Mestika Golok Naga Chapter 32

NIC

....... " katanya tersipu.

"Tidak mengapa, Hwi- moi. Sekarang ceritakan, ара yang telah terjadi denganmu dan bagaimana engkau sampai tertawan oleh orang-orangnya Perdana Menteri Ji n Kui itu ? "

"Tempat kami .telah dlserang pasukan tadi, koko. Semua anak buah telah ...dibunuh ....... " la tidak sampai hati menceritakan betapa semua anak buah itu dihi na dan diperkosa sebelum di bunuh.

"Ah, dan di mana subomu?"

"Subo dapat melarikan diri akan tetapi aku tertawan. Tempat kami diramроk dan dibakar habis. Aku. ah,

entah ара yang akan terjadi dengan diriku kalau saja tidak ada engkau yang menolongku, koko. Aku berterima kasih kepadamu "

"Hussh, tidak perlu bicara tentang terima kasih. Sudah selayaknya kita saling bantu. Dahulupun kalau bukan engkau yang menolong, aku sudah lama mati dl tangan subomu. Sekarang, bagai mana, Hwi-moi? Ара yang akan kaulakukan?"

Siang Hwi menghela napas panjang dan memandang pemuda itu dengan memelas.'"Aku tidak tahu, koko. Aku sudah tidak mempunyai siapa-siapa lagi. Tempat sudah dibakar, subo juga entah pergi ke mana. Aku tidak tahu ke mana harus pergi dan ара yang harus kulakukan," katanya bingung.

"Kalau engkau hendak mencari subomu, mari kutemani dan kubantu mencarinya."

"Ke mana kita harus mencarinya?

la melarikan diri dan kami berdua tentu kini menjadi buruan pemerintah. Ke manapun kita pergi tentu akan diburu dan kalau ketahuan akan ditangkap. Aih koko, aku tidak mengira sekali. nasibku akan menjadi begini."

"Sudahlah, moi-moi. Bagaimana kalau engkau kembali kepada keluargamu? Aku akan mengantarmu ke sana."

Gadie itu memejamkan jnatanya dan kembali beberapa butir air mata mengalir keluar dan cepat dihapusnya.

"Li koko, aku sudah tidak mempunyai keluarga, sudah tidak mempunyai orang tua. Aku hidup sebatang kara di dunia ini, tadinya aku hanya mempunyai subo, akan tetapi sekarang ... " Gadis Itu memandang sedih sekali.

Tiong Li memegang kedua lengan gadis itu. "Besarkan hatimu, Hwi-moi, Ketahui lah bahwa aku sendiri juga seorang yatim piatu yang tidak mempunyai siapa-siapa lagi, kita sama-sama sebatang kara akan tetapi.... bukankah kita ini sekarang saling... memiliki ? Aku akan membantumu dalam segala hal, dan akan melindungimu, kalau perlu dengan taruhan nyawaku, Hwi-moi. "

"Li-koko ..... engkau begini baik. Sejak dahulu engkau amat baik kepadaku. Kenapa engkau begini baik kepada ku, koko? Bahkan subo yang biasanya baik kepadaku meni nggalkan aku ketika aku tertawan. Akan tetapi engkau ah, mengapa engkau begini baik kepadaku?"

"Mengapa? Aku sejak pertama kali bertemu sudah amat tertarik kepadamu, Hwi-moi, tertarik karena kebaikan hatimu ketika engkau mencegah subomu untuk membunuhku. Aku sudah suka sekali kepadamu dan aku

.... ah, aku cinta padamu, Hwi-moi. Tidak terasakah olehmu?"

Tlba-tiba Siang Hwi menundukkan mukanya yang menjadi merah sekali. "Aku. aku merasakan itu.koko."

"Dan bagaimana dengan perasaan hatimu, Hwi moi?

Bagaimana perasaan hati mu terhadap aku?"

Sampai lama Siang Hwi tidak mampu menjawab. Bagaimana seorang gadis dapat membuka rahasia hatinya begitu saja ? la merasa tersipu dan malu sekali.

"Koko, aku.... aku hanya pasrah kepadamu. Aku....

kalau engkau tidak berkeberatan, aku akan ikut denganmu ke manapun engkau pergi. Aku akan membantumu sekuat kemampuanku dan aku aku akan

setia kepadamu."

Tiong LI merasa gembira sekali dan berbesar hati "Akan tetapi bagaimana kalau kita bertemu lagi dengan.su bomu? Engkau akan meninggalkan aku dan ikut lagi kepada subomu? "

"Tidak! Subo telah meninggalkan aku ketika aku tertawan. Aku tidak lagi mau ik ut subo. Aku ingin Ikut engkau, koko!"

"Hanya ikut saja? Sebagai ара?"

"Terserah kepadamu, aku hanya me nurut. Sebagai muridmu, atau sebagai pelayanmu, aku tidak akan menolak."

Tiong Li merasa terharu sekalI dan tlba-tlba dia merangkul lagi gadis Itu, Dikecupnya keni ng yang halus; itu dan dia berbisik,

"Bagaimana kalau engkau Ikut denganku sebagai....

tunangan ku, sebagai kekasihku, sebagai calon isterlku? Aku cinta padamu, Hwi-moi."

Dengan tersip u Siang Hwi menyembu nylkan mukanya di dada pemuda itu. "Sudah kukatakan aku pasrah dan ш menurut saja semua kei nginanmu, koko."

"Akan tetapi, ci ntakah engkau kepadaku?" Tiong Li menci um rambut kepala yang bersandar di dadanya itu.

