Sung Hiang Bwee adalah puteri kaisar dari selir yang ke empat. Seorang gadis berusia delapanbelas tahun yang cantik jelita seperti bidadari dan sejak kecil puteri ini telah mempelajari segala macam kesenia n, terutama sekali seni tari. Demikian indah dan pandainya ia menari sehingga setiap kali kaisar menyambut datangnya tamu agung sang puteri menerima perintah Ayahnya untuk memperli hatkan kemahirannya menari.
Karena ia seorang puteri, tentu saja martabatnya tidak dapat disamakan dengan para penari biasa, da n kalau ia menari, karena semua orang tahu bahwa ia puteri kaisar, tidak ada yang berani mengeluarkan kata-kata yang menyi nggung, kecuali tepuk tangan memuji keidahannya menari.
Banyak sudah para putera bangsawan dan hartawan yang tergila-gila kepada puteri ini, akan tetapi sang puteri belum senang bergaul dengan pria. Juga kaisar belum melihat adanya seorang pemuda yang pantas menjadi suami puterinya yang cantiк itu, maka sampai berusia delapanbelas tahun Sung Hiang Вwee masih belum bertunangan. la tinggal di istana bagian puteri dan mengajarkan seni tari kepada para puteri istana lain yang masih kecil, yaitu adik adik dan keponakan- keponakannya, puteri dari para pangeran tua dan muda.
Pada malam itu, setelah puteri mengajarkan tari kepada para muridnya, la beristirahat di bangunan tengah ta- man yang indah. Di bangunan terbuka ini ia merasa sejuk setelah tadi berkeringat mengajarkan tari. Angin malam yang sejuk seperti mengipasi dirinya sehingga ia yang duduk di atas bangku menjadi mengantuk. Dua orang dayang yang melayani nya, duduk di atas lantai, menunggu sang puteri yang duduk melenggut.
Tiba-tiba berkelebat bayangan hitam dan dua orang dayahg itu tiba-tiba merasa tubuh mereka kejang, lalu lemas dan tahu-tahu mereka telah jatuh pingsan tertotok. Mendengar suara kedua orang dayang pelayannya roboh, Sung Hia ng Bwee terkejut dan menengok.
la meli hat seorang laki-laki berpakaian dan berkedok hitam sudah berdiri di depannya. Sebelum ia sempat berteriak, laki-laki itu sudah menotoknya dan iapun roboh dengan lemas tak ingat apa- apa lagi.
Orang behpakaian dan berkedok hitam itu mengeluarkan sebuah kantung hitam besar, memasukkan tubuh sang puteri ke dalam karung sutera itu, lalu memanggulnya dan sekali berkelebat dia sudah melayang pergi dengan cepat sekali dari tempat itu. Tidak ada orang lain melihat ара yang dia lakukan ini.
Ternyata orang itu adalah Ciang Sun Hok, pengawal pribadi Perdana Menteri Jin Kui. Dia sudah melakukan persiapan dengan baiknya, mengenakan pakaian dan kedok hitam sehi ngga andaikata ada juga yang melihatnya, tentu tidak akan mengenalnya. Dia sudah membuat perhitungan, tahu akan kebiasaan sang puteri yang setelah melatih tari biasanya memang mencari angin sejuk di taman itu.
Мака mudah saja dia menculik.puteri itu, dan sekarang setelah menangkap sang puteri, dia juga mengambil jalan rahasia yang hanya diketahui oleh para pengawai istana. Sebentar saja dia sudah keluar dari daerah istana, menyelinap di antara rumah-rumah orang dan tanpa ada yang mengetahuinya, dia sudah melompat naik ke atas atap rumah penginapan An-lok.
Dia memang sudah memesan kepada pemilik rumah penginapan untuk mendapatkan sebuah kamar paling belakang dan tidak boleh siapapun juga mendekati kamar itu.
Dengan jalan melalui jendela, dia memasuki kamar itu, mengeluarkan sang puteri dari karung sutera dan merebahkan sang puteri yang masih dalam keadaan lemas tertotok itu ke atas pembaringan. Sung Hia ng Bwee yang sudah sadar hanya dapat memandang dengan wajah ketakutan, akan tetapi ia tidak mampu bergerak atau bersuara. la hanya melihat betapa orang itu tidak mengganggunya, setelah merebahkan ia di atas pembaringan, orang berkedok hitam itu lalu meni nggalkan kamar dan menutupkan daun pintunya dari luar.
Ciang Sun Hok memang keluar untuk mendengarkan berita. Ternyata sunyi saja, tanda bahwa hilangnya sang puteri belum diketahui orang dan hatinya merasa lega. Sekarang tinggal melanjutkan sesuai rencana, yaitu pada besok pagi-pagi menunggu Menteri Jin Kui yang akan mengirim para selirnya berpesiar keluar kota raja dan menyelundupkan sang puteri dalam kereta para selir itu.
