Istana Pulau Es Chapter 42

NIC

Maya dan Siauw Bwee berseru kaget karena larmbung dan perut yang mereka pukul, itu seperti bola karet yang membuat pukulan mereka membalik. Sebelum mereka dapat mengelak, kakek itu telah mencengkeram pundak mereka, membuat mereka menjadi lemas. Kemudian Koksu dari Yucen itu sambil tertawa melemparkan tubuh Maya dan Siauw Bwee melalui langkan jerbatan melemparkannya ke sungai! Maya dan Siauw Bwee terkejut setengah mati. Tubuh mereka tak dapat digerakkan dan kini melayang menuju ke sungai yang armat dalam. Akan tetapi, tiba tiba tubuh mereka disambar tangan yang kuat dan kiranya di bawah jermbatan telah menanti dua orang laki laki diatas perahu. Mereka inilah yang menyambar tubuh mereka.

"Bawa mereka pergi sekarang juga!"

Terdengar Koksu Yucen berteriak dari atas jembatan kepada dua orang itu.

"Dia merupakan hadiah sumbanganku untuk Coa bengcu yang berulang tahun. Haha ha!"

Maya dan Siauw Bwee yang tadinya merasa girang karena mengira bahwa mereka tertolong, menjadi makin marah karena kini mereka tahu bahwa dua arang di perahu ini adalah pembantu-pembantu koksu itu!

Malam gelap, perahu gelap dan mereka, tidak dapat melihat muka. dua orang laki laki itu. Perahu digerakkan, meluncur ke selatan. Maya dan Siauw Bwee dibelenggu kaki tangannya sehingga setelah mereka terbebas dari totokan, mereka tetap saja tidak mampu bergerak, hanya rebah miring di atas perahu dengan hati penuh kemarahan. Setelah malam berganti pagi, barulah kedua orang anak perempuan itu dapat itu melihat wajah dua orang laki laki yang menawan mereka. Maya memperhatikan wajah kedua orang itu dan menurut penglihatannya, dua orang itu bukanlah orang jahat, maka timbullah harapannya.

"Eh, Paman yang baik. Kalian adalah orang baik baik, melihat wajah, pakaian dan sikap kalian. Mengapa kalian mau membantu koksu jahat yang menangkap kami dua orang anak perempuan yang tidak berdosa?"

Dua orang laki laki itu berusia kurang lebih empat puluh tahun, bersikap gagah dan golok besar tergantung di punggung mereka. Mendengar ucapan Maya, mereka saling pandang, kemudian seorang di antara mereka yang mempunyai tahi lalat di pipi kanan, berkata,

"Kami hanyalah pelaksana pelaksana tugas yang dibebankan kepada kami. Kami tidak tahu siapa kalian dan mengapa kalian ditawan, akan tetapi kami harus menaati perintah atasan."

Maya belum cukup dewasa, akan tetapi dia memiliki kecerdikan luar biasa dan ia dapat menangkap rasa tidak senang dan sungkan di balik ucapan laki-laki bertahi lalat itu. Maka ia menjadi makin berani dan berkata.

"Ah, kiranya Paman berdua juga menjadi anak buah Yucen?"

La berhenti sebentar, lalu mengirim serangan halus dengan kata kata,

"Heran sekali, bukankah Paman berdua ini orang orang Han? Mengapa kini mermbantu kerajaan asing?"

"Kau anak kecil tahu apa!!"

Tiba tiba orang ke dua yang mukanya kuning membentak. Ucapan ini sama benar dengan ucapan Han Ki yang pernah menjengkelkan hati Maya, akan tetapi sekali ini ia menangkap rasa sakit hati di balik kata kata itu, rasa hati yang tersinggung dan yang menyatakan betapa tepatnya ucapannya tadi.

"Biarpun aku anak kecil, akan tetapi aku tahu betapa seorang gagah selalu mengutamakan kegagahan, membela negara dan menentang yang lalim."