Siang Hwi tidak menjawab, akan tetapi Tiong Li merasa dengan dadanya betapa kepala itu mengangguk- angguk! Dan itu sudah cukup baginya. Hatinya merasa demikian besar dan gembira. Dia menangkap tubuh itu, lalu dilemparkannya ke atas, ditangkap dan dilemparkan lagi.

Siang Hwi terkekeh dan menjerit-jerit kecil,akan tetapi Tiong Li tetap melambungkannya ke atas dan menangkapnya lagi seperti sebuah bola. Siang Hwi lalu mengerahkan tubuhnya sehingga berat. Akan tetapi Tiong LI dapat menangkapnya dan ketika melambungkannya lagi gadis itu menggunakan ginkangnya untuk meloncat dan berjungkir balik se hingga ketika ia turun kepalanya terlebi h dulu. la menjulurkan kedua tangannya untuk menangkis tangkapan kekasihnya sambil terkekeh. Tiong Li menerimanya dan merangkul, memondongnya seperti anak kecil dan mengecup kedua pipinya.

"Aih, engkau nakal, Li-ko ! " Siang Hwi berkata, akan tetapi ia merangkulkan lengannya ke leher pemuda itu.

Demikianlah, kedua orang muda itu bermain-mai n dan bermesraan dengan hati penuh kasih sayang.

0o-dw-o0

Setelah semua gejolak cinta itu mereda. Siang Hwi bertanya, "Sekarang kita hendak pergi ke mana, koko?"

Tiong Li lalu menceritakan tentang lenyapnya puteri Sung Hia ng Bwee.

"Puteri itu menurut keterangan yang kudapatkan dari percakapan Perdana Menteri Jin Kui, telah dibawa, ke utara dan diserahkan kepada Panglima Wu Chu, panglima besar Bangsa Kin. Akan tetapi Perdana Menteri melakukan fitnah sehingga Kaisar mengumumkan penangkapan atas diriku dengan tuduhan menculik puteri itu."

"Ihh, betapa jahatnya Perdana Menteri itu!" kata Siang Hwi.

"Jahat dan licik sekali, Hwi-moi Karena itu, aku harus menyusul ke utara untuk menemukan kembali sang puteri dan mengembalikan kepada Kaisar. Barulah dengan demikian namaku akan bersih dan kedok Perdana Menteri Jin Kui akan terbuka. Dan engkau ikut menemanik u mencari sang puteri."

"Ke daerah kekuasaan Kin?" "Ya benar, ke utara."

"Baiklah, koko, ke manapun engkau pergi, aku ikut."

Demikianlah, sepasang kekasi h ini lalu melanjutkan perjalanan menuju ke utara, melewati perbatasan atau daerah tak bertuan dan memasuki wilayah Kerajaan Kin.

0o-dw-o0

Pada suatu pagi Tio ng Li dan Siang Hwi memasuki kota Lok-yang. Kota ini menjadi ibu kota ke dua sesudah Kai Feng yang tetap dijadikan kota raja oleh Bangsa Kin. Bangsa Kin memerintah dengan tangan besi sehi ngga rakyat Bangsa Han merasa tertindas akan tetapi mereka tidak berani berbuat sesuatu.

Pasukan Bangsa Kin adalah pasukan yang kuat dan kejam, terutama sekali terhadap rakyat jelata Bangsa Han. Betapapun juga, Kerajaan Kin membiarkan rakyat berdagang seperti biasa sehingga keadaan kota-kota cukup ramai dengan perdagangan. Yang memberatkan rakyat adalah pajak yang dipungut secara liar dan sembarangan. Para pejabatnya mempunyai wewenang sehingga siара yang dapat memberi suapan besar, merekalah yang lolos dari himpitan pajak.

Di antara para orang Han yang pandai banyak pula yang mengabdi kepada Kerajaan Kin dan mereka yang benar-benar setia mendapat penghargaan dan menduduki pangkat tinggi. Akan tetapi banyak pula orang pandai yang bahkan menyembunyikan diri. tidak mau membantu pemerintah Kin walaupun mereka juga tidak melakukan pemberontakan biarpun diam-diam mereka masih mengharapkan kembalinya pemerintah Kerajaan Sung.

Tiong Li dan Siang Hwi memasuki kota Lok-yang karena mereka mendengar bahwa PangIima Besar Wu Chu berkedudukan di Lok-yang walaupun perbentengan besarnya berada di luar kota Lok-yang. Di sini mereka tidak dikenal maka merka merasa aman untuk melakukan penyelidikan. Di Kerajaan Sung, Tio ng LI sudah merupakan buronan pemerintah yang gambarnya terpampang di mana-mana sehi ngga tentu saja dia tidak dapat melakukan perjalanan dengan aman.

Setelah mendapatkan dua kamar di Sebuah rumah penginapan, Tiong Li mengajak kekasihnya untuk keluar dan mereka memasuki sebuah rumah makan yang tidak jauh letaknya dari gedung tempat tinggal Panglima Wu Chu. Mereka tadi sudah berjalan-jalan di sekitar gedung itu dan meli hat betapa gedung itu terjaga ketat oleh para perajurit.

Sambil memesan makan, mereka menanti datangnya masakan sambil bicara berbisik-bisik. "Mungkinkah sang puteri berada di gedung tadi?" tanya Siang Hwi berbisik. "Dan apa yang akan kau lakukan selanjutnya, koko?"

Posting Komentar