Golok Sakti Chapter 47

NIC

Ho Tiong Jong tidak begitu percaya akan kata-katanya, tapi diam-diam ia memikirkan juga. Kini ia melihat sibotak rubuh, apakah ia mati?

Kiranya sibotak rubuh hanya berpura-pura saja mati, karena tidak sanggup meladeni lebih jauh lawannya yang kosen. Ia sudah terkena goresan kukunya cia Peng San hingga berlumuran darah. Saat itu ia pikir lebih baik mencari jalan selamat dan pura-pura rubuh binasa.

Tapi ia lupa bahwa lawannya tidak mudah dikelabui oleh akal bulusnya.

cia Peng San perdengarkan tawa dingin, katanya.

"Hei, botak, lekas balut lukamu dan mari kita bertempur lagi?"

Si Rajawali Botak paling benci kalau mengatakan "si botak", maka ketika mendengar lawannya itu perdengarkan itu perkataan, kontan darahnya mendidih dan sambil kertak gigi ia mengawasi musuhnya dengan mata beringas.

-ooo0dw0ooo-

KETIKA pertandingan dimulai lagi, Kong Soe Jin telah menghunus pedangnya yang berkilauan hijau warnanya, belakang pedang ada lebih tipis dari pedang biasa, inilah pedang yang dinamai. Im kiam pedang Ying kiam, dipakai oleh Kong See Tek.

Berdasarkan nama pedang itu, maka kedua saudara she Kong itu mendapat julukan Im-yang Siang kiam atau Sepasanng pedang Im- yang.

Hui Seng Kang bersenjatakan "Siang hay-tiang atau, Tongkat "Siang hay-tiang" atau Tongkat sepasang jantung hati. Senjata orang she Hui itu berat sekali, kira-kira tujuh puluh delapan puluh kati, hingga dibawanya juga harus digotong dua orang.

Penonton yang melihat itu diam-diam menguatirkan akan dirinya Kong Soe Jin. Mereka lihat pertandingan dengan tangan kosong saja kelihatan Kong Soe Jin sudah tidak tahan, apa lagi sekarang ia harus melayani Hui Seng Kang punya senjata berat, mendapat ia pertahankan diri?

Sekali saja pedang kebentur dengan senjata beratnya Hui Seng pasti pedang nya orang she Kang itu akan terbang melayang-layang.

Khoe Cong mengawasi pada Kang soe Tek yang tengah memandang ke atas panggung dengan hati sangat tidak enak, kuatir engkonya dikalahkan-orang she Khoe itu benar benar menyebaikan, terdengar ia mengejek lagi.

"Benar benar kita dari "Perserikatan Benteng Perkampungan tak usah malu keluar dalam pertandingan, nona Kim. seperti tadi nona Seng dengan mudah saja menjatuhkan Ho Tiong Jong, maka sebentar lagi Hui Seng Kang juga tentu akan keluar sebagai pemenang dari pertandingan yang ia sedang lakukan- Ha ha ha... "

Sambil ketawa matanya melirik kepada Kong soe Tek yang berdiri menjublek tidak ambil pusing perkataannya itu. Sebenarnya dua saudara Kong itu, sebagai "im yang Siang kiam" biasanya sangat sombong tidak memandang mata kepada siapa juga.

Tapi kini, semua hinaan dari Khoe Cong terpaksa ditelannya, karena jangan lagi ia menimbulkan urusan baru, sedang memandang engkonya saja melawan Hui Seng Kang hatinya sudah kedat kedut takut engkonya dijatuhkan oleh lawannya.

Kim Hong Jie hanya bersenyum mendengar kata-katanya Khoe Cong, sedang nona Seng sendiri tinggal adem adem saja.

Hui Seng Kang setelah menerima sepasang senjatanya, lantas mendemenstrasikan permainan tongkat mengaung-ngaung dan ujungnya telah mengeluarkan letikan seperti kembang api.

seng Giok Cin yang melihat itu telah kerutkan alisnya dan berkata sendirian-

"Hmm orang itu tolol benar. Untuk apa dia membuang-buang tenaga dengan permainannya yang meminta tenaga besar, bukankah lebih baik digunakan untuk bertempur? Celaka, kalau sebentar dia kehabisan tenaga baru dia tahu rasa... " Khoe Cong tidak senang kawannya di kritik.

