereka. Yang amat luar biasa dan membuat Coa-bengcu dan para tokoh pandai mengkirik (bulu tengkuk meremang) adalah kenyataan bahwa betapapun cepat mereka mengejar sambil mengerahkan ilmu lari cepat, mereka tidak juga dapat menyusul kakek dan kedua orang anak perempuan itu! Mereka mulai penasaran dan marah, mencabut senjata rahasia dan menyerang. Berhamburan senjata rahasia bermacam-macam, ada piauw, paku, jarum, uang logam, peluru besi, pisau terbang, kesemuanya menyambar dengan cepat ke arah punggung Si Kakek rambut putih.

Semua senjata rahasia itu mengenai tubuh belakang kakek itu, tepat sekali, dan anehnya, tidak sebatang pun mengenai punggung Maya dan Siauw Bwee. Dan lebih aneh lagi, semua senjata rahasia yang dilontarkan dengan tenaga sinkang dan yang tepat mengenai tubuh belakang Si kakek runtuh tak meninggalkan bekas pada tubuh belakang itu! Akhirnya, semua tokoh kang-ouw dan liok-lim yang melakukan pengejaran, menjadi gentar dan ngeri. Mereka adalah tokoh-tokoh kelas tinggi, ahli-ahli senjata rahasia, dan senjata rahasia mereka itu sebagian besar mengandung racun. Namun, tak seorang pun di antara mereka dapat menyusul kakek itu, dan tak sebuah pun senjata rahasia melukai punggungnya. Kini para tokoh itu menghentikan pengejaran, saling pandang dengan mata terbelalak.

"Siancai....! Kiranya di dunia ini hanya satu orang saja yang memiliki kepandaian seperti itu....!"

Seorang tosu yang menjadi tamu berkata lirih. Ucapannya ini menyadarkan semua orang dan mereka menjadi gentar sekali. Mereka menduga-duga siapa gerangan tokoh itu.

"Suling Emaskah....?"

Tosu itu, seorang tokoh dari Kun-lun-pai, menggeleng kepala.

"Kalau tidak salah dugaan pinto, hanyalah manusia dewa yang dapat memiliki kepandaian sehebat itu, beliau adalah.... Bu Kek Siansu...."

"Aihhh....! Mana mungkin? Mana mungkin tokoh yang sudah ratusan tahun itu masih hidup? Aku lebih percaya kalau dia tadi adalah Bu Beng Lojin, julukan Suling Emas setelah mengasingkan diri!"

Posting Komentar