“Sungguh hebat ilmu kepandaian jiwi lociangkun. Benarlah sekarang bahwa ilmu kepandaian para pengawal istana hebat seperti yang dikabarkan orang, Saya dan sumoi mengakui keunggulan jiwi lociangkun!” Gin-san-kwi menghela napas panjang dan menutup daun kipasnya.
“Ah, sicu dan lihiap biarpun masih muda, telah memiliki ilmu kepandaian yang mengagumkan. Jarang aku menjumpai orang muda selihai sicu berdua!”
“Omitohud, kepandaian kalian mengingatkan pinceng kepada seorang pemuda lalu...!”“ kata Kim I Lohan, akan tetapi ia lalu menghentikan kata-katanya hanya dia, Gin-san-kwi, dan Liu Kong saja yang tahu siapa yang dimaksudkan oleh hwesio yang menjadi pengawal itu,
Pemuda yang dimaksudkan itu bukan lain adalah Bhe Kwan Bu yang biarpun baru bergebrak sebentar telah mereka ketahui keihaiannya. Sebetulnya, dalam ilmu silat, tingkat dua orang pengawal ini sudah tinggi sekali. Biarpun Kwan Bu sendiri sebagai murid kesayangan Pat-jiu Lo-koai, tidak akan mudah mengalahkan Gin-san-kwi dan Kim Lohan berdua. Kalau dahulu dia pernah dapat mengatasi mereka adalah karena pemuda perkasa itu memiliki Toat-beng kiam yang luar biasa, Pedang perkasa yang berwarna merah darah itu memang ampuh sekali dan jarang ada senjata yang mampu menandinginya dan dapat bertahan kalau beradu dengan pedang pusaka ini. Liu Kong yang diam-diam menjadi puas melihat hasil turun tangannya menghentikan pertandingan, cepat maju dan menjura kepada Siok Lun dan Bi Hwa sambil berkata,
“Karena jiwi bukan musuh, hal itu hanya dapat diartikan bahwa jiwi adalah sahabat-sahabat yang baik dan sealiran. Perkenalkanlah, lociangkun yang bersenjata kipas ini adalah Lu Mo Kok, pengawal kepala di istana, berjuluk Gin-san-kwi adapun losuhu inipun merupakan panglima pengawal yang berjuluk Kim I Lohan. Siau wie (saya) sendiri adalah pengawal rendahan bernama Liu Kong...”
“Omitohud...! Liu-sicu jangan terlalu merendahkan diri. Siapa yang tidak mengenal ayah sipu, mendiang Liu Ti yang jasanya besar sekali terhadap kaisar?” kata Kim I Lohan mencela, Siok Lun segera menjura dan berkata,
“Ah, kiranya saya berdua berhadapan dengan takoh-takoh besar dari istana! Harap maafkan sikap kami tadi.”
“Phoa-enghiong” kata Liu Kong, “Memang peribahasa antara kang-auw mengatakan bahwa sebelum bertanding tidak mengenal masing-masing… Engkau tadi mengatakan bahwa tiada gunanya membawa barisan pengawal untuk membasmi perampok, apakah Phoa-enghiong memiliki cara yang lebih baik?” “Memang bagi orang-orang yang tiada berkepandaian, agaknya perlu mengandalkan sebuah barisan membasmi perampok. akan tetapi, dengan kepandaian yang dimiliki Sam-wi [tuan bertiga), apalagi ditambah dengan kami berdua, apa sih sukarnya membasmi perampok? Perampok yang manapun juga, kalau kami berdua menghendaki, apa sukarnya untuk dibasmi?” Girang sekali hati Liu Kang.
“Kalau begitu, jiwi sudi untuk membantu usaha istana untuk membasmi perampok dan pemberontak?”
“Mengapa tidak? Kalau istana dapat menghargai tenaga kami sepatutnya, tentu kami suka membantu.”
“Bagus sekali!” Gin-san-kwi berseru girang dan diam-diam merasa kagum akan kecerdikan Liu Kang yang telah dapat menarik bekas lawan menjadi kawan pembantu, “Tentang penghargaan, harap sicu jangan khawatir, aku sendiri yang akan menjamin dan sudah pasti kaisar akan memberi anugerah kedudukan yang patut kepada jiwi!” akan tetapi Liu Kang cepat berkata,
“Phoa-enghiong, peribahasa mengatakan bahwa buah yang lezat baru dapat dipetik kalau kita sudah bersusah payah menanam pohon dan merawatnya dengan baik! Demikian pula dengan anugerah, tentu akan diterima dengan setelah jasa diberikan. Kami harap jiwi suka menemani kami untuk bersama-sama membasmi kaum pemberontak yang telah bersekutu dengan kaum perampok, setelah jiwi memberikan jasa, kami tentu akan melaporkan kepada kaisar dan jiwi pasti akan diberi anugerah yang memuaskan.”
