Apakah kau percaya pada kata-kataku" Ataukah kau lebih percaya pada orang yang tidak kau kenal dengan baik?" "Gihu...." "Jangan menyebutku seperti itu.
kalau memang ayahmu belum mati, pergilah mencarinya! jangan lagi mengganguku" Sekarang Leng Souw-hiang sangat marah.
Kelakuannya seperti sedang mengusir anjing.
"PERGI! PERGI!" Hati Wie Kie-hong sungguh merasa sedih.
Dia berpikir ingin melangkah mendekat dan menjelaskan mengenai apa yang dia pikirkan.
Menjelaskan tentang perasaannya, tapi dia merasa bahwa menjelaskan pada saat seperti ini, tampak nya tidak akan mudah.
Karena itu dia tidakberkata apa-apa lagi dan segera pergi.
0-0-0
Saat orang sedang mendapat masalah, dia pasti memikirkan arak.
Namun setelah tiga cawan arak turun ke dalam perutnya, Wie Kie-hong merasa semakin gundah.
Ketika emosinya sedang bergejolak seperti ini, Wie Kiehong pergi ke kediaman keluarga Cu.
Cu Siau-thian sudah sangat akrab dengan Wie Kie-hong.
Dia juga tahu Wie Kie-hong biasa datang ke tempat tinggalnya untuk mencari Tu Liong.
Sekarang tiba-tiba dia datang mengunjungi dirinya, tentu saja dia merasa aneh.
"Kie-hong, mengapa kamu minum arak?" "Mabuk karena arak, hati akan mengerti" "Ha! Kata katamu terdengar sangat berat! Aku lihat kau sudah mabuk, hingga berpikir tidak jernih" "Cu Taiya, hari ini aku mengetuk pintu dan mengunjungimu, aku memohon anda menjelaskan sebuah masalah" "Katakanlah" "Kau tentu sudah kenal ayahku...." "Tentu saja! siapakah orang didalam kota Pakhia ini yang tidak kenal Wie Ceng" Dia adalah orang yang sangat menarik" "Kalau begitu ayah kandungku pasti sering berhubungan dengan anda?" "Tentu saja., tentu saja...
kita berdua sering pergi minum arak bersama-sama" "Ketika ayahku disuruh pergi membereskan sebuah masalah.
Dia pasti sudah datang kemari menceritakannya padamu, apa betul?" "Tidak salah..." "Kalau begitu, apakah ayahku tidak memberitahukan padamu apa tugas yang harus dikerjakannya?" "Kie-hong, kau sudah berputar putar sejauh itu, apakah ingin menanyakan tentang hal ini?" "Cu Taiya, kalau anda tidak mengetahui keadaan sebenarnya, aku juga tidak bisa apa-apa.
kalau anda tahu, tolong beri tahu aku." "Aku merasa aneh.
Mengapa kau tidak langsung bertanya pada Leng Taiya, malah datang kemari dan bertanya padaku" Dia pasti akan lebih mengerti banyak hal dibanding diriku" "Ayahku tidak mau memberitahu." "Oh...?" raut wajah Cu Siau-thian tampak kaget sekaligus heran, "dia tidak mau memberitahu padamu" Mengapa?" "Aku juga tidak mengerti ........Ugh! Aku mendengar kabar diluaran, aku tidak berani mendengar lebih banyak lagi........Cu Taiya, anak membutuhkan kasih sayang ayah, namun ayahku tidak ada.
Anda harus mengerti perasaanku!" "Gosip apa yang sudah kau dengar?" "Menurut kabar, ayahku masih hidup" "Bohong!" Cu Siau-thian terus menggeleng gelengkan kepala, "kalau ayahmu masih hidup, mana mungkin dia tidak menggubris anaknya sendiri?" "Ada dua macam kabar yang kudengar.
Pertama mengatakan bahwa dia tidak berhasil menyelesaikan tugasnya dengan baik, karena itu dia tidak berani pulang menghadap Leng Taiya.
Yang sarunya lagi mengatakan kalau dia sudah didesak oleh seseorang, sehingga tidak memiliki kebebasan." "Kie-hong, Leng Taiya sudah memperlaku-kanmu dengan sangat baik.
kau tidak seharusnya ragu akan dirinya dan memiliki pemikiran yang lain.