Maya melanjutkan. Si Tahi Lalat kini berkata

"Hemm, kulihat engkau bukan anak sembarangan. Ketahuilah bahwa kami berdua telah dibikin sakit hati oleh perbuatan anak buah Jenderal Suma Kiat sehingga keluarga kami terbasmi habis. Karena itu, apa perlunya kami mengabdi permerintah Sung? Pula, kami menjadi anak buah dari Koksu Negara Yucen yang memiliki ilmu kesaktian tinggi, sehingga tidaklah memalukan di dunia kang ouw karena kami mengabdi kepada seorang tokoh besar yang jarang ada bandingannya."

Biarpun tubuhnya masih terbelenggu dan ia rebah miring, Maya mengangguk-angguk dan berkata mengejek.

"Hemm... bicara tentang kesaktian dan kegagahan ya? Buktinya, koksu itu pengecut hanya berani melawan dua orang anak perempuan. Dan sukar bagiku untuk mengatakan kalian ini orang gagah macam apa, menawan dua orang anak perempuan kecil masih perlu membelenggu seperti ini! Apakah kalau kami tidak dibelenggu kalian takut kalau kalau kami akan membunuh kalian?"

Maya memang pandai sekali bicara dan amat cerdik. Kata katanya lebih runcing daripada pedang dan lebih tajam daripada golok, secara tepat menusuk perasaan dan kegagahan dua orang laki laki itu.

"Bocah, engkau benar benar bermulut lancang!"

Bentak yang bermuka kuning.

"Aku tentu tidak berani bicara kalau tidak ada kenyataannya. Coba, kalau berani membebaskan belenggu kami, barulah aku percaya bahwa kalian tidak takut kepada kami."

Si Tahi Lalat segera mencabut goloknya yang berkelebat empat kali, dan semua belenggu pada kaki tangan Maya dan Siauw Bwee menjadi putus.

"Nah, apakah kalian sekarang hendak menyerang kami?"

Tanyanya menyeringai. Maya dan Siauw Bwee bangun, duduk dan menggosok gosok pergelangan kaki tangan yang terasa nyeri.

"Terima kasih,"

Kata Maya.

"Kami tidak akan menyerang karena tak mungkin karmi dapat menang."

"Kami pun tidak suka, membelenggu kalian dua orang anak perempuan, akan tetapi disiplin di pasukan kami keras sekali. Kalau sampai kami tidak berhasil rmengantar kalian sampai di tempat yang ditentukan, tentu kami berdua harus menebus dengan nyawa karmi. Itulah sebabnya kami membelenggu kalian, tidak ada maksud lain!"

Maya mengangguk angguk.

"Ahh, sekarang aku percaya bahwa kalian adalah orang orang gagah yang terdesak oleh keadaan dan nasib buruk, seperti yang kami alami sekarang ini. Eh, Paman yang baik. Kami akan kaubawa ke manakah?"

"Nasib kalian tidaklah seburuk yang kalian khawatirkan,"

Kata Si Tahi Lalat.

"Entah apa sebabnya sampai kaliah dimusuhi oleh Koksu, akan tetapi tentu kalian telah melakukan hal hal yang amat tidak menyenangkan hatinya maka kalian ditangkap dan diserahkan kepada kami untuk membawa kalian pergi. Akan tetapi, kalian sekarang merupakan sumbangan sumbangan yang amat berharga karena kalian dijadikan surmbangan oleh Koksu, diberikan kepada seorang bengcu yang terkenal sakti dan berpengaruh di pantai Lautan Po hai."

"Sungguh lucu! Mengapa menyumbangkan dua orang anak perempuan? Apa maksudnya? Dan apa maksudmu mengatakan bahwa nasib kami tidak buruk? Apakah kalau kami diberikan sebagai sumbangan begitu saja merupakan nasib baik?"

Maya mendesak terus.

"Sudahlah, kalian akan mengerti sendiri kalau kita sudah tiba di istana"

Kata Si Tahi Lalat yang sikapnya segan menceritakan keadaan bengcu itu.

Posting Komentar