Kembali Gin-san-kwi dan Kim l Lahan menjadi kagum, Pemuda ini benar-benar cerdik sekali dan amat setia kepada kerajaan, persis seperti mendiang ayahnya, Mereka berdua yang merasa kalah cerdik, hanya mengangguk-angguk dan menyerahkan kepada Liu Kang untuk menghadapi dua orang muda lihai itu, Gin-san-kwi tadi sudah menciba kelihatan Siok Lun, juga Kim I Lohan yang membuktikan sendiri kehebatan ilmu pedang Bi Hwa sehingga mereka berdua harus mengakui dalam hati bahwa kakak beradik seperguruan ini merupakan tenaga bantuan yang hebat. Siok Lun tertawa.
“Ucapan Liu-ciangkun tepat sekali. Kami siap untuk membantu jiwi sekalian. Di manakah adanya pemberontak-pemberontak dan perampok-perampok itu?”
“Kami sedang menuju ke Hek-kwi-san karena menurut penyelidik kami, para pemberontak berkumpul di sorang perampok yang bermarkas di Hek-kwi-san,” kata pula Liu Kong.
“Aha, Perampok-perampok di Hek-kwi-san? Bukankah yang dipimpin oleh Sin-to Hek-kwi (Iblis Hitam Bergalak Sakti)?
“Hemm…. apakah sicu sudah mengenalinya?” Tanya Gin-san-kwi kembali timbul kecurigaanya,
“Mengenal orangnya sih belum, akan tetapi sudah kudengar namanya. Kabarnya dia lihai sekali,” Kata Siok Lun, Liu Kang menjura.
“Betapapun lihainya, dengan bantuan jiwi kami percaya akan dapat mem membasminya,” Phoa Siok Lun mengangguk-angguk. Dia memuji cara Liu Kong bicara.
“Baiklah, memang kami berdua mempunyai kesenangan untuk membasmi semua perampok yang merajalela di dunia ini. Marilah kami pergi ke Hek-kwi-san.” Cepat dua ekor kuda disediakan untuk dua orang muda perkasa itu dan dengan penuh semangat dan kegembiran, barisan dilanjutkan perjalanannya menuju ke Hek-kwi-san, Siok Lun dan Bi Hwa dilayani dengan sikap hormat ssehingga dua orang ini, terutama Bi Hwa, menjadi girang sekali, Dia percaya penuh akan kepandaian suhengnya, dan kemuliaan sudah membayang di depan mata, juga dengan bergabung bersama pasukan istana. tentu saja akan lebih mudah membasmi perampok-perampok yang dianggapnya sebagai musuh besar karena keluarganya terbasmi oleh para perampok.