Ketika ia hendak membuka mulut, dilihatnya Kim Hong Jie sedang manggut-manggutkan kepalanya, seperti yang merasa setuju dengan pendapatnya nona Seng, maka ia tidak jadi membuka suara karena disalahkan oleh kedua nona jelita itu Diatas luitay dua lawan sudah mulai bergebrak lagi.

Kong Soe Jin pandai memasukan pedangnya. ia kelihatan berputar-putar mengeliling luitay seperti yang menari-nari, hingga Hui Seng Kang terpaksa mengikuti gerakkannya. Setelah mendapat lowongan segera orang she Hui itu kerjakan sepasang tongkatnya yang berat menyerang lawannya.

Pertandingan makin lama makin seru. Sepasang tongkatnya Hui Seng Kang bertubi-tubi menyerang lawan, hingga Kong soe Jin kelihatan kewalahan menangkisnya. Mengingat akan beratnya genggaman musuh, maka Kong Soe Jin tidak mau membenturkan pedangnya.. sepuluh jurus dengan cepat sudah dilewatkan-

Hui Seng Kang penasaran belum juga dapat menjatuhkan musuhnya maka ia mendesak lebih keras Kong Soe Jin sebisa-bisanya berikan perlawanan dan menjaga diri jangan sampai kena dijatuhkan-

Suatu ketika Hui Seng Kang menyerang dengan gaya serangan "Seng hong Bo lang. atau Menuruti angin memecah ombak. tongkatnya yang satu dimalangkan sedang yang satunya lag menyerang lurus. Untuk menghindari serangan hebat ini, Kong soe Jin melesat tinggi keudara.

Hui Seng Kang ketawa gelak-gelak. lalu membarengi dengan serangan dahsyat sebelumnya Kong soe Jin sempat menancapkan kakinya dilantai luitay.

Para penonton kaget dibuatnya. Mereka menduga Kong Soe Jin kali ini akan melayang jiwanya. Tapi orang she Kong itu sudah berlaku nekad kali ini menyambuti serangan tongkatnya Hui Seng Kang dengan pedangnya dipalangi.

Satu benturan dari dua senjata terdengar trang nyaring sekali. Tubuh Kong Soe Jin tampak melayang tinggi lagi dludara kemudian jatuh diatas luitay. ia masih bisa merang kang dan mengumpulkan, kemudian sudah bisa bangun lagi untuk menghadapi musuh

Penonton yang menyaksikan kejadian itu telah perdengarkan tampik soraknya yang riuh, sementara Hui Seng Kang sendiri merasa sangat heran melihat Kong Soe Jin tidak apa-apa menyambuti serangan hebatnya tadi.

"Saudara Kong, hayo maju lagi kita bertempur" Hui Seng Kang menantang.

Kong Soe Jin anggukkan kepalanya, kemudian pedangnya im-kiam mulai menari-nari lagi diantara samberan sepasang tongkatnya Hui Seng Kang yang berat. Perlahan-lahan dari kedesak Kong Soe Jin telah dapat balik mendesak musuhnya.

Diluar dugaan semua penonton, pertandingan telah mengasih lihat gambaran yang dapat membikin para penontonnya menggeleng-gelengkan kepalanya.

Dengan tentu Hai Seng Kang yang tadi begitu agresif, kini sudah mulai terlihat keletihannya, sedang Kong Soe Jin masih kelihatan segar dan merangsek pada musuhnya, setirnya Hui Seng Kang tidak berdaya dan menyerah kalah.

Suatu kesudahan yang membuat Khoe Cong melongo dan merah padam mukanya.

Kini ia tidak berani membuka suara besar lagi kepada Kong Soe Tek. Dengan hati cemas ia menghampiri pada kawannya dan menanyakan, kenapa sang kawan sudah jadi kalah, sedang menurut perhitungannya dapat menang dari Kong Soe Jin?

"Khoe Pocu, kau keliru melihat. Kong Soe Jin sebenarnya ada achli pedang yang pandai, tidak kecewa namanya tersohor dikalangan sungai telaga. Kalau semula kelihatannya ia berikan perlawanan yang lembek itulah ia hanya main main saja dan dengan sengaja mau kuras aku punya tenaga. Aku si tolol bermula tidak tahu, terus-terusan menyerang dengan mengeluarkan tenaga besar, hingga enak saja orang she Kong itu permainkan aku.