Ayahmu memang sudah mati, Ini tidak salah" "Apakah Cu Taiya melihat mayatnya?" "Belum" "Kalau begitu mengapa kau sangat yakin?" "Kalau aku bilang mati, dia pasti mati" "Cu Taiya..." karena pengaruh beberapa cawan arak yang diminumnya, sikap Wie Kie-hong menjadi sangat keras, "kau tidak bisa berkata seperti ini.
kau harus mengeluarkan bukti, barulah aku bisa merasa tenang" "Mengenai urusan diluar, aku sungguh mengerti...." "Kau tentu mengerti tentang urusan diluar, namun kau tidak tahu apa tugas yang diemban oleh ayahku.
Karena itu...." "Apakah kau sedang menggunakan taktik untuk memancing emosiku?" "Dihadapan generasi tua siasat apapun tidak berani aku gunakan.
Aku hanya ingin tahu, tugas apakah yang diemban oleh ayah kandungku ketika itu.
kecuali Leng Taiya, sepertinya tidak ada orang kedua yang mengetahui tentang hal ini.
"Aku tahu" Emosi Wie Kie-hong semakin memuncak.
Namun dari luar, raut wajahnya tampak masih tenang-tenang saja.
Dia berkata dengan datar: "Aku tidak ingin mendengar tentang hal ini lagi" "Walaupun kau tidak ingin mendengarnya, aku masih akan memberitahu mu ........orang yang mengatakan kalau ayahmu masih hidup, itu hanyalah gosip yang menyesatkan.
Kenyataannya adalah bahwa dia sudah meninggal, tentang hal ini hanya aku yang tahu" "Oh...?" "Sebelum ayahmu pergi bertugas, dia pernah datang kemari menemuiku.
Menghadapi masa depan dia tidak memiliki sedikitpun rasa percaya diri.
dia merasa bahwa perjalanan yang harus ditempuhnya sangat menakutkan, bahkan dia tidak memiliki keberanian untuk pergi.
Aku sudah mengenal ayahmu selama bertahun-tahun.
Dia adalah seorang pemberani yang tangguh.
Hanya saja....Mmm..
cobalah kau pikirkan sendiri, tidak perlu aku mengatakannya sampai detail" Wie Kie-hong berpikir balik: 'mengapa ayahnya meragukan masa depannya'" Apakah dia melihat jalan yang ditempuhnya adalah suatu misi bunuh diri" Mengapa..." "Cu Taiya! apa yang ayah ku takuti pada waktu itu?" "Dia takut mati" "Mengapa dia tahu kalau dia mengemban tugas itu dia pasti mati?" "Kie-hong, aku berteman karib dengan Leng Souw- hiang selama bertahun-tahun.
Setelah berbincang bincang kesanakemari, pastilah pada akhirnya akan membicarakan dirinya.
Untuk apa kau menyuruhku menceritakan hal yang akan melukai temanku"....
orang yang sudah mati tidak akan kembali hidup.
Kau tidak perlu terus mengejar pertanyaan ini" "Kalau kau mengetahui keadaan yang sebenar- nya, tolong beri aku penjelasan.
Kalau tidak...." "Kalau tidak bagaimana?" "Kalau Cu Taiya tidak menjelaskan sampai tuntas, aku pasti akan menebak dan berpikir kesana-kemari....
"Baiklah.
Aku akan mengatakannya....waktu itu ayah kandungmu sangat mengerti.
Leng Taiya sudah menyuruhnya keluar, bukan menyuruh-nya untuk menyelesaikan sebuah tugas, tapi menyuruh nya untuk mati" "Aku tidak mengerti.
Setiap kali ayah angkat mengatakan tentang ayahku, dia selalu menekankan kalau ayahku adalah orang yang sangat setia tiada bandingnya.
Bagaimana mungkin dia menyuruhnya untuk mati" Aku tidak percaya....aku sama sekali tidak percaya" "Kie-hong....kata-kata ini aku dengar sendiri keluar dari mulutnya" "Aku belum pernah mendengarnya" "Oh...?" Cu Siau-thian memandang dingin dari ujung rambut sampai ujung kaki.
"kau mengatakan bahwa aku sedang menipu dirimu, sedang membuat-mu bingung" Mengapa aku harus melakukan hal itu?" "Cu Taiya, aku memohon padamu" Wie Kie-hong berlutut dihadapannya.