Hek-kwi-san merupakan daerah pegunungan yang panjang, penuh dengan hutan-hutan yang lebat. Daerah seperti ini amat disuka oleh para perampok karena daerah ini dapat mereka pergunakan sebagai tempat sembunyi dan dengan mudah mereka dapat menyusup-nyusup melalui hutan-hutan, turun dari banyak pegunungan untuk menghadang para rombongan yang lewat atau mendatangi dusun-dusun untuk dirampok. Baru akhir-akhir ini setelah gerombaoan perampok yang dipimpin oleh Sin-ta Hek-kwi, menjadikan tempat ini sebagai markas besar, pegunungan ini disebut Hek-kwi- san, Perampok yang dipimpin oleh Sin-to Hek-kwi amat terkenal dan ditakuti karena gerombolan perampok yang kesemuanya bersanjata tajam ini amat kejam dan juga rata-rata memiliki ilmu silat yang tangguh,
Sin-to Hek-kwi sendiri, yang usianya sudah enam puluh tahun lebih, jarang turun tangan sendiri hanya mengandalkan anak buahnya dan pembantu-pembantunya yang juga menjadi murid- muridnya. Sebagai golongan perampok yang dikejar-kejar dan dimusuhi pemerintah, tentu saja setelah timbul pemberontakan-peberontakan anti kaisar, otomatis gerambolan perampok yang dipimpin Sin-to Hek-kwi ini berpihak kepada mereka yang anti kaisar, Jumlah perampok yang kurang lebih lima puluh orang itu kini mulai dihubungi dan dijadikan sekutu para pejuang anti kaisar, Bahkan pada hari itu, Hek-kwi-san kedatangan rambongan pejuang anti kaisar yang dipimpin Koai Kiam Tojin Ya Keng Cu, Seperti telah dituturkan di bagian depan,
Orang-orang gagah yang memperjuangkan perlawanan anti kaisar ini telah berhasil menyelamatkan Bu Taihiap atau Bu Keng Liong yang tadinya tertawan. Mereka maklum bahwa tentu pihak istana telah melakukan pengejaran, maka berduyung-duyung mereka lalu pergi ke Hek-kwi-san untuk bersembunyi dan mengatur rencana selajutnya. Tokoh-tokoh yang berilmu tinggi semua berada di Hek-kwi-san, Selain Koai Kiam Tojin (Tosu Berpedang Aneh) Ya Keng Cu sendiri, hadir pula Bu Keng Liong dan puterinya, Siang Hwi dan hadir pula Ban-eng-kiam Yo Ciat (Selaksa Bayangan Pedang). Selain itu masih ada belasan orang anak buah pejuang, Mereka ini disambut oleh Sin-to Hek-kwi dengan ramah dan penuh penghormatan, dan di situ pula mereka mengadakan perundingan untuk mengatur siasat dan mencari kesempatan untuk memukul kekuatan-kekuatan pro kaisar.
Pada siang hari itu menjelang senja, dua bayangan yang gesit gerak-geriknya berkelebatan di sekitar kaki pegunungan Hek-kwi-san sebelah selatan, akhirnya mereka itu menyelinap masuk dan bersembunyi ke dalam sebuah hutan kecil beberapa lamanya mereka melakukan penyelidikan dan melihat penjagaan-penjagaan yang ketat di sekelilling sebuah puncak yang dijadikan markas besar gerombolan perampok, Dua bayangan ini bukan lain adalah Bhe Kwan Bu dan Giok Lam.
“Kita menanti datangnya malam, baru menyerbu ke atas,” kata Kwan Bu yang mengajak temannya itu bersembunyi di dalam hutan itu, duduk di balik gerumbulan pohon-pohon kecil, di atas rumput yang hijau tebal.
“Bu-ko, sakit hati apakah yang kau dendam terhadap ahli golok dan jarum yang menjadi musuh besarmu itu sehingga dengan susah payah kau mencari orang yang belum pernah kau kenal? Padahal usahamu ini amat berbahaya, resikonya terlampau besar, Selain resiko engkau dikeroyok dan terbunuh, juga resikonya kalau sampai salah orang,”
“Sudah kukatakan musuh besar itu menghancurkan keluarga orang tuaku, Lam-te.” “Bu-twako, telah beberapa lama kita berkenalan dan menjadi sahabat baik. Apakah engkau masih belum percaya kepadaku? ,apakah engkau masih belum menganggapku sahabatmu yang baik?” Kwan Bu menarik napas panjang. Ia telah tahu bahwa “pemuda” ini sebenarnya adalah seorang gadis, dan sungguhpun ia tidak mengerti mengapa gadis ini amat baik terhadap dirinya, namun tentu saja ia sudah amat percaya kepada Giok Lam dan menganggapnya sebagai seorang sahabat yang baik sekali,
“Lam-te, mengapa kau bertanya demikian? Terus terang saja selama hidupku belum pernah aku mempunyai seorang sahabat sebaik engkau..?”
“Kalau begitu, mengapa engkau belum mau menceritakan kepadaku tentangvriwayatmu? Apakah yang telah dilakukan musuh besar yang tak kau kenal ini kepada keluargamu? Siapakah keluargamu, twako?” Kwan Bu termenung. Memang belum pernah ia menceritakan riwayat ibunya kepada siapapun juga, Gadis ini amat baik kepadanya, jauh lebih baik daripada.., Siang Hwi, malah kini tanpa mengenal riwayatnya, telah memaksa diri ikut bersama dia untuk membantu mencari musuh besarnya, Bukankah akan keterlaluan sekali kalau dia tidak menceritakan riwayatnya?