Tanpa merasa aku telah masuk dalam perangkapnya. Kau lihat, setelah ia melihat aku sudah kehilangan banyak tenaga, ia telah mencecar aku dengan ilmu pedangnya yang luar biasa, hingga aku menjadi kewalahan dan kalau aku tidak siang-siang menyerah kalah terang aku akan menjadi korbannya pedang, kena di-"sate" diatas punggung, maka aku dapat melihat gelagat, maka aku sudah menyerah kalah, meskipun aku tahu perbuatan itu akan memalukan"

Hui Seng Kang berkata-kata dengan paras guram dan menyesal sekali untuk apa yang ia telah perbuat diatas panggung. Sama sekali ia tidak nyana orang she Kong itu pandai memancing tenaga orang, hingga peroleh kemenangannya dengan mudah.

Cocok dengan kata kata Seng Giok Cin. bahwa Hui Seng sudah mendemontrasikan tenaganya yang kuat. Siang-siang ia sudah banyak menghamburkan tenaganya, sehingga dimenit- menit paling akhir melawan Kong soe Jin yang gesit dan lincah tidak berdaya karena kehabisan "bensin".

Tempik sorak terdengar riuh ketika Pek Boe Taysu naik keatas luitay.

Kini gilirannya ia yang menjadi Taycu, untuk menggantikan Hui Seng Kang wakil Tay-cu-nya yang pecundang.

orang menduga-duga akan kekalahannya Kong soe Jin mengingat Pek Boe Taysu ada satu jago tua yang sudah banyak pengalaman, lagipula hweshiotua itu ada sangat telengas.

Kong Soe Jin menjura dengan hormat pada Pek Boe Taysu, ketika mereka sudah berhadapan

"Tidak dikira Taysu yang hari ini menjadi Taycu, mereka sebentar kalau aku sitolol mengunjukkan

kebodohanku, harap Taysu suka memaafkan dan sukalah memberi banyak petunjuk akan

kesalahannya "

"Ha ha " Pek Boe Taysu memotong dengan ketawanya yang bergelak-gelak "Sicu ada jago

pedang dari Ngo bie-pay, mana aku si hweshio bangkotan dapat memberi petunjuk apa-apa. Harap sicu jangan terlalu merendah. Nah, marilah kita mulai bertanding "

"Baiklah" kata Kong soeJin dengan tak sungkan-sungkan ia menghunus pedangnya.

Pek Boe Taysu genggamannya aneh, baru pernah orang melihatnya. Bentuknya seperti sekop. diujungnya ada sepasang gigi tajam dan lingkaran dari baja kecil kecil, hingga senjata itu kalau digoyangi akan perdengarkan saara kerincingan ramai.

Ketika Pek Boe Taysu mempersilahkan menyerang lebih dulu. K^ong Soe Jin tidak sungkan-sungkan lagi dan mulai membuka serangan dengan satu tipu serangan yang indah dari perguruannya. Lawannya menangkis sambil perdengarkan ketawanya yang aneh

Kemudian Pek Boe Taysu balas menyerang dengan gaya. Dengan tongkat menaklukkan setan, ia memalangkan dan melempengkan tongkatnya menyerang musuhnya dengan hebat sekali yang dapat mengugurkan gunung.

Tapi Kong Soe Jin gesit dan lincah, ilmu pedangnya pun mahir, maka dengan indah sekali sudah meluputkan diri dari serangan lawannya yang berat.

Kali ini menghadapi musuh kawakan, Kong Soe Jin tidak main-main- Ia mencurahkan betul-betul perhatiannya pada ilmu pedangnya yang dimainkan itu, hingga Pek Boe Taysu dengan genggaman beratnya tidak bisa berbuat banyak terhadap jago muda dari Ngo-biepay itu.

Penonton di bikin kagum oleh permainan pedangnya.

Berkali-kali terdengar sorakan penonton. Kalau Kong soe Kek merasa masih kuatir akan kekalahannya sang engko adalah Khoe cong diwajahnya yang jelek mengunjukkan perasaan dengki. Bibirnya saban menjebi yang membikin wajahnya jadi semakin jelek saja.

Posting Komentar