Akan tetapi perhitungan rencana siasat yang sudah diatur sebaiknya itu ternyata tidak memperhltungkan hal- hal yang terjadi secara kebetulan. Tanpa mereka duga, kebetulan sekali Tiong Li yang berada di kota raja malam itu juga bermalam di hotel An-lok! Kamarnya agak di belakang dan karena malam itu dia belum tidur, masih duduk melamun, dia mendengar jejak какi di atas genteng itu, betapapun hati-hati Ciang Sun Hok berlompatan. Andaikata penculiк itu tidak membawa beban, belum tentu Tiong Li dapat mendengarkan jejak kakinya, akan tetapi beban itu cukup be rat dan membuat kakinya agak berat mengi njak atap sehi ngga terdengar oleh telinga Tiong Li yang terlatih baik.
Tentu saja Tio ng Li menjadi curiga mendengar jejak kaki di atas genteng itu. Cepat dia lalu berpakaian, mengenakan sepatu dan tak lama kemudian dia sudah melompat naik ke atas atap rumah. Sunyi saja di atas rumah itu dan mulai lah Tiong Li mengintai ke kamar- kamar belakang.
Dan di kamar paling belakang itulah dia melihat seorang gadis sedang rebah telentang, tidak bergerak sama sekali, hanya matanya saja yang memandang ke sana si ni dengan ketakutan. Sekali pandang saja dia sudah dapat menduga bahwa gadis itu rebah secara tidak wajar dan mungki n sekali dalam keadaan tertotok. Maka, setelah membongkar jendela dengan mudahnya, dia melompat ke dalam kamar.
Sung Hia ng Bwee terkejut, sekali meli hat seorang pemuda berpakaian putih tiba-tiba meloncat masuk darl jendela. la terbelalak akan tetapi pemuda itu menaruh telunjuk di depan, mulut dan berbisik,
"Jangan takut, nona. Aku datang untuk menolongmu!"
Setelah berkata demlklan, dia menotok jalan darah di tubuh gadis itu. sehingga Hiang Bwee dapat bergerak lagi. Akan tetapi karena sudah mendapat is yarat, ia tidak berteriak.
Tiba-tiba pintu kamar itu terbuka dan masuklah Ciang Sun Hok yang masih berkedok. Dia terkejut dan heran melihat seorang pemuda berpakaian putih sudah berada di kamar dan sang puteri sudah dapat duduk di pembaringan. Tahu lah dia bahwa pemuda itu yang menolongnya, maka tanpa banyak cakap lagi dia menyerang Tio ng Li dengan pukulan dahsyat.
Ciang Sun Hok adalah seorang jagoan yang lihai sekali, memiliki tenaga yang amat kuat. Pukulan yang ditujukan ke arah Tiong Li mendatangkan angin berdesir keras.. Akan tetapi dengan tenang sekaii Tiong Li menangkis pukulan itu dengan lengannya.
" Dukk "
Dua lengan bertemu dan Ciang Sun Hok terkejut sekali, merasa seperti bertemu dengan lengan yang amat lunak sehingga tenaganya lenyap begitu bertemu dengan lengan itu! .
Dia melompat ke samping lalu menyerang lagi dengan pukulan yang lebih hebat, sekali ini dia memukul dengan jari tangan terbuka, seperti orang mendorong. Inilah jurus "Mendorong Kereta Emas" sebuah pukulan yang disertai tenaga sln-kang yang kuat sekali.
Melihat ini, Tio ng Li juga mendorongkan tangan kanannya sehingga kedua telapak tangan bertemu di udara.
" Desss ....... " Sekali ini Ciang Sun Hok merasa betapa telapak tangannya bertemu dengan dinding baja yang amat keras dan akibatnya, dia terdorong ke belakang sampai menabrak dindi ng.
Pengawal Itu terkejut sekali dan maklumlah dia bahwa lawannya amat tangguh. Dia khawatir bahwa suara gaduh perkelahia n itu akan terdengar orang dan rahasianya akan terbuka, maka tanpa bicara apa-apa lagi tubuhnya menyelinap keluar dari pintu kamar itu, pergi melarikan diri. Lebih baik pergi sekarang sebelum terbuka kedoknya! Tiong Li tidak mengejar, melai nkan menoleh kepada gadis yang duduk ke takutan di atas pembaringan itu.
"Nona siapakah dan ара yang telah terjadi ? Siара pula si kedok hitam itu?"
"Terima kasih atas pertolonganmu, tai-hiap. Aku bernama Sung Hiang Bwee, seorang puteri istana. Tadi ketika berada di taman istana, muncul si kedok hitam itu membuatku pingsan dan membawaku ke tempat ini. Aku tidak tahu siара dia dan mengapa dia menculikk u."
Tiong LI terkejut sekali dan sejenak dia hanya dapat menatap wajah yang cantik jelita itu. Pantas demikian cantik dan pakaiannya demikian indah, pikirnya. Kiranya seorang puteri Kaisar
"Maafkan saya, nona. Saya tidak tahu bahwa пола seorang puteri istana !" katanya sambil memberi hormat.