"Apa-apaan ini?" "Kalau anda tidak menyetujuinya, aku tidak akan berdiri dari tempat ini" "Katakan, urusan apa?" "Tolong biarkanlah aku menemui ayahku.
Cu Taiya, aku mohon" Tiba-tiba saja wajah Cu Siau-thian berubah.
Dia berteriak keras: "Apa artinya ini?" "Ayahku saat ini sedang berada dibawah tekananmu.
Aku tahu.
Cu Taiya, tolong ijinkan aku melihat ayahku....Aku mohon...." Tiba-tiba saja Cu Siau-thian menendangkan kakinya ke arah Wie Kie-hong.
Karena Wie Kie-hong sedang berlutut dihadapannya, tendangan kakinya mengarah tepat menuju telinga Wie Kie-hong sebelah kanan.
Ini adalah titik kematian yang dimiliki semua orang...
dengan kemampuan silat yang dimiliki Cu Siau-thian, walaupun dalam emosi yang hebat, juga tidak seharusnya dia bertindak seperti ini.
terhadap seorang generasi muda sekali bertindak langsung mengincar titik kematian, sepertinya sangat kelewatan.
Dari semula Wie Kie-hong tidak yakin ayahnya berada dalam tekanan Cu Siau-thian, karena itu dia tidak berani bertindak gegabah.
Sekarang ini, dibawah serangan Cu Siauthian yang sangat mematikan, tidak terelakan lagi, emosinya langsung meledak tidak terkendali.
Kedua tangannya digenggam menjadi kepalan, dia menerima tendangan Cu Siau-thian.
Dia juga mengerahkan kepandaian yang dipelajarinya untuk menangkap kaki kanan Cu Siau-thian.
Sambil memegang kakinya, Wie Kie-hong segera berdiri.
Sekarang Cu Taiya lah yang tidak bisa berbuat apa-apa.
Dia berdiri dengan pose "ay".rr> emas berdiri satu kaki" "Cu Taiya" Wie Kie-hong terus memburu pertanyaan, "mengapa anda ingin membunuhku?" "Aku hanya mewakilkan Leng Taiya mendidikmu pelajaran bersopan santun." Cu Siau-thian masih sangat marah.
"Mendidikku" Kau tadi sudah mencoba menendang titik kematianku, jelas sekali kau ingin membunuhku" "Kalau kau tidak menangkis serangan, aku pasti akan merubah arah seranganku pada detik terakhir" "Tentu saja aku harus menangkis serangan, aku tidak selemah ayahku" "Wie Kie-hong, kau salah.
Aku sudah memberitahu jangan terlalu percaya omongan kosong orang lain sehingga tidak mempercayai orang yang lebih tua" "Cu Taiya, tendanganmu kali ini sudah membuktikan.
Katakanlah........Dimanakah ayahku berada saat ini?" "Aku tidak tahu" "Pada waktu itu, kau sudah membuat rencana untuk mencelakai Tiat Liong-san, lalu kau menarik teman dekatmu menjadi tameng.
Setelah itu orang-orang yang terlibat dalam peristiwa ini semuanya mendapat hukuman, sedangkan kau sendiri bisa lolos dan tenang-tenang diluar.
Paman Tan, Hui Taiya, bahkan sampai Leng Taiya pun sudah dibohongi olehmu.
Aku tidak boleh....
...
katakanlah! Dimana ayahku berada saat ini?" "Aku tidak tahu" Mendadak Wie Kie-hong memutar kaki kanan Cu Siau-thian yang masih dipegangnya.
Cu Siau-thian tidak bisa berdiri tegak lagi.
Dia segera terjatuh ke lantai.
Kemudian Wie Kiehong langsung meloncat kedepan menerkam bagai macan menerkam mangsa-nya.
Pisau kecilnya sudah menempel di punggung dibelakang jantungnya Cu Siau-thian.
"Kie-hong! kau berani sekali berbuat seperti ini! aku pasti akan menyuruh Leng Taiya untuk menghukummu dengan keras!" "Kalau kau sekarang tidak mau memberitahu sampai jelas, kau selamanya tidak mungkin bisa menemui Leng Taiya.