"Sudahlah, dalam keadaan begini tidak perlu bersikap sungkan," kata Hiang Bwee. "E ngkau telah menyelamatkan aku dari penculikan, tolonglah antar aku pulang ke istana !"
"Baik, tuan puteri," kata Tio ng Li dengan siкар hormat.
Sementara itu, Ciang Sun Hok melarikan diri dari hotel, langsung menghadap Perdana Menteri Jin Kui untuk melaporkan kegagalannya karena munculnya seorang pemuda baju putih di dalam kamar hotel di mana dia menyekap puteri Sung Hiang Bwee.
Mendengar ini, Jin Kui menjadi marah.
"Apakah mungkin pemuda itu yang telah menyebabka n tewasnya Hak Bu Cu?"
"Mungkin sekali, tai-jin. Ilmu silatnya sungguh hebat sekali dan karena saya khawatir kalau keributan itu menarik perhatian banyak orang, terpaksa saya menlnggalkan pergi sebelum ada orang datang."
"Tentu puteri itu akan diantar pulang ke istana. Biar aku sendiri membawa pasukan menghadangnya " kata Jin Kui yang merasa penasaran sekali karena rencananya gagal.
Dia lalu membawa dua losin pengawal, diikuti pula oleh jagoan Ciang Sun Hok untuk menghadang perjalanan pulang puteri Sung Hiang Bwee.
Demikianlah, ketika Tiong Li mengantar sang puteri kembalI ke istana dengan berjalan kaki, mereka berdua bertemu dengan pasukan yang dipimpin oleh Perdana Menteri Jin Kui.
"Tangkap penculik!" teriak sang perdana menteri. Ciang Sun Hok dan para pengawal sudah mengepung
Tiong LI dengan siкар mengancam. "Tahan !"
Seru puteri Sung Hiang Bwee sambil mengangkat tangan ke atas.
"Jin-taijin harap jangan salah sangka. Pemuda ini sama sekali tidak menculikk u, bahkan dia yang membebaskan aku dari tangan penculik! Kalau kalian mengeroyok dan mencelakai dia, aku akan melapor kepada ayahanda Kaisar!"
Gertakan ini mengena. Ji n Kui segera memberi aba- aba agar pasukannya mundur.
"Ah, begitukah? Kalau begitu kami salah sangka.
Siapakah namamu, orang muda?"
"Nana saya Tan Tio ng Li, taijin,"! jawab Tiong Li dengan hormat. "Kebetulan saja saya membebaskan sang puteri dari tangan penculik dan saya memenuhi perintah sang puteri untuk mengantarkannya pulang ke istana."
"Bagus, jasamu akan dicatat, Tio ng Li. Sekarang pergilah dan serahkan sang puteri kepada kami. Kami yang akan mengantarkannya pulang ke istana."
"Baiк, tai-jin."
"Tidak, Jin-taijin. Saya ingin mёngajak penolong saya ini ke istana dan melaporkan tentang jasanya kepada ауаhanda kaisar !" kata puteri itu dan terpaksa Ji n Kui tidak dapat membantah. Maka, bersama pasukannya dia lalu mengawal kedua orang itu memasuki istana .
Malam itu juga kaisar menerima puterinya yang dikawal Tio ng Li. Kaisar marah sekali ketika mendengar bahwa puteri nya diculik orang. Jin Kui yang ikut menghadap segera mendahului,
"Tidak salah lagi, Yang Mulia. Ini pasti perbuatan kaum pemberontak laknat itu!"
"Benar, kita harus hancurkan pemberontak- pemberontak itu. Kalau tidak, tindakan mereka akan menjadi semakin- kurang ajar!"
Kaisar lalu memandang kepada Tiong Li, "Siapakah namamu, orang muda?"
"Nama hamba Tan Tiong Li, Yang Muliа."
"Tiong Li, jasamu besar sekali telah menyelamatkan puteri kami. Karena itu, kami hendak menghadiahkan pangkat perwira pengawal kepadamu."
"Ampun beribu ampun,Yang Mulia. Banyak terlma kasih atas anugerah yang paduka berikan kepada hamba. Akan tetapi hamba minta waktu, Yang Mulia pada saat ini hamba masih mempunyai banyak urusan pribadi yang harus diselesaikan, maka perkenankan hamba menyelesaikan urusan pribadi lebih dahulu, barulah kelak hamba akan menaati perintah paduka. "
"Hemm, baiklah. Kalau engkau sudah selesai dengan urusanmu, datanglah menghadap kepada kami dan kami akan memberi anugerah pangkat kepadamu."
Setelah mendapat perkenan dari Kaisar, Tio ng Li lalu meni nggalkan istana Akan tetapi ketika dia sudah tiba di ruangan paling depan, tiba-tiba ada yang memanggilnya.