Ini hanyalah sebuah rasa suka yang ada dalam hatiku.
Hiong-ki, apakah kau tahu apa akibat yang akan terjadi kalau misalnya kau sudah membohongiku?" "Aku tidak mungkin mati" "Mungkin juga saat ini aku tidak memiliki kemampuan seperti itu" "Kalau misalnya seseorang benar-benar menginginkan seseorang yang lain mati, dia pasti akan menemukan cara untuk mencapai apa yang diinginkannya" "Hiong-ki..
ingat lah...
kau yang mengucapkan kata-kata tersebut." Hiong-ki hanya bisa mengangguk-anggukkan kepala.
Dia sudah tidak perlu berkata apa-apa.
Tu Liong sudah hampir berangkat, namun dia bertanya lagi: "Kapan kita akan bertemu lagi?" "Kalau kita harus bertemu lagi" Kata-kata ini terdengar seperti omong kosong yang asal diucapkan sembarangan.
Tapi sebenarnya kata-kata ini mengandung arti yang sangat dalam.
0-0-0
Tu Liong kembali ke kediaman Cu.
Setelah sampai, dia segera pergi menemui Cu Siau-thian.
Luka yang didapatnya di bahu kanannya sangat jelas terlihat, tidak mungkin dapat dengan mudah ditutupi dari pandangan orang lain.
Kelakuan yang ditunjukkan oleh Cu Siau-thian membuat Tu Liong kembali sangsi dengan semua yang sudah diceritakan oleh Hiong-ki.
Dia membantu Tu Liong membasuh luka, merawatnya membalutkan obat dan perban dengan tangannya sendiri.
Setelah semuanya selesai, dia hanya menanya-kan sebuah kata: "Perbuatan siapa?" "Boh Tan-ping" Tu Liong sengaja mengatakan dengan nada datar.
"Boh Tan-ping?" "Hanya seorang prajurit rendahan" "Kalau kau mengatakan ini kau sudah mem-buat kesalahan.
Pada waktu itu dia adalah pengawal setia nomor satu yang mengabdi pada Tiat Liong-san.
Dia bukanlah seseorang yang pantas disebut prajurit kecil." "Kalau begitu aku sudah terlalu memandang rendah dirinya" "Karena kau sudah memandang rendah dirinya makanya kau mendapat luka ini ....mengapa kau bertarung dengannya?" "Sebenarnya semua ini salahku" Tu Liong sekali lagi sengaja menutupi kejadian yang sebenarnya, "sebenarnya aku yang pertama menyerangnya" Tu Liong sedang membuat sebuah percobaan.
Kalau Boh Tan-ping selalu melaporkan kejadian yang terjadi pada Cu Siau-thian, seharusnya dia sudah mengetahui kejadian yang sesungguhnya terjadi dengan cepat.
Karena itu Cu Siau-thian tidak perlu bertanya terlalu jauh karena tidak banyak gunanya.
"Aih !" Cu Siau-thian hanya menghembuskan nafas panjang, "kalau dikatakan lagi sepertinya terdengar sangat memalukan.
Sebenarnya Boh Tan-ping itu dahulu pernah menjadi saudara angkatku...." Tu Liong diam-diam merasa kaget.
Seharusnya ini adalah sebuah rahasia yang sangat besar ! mengapa Cu Siau-thian membocorkannya pada dirinya" "Semuanya karena pada waktu itu emosiku tidak dapat dikontrol.
Aku masih sangat muda.
Aku tidak tahu bagaimana menghadapi orang lain.
Aku lalu membuatnya marah dan dia langsung pergi, setelah itu dia menjadi kaki tangan Tiat Liongsan." "Apakah setelah itu kalian berdua tidak pernah berhubungan lagi?" "Sebelum Tiat Liong-san mati, hubungan kami baik-baik saja.
Walaupun tidak dekat, tapi kami masih berhubungan.
Namun setelah Tiat Liong-san mendapat celaka kami tidak pernah bertukar kabar lagi.
dia pasti sangat membenciku" "Sekarang dia bersama-sama dengan Thiat-yan.
Dia pasti akan membelanya" "Rasanya memang begitu.
Apakah kau perlu mengatakannya lagi?" Cu Siau-thian menyayangkan maksud Tu Liong untuk mengejar masalah ini.
Tu Liong sempat berpikir untuk menceritakan pada Cu Siauthian tentang semua hal yang sudah dipelajarinya tadi.
Namun mengingat peringatan yang diberikan oleh Hiong-ki, dia jadi menahan niatnya.
"Luka yang kau derita ini tidak bisa dibilang sebuah luka ringan.
Mengapa kau masih pergi ke kedai arak dan minum arak disana" kau benar-benar tidak tahu bagaimana cara merawat tubuhmu." "Aku dengar arak bisa menyembuhkan luka" "Siapa yang memberitahumu kalau arak bisa menyembuhkan luka?" "Banyak orang mengatakan demikian..." Tu Liong serampangan bergumam pada dirinya sendiri.
"Omongan itu adalah omongan yang tidak memiliki dasar..." kata kata Cu Siau-thian penuh arti.
"Setelah kejadian ini, sebaiknya kau mendengar kan omongan yang sudah benar-benar terbukti.
Kau tidak boleh sembarangan mempercayai omongan orang lain." "Baiklah" Tu Liong menjawabnya dengan sangat berhatihati.
sepertinya rahasia yang disimpan didalam hati sudah diketahui oleh Cu Siau-thian dengan sekali tatap.
"Sekarang kau pergilah beristirahat.
Aku akan mengutus seseorang pergi membeli obat untukmu.
Urusan ini sebaiknya dilupakan saja." "Cu Taiya, aku punya sebuah pertanyaan yang tidak berani aku tanyakan" "Oh...?" "Apakah Thiat-yan benar-benar tidak berani melukai dirimu?" "Apa maksud kata-kata mu?" "Aku hanya mengatakan, orang seperti Leng Taiya adalah orang yang terpelajar, namun Thiat-yan melukainya dengan mudah.
Cu Taiya menguasai ilmu silat, apakah dia masih bisa melukai Cu Taiya" Walaupun misalnya dia berhasil mencapai apa yang diinginkannya, dia juga pasti akan takut balasannya ! mana mungkin Cu Taiya tidak memiliki satupun saudara ataupun teman untuk membalas dendam?" Cu Siau-thian hanya mengerutkan kening diam tidak berbicara apa-apa "Aku berpikir seperti ini, apakah aku sudah membuat kesalahan?" "Sekarang ini masalahnya bukan Thiat-yan berani melukaiku atau tidak.
Masalahnya apakah dia memiliki kemampuan untuk melukaiku" "Oh...?" Tu Liong tidak berani sembarangan melanjutkan kata-katanya.
Mendadak Cu Siau-thian duduk tegak dan mengangkat kepalanya.
Sinar matanya terlihat sangat tajam.
Dia memandang Tu Liong dalam-dalam.
"Kau pasti sudah pernah menemui nona Thiat-yan.
Betul tidak?" "Betul" Tu Liong tidak berani menyangkal.
"Mengapa sejak tadi kau tidak memberitahu?" "Aku sudah menemui musuh untuk berunding.
Aku bukan pergi menemui musuh untuk mengadu ilmu.
Aku takut kau akan memarahiku" "Berunding" Kau sudah membicarakan apa saja dengan dirinya?" "Tadi aku menyuruhnya untuk segera pergi meninggalkan kota" "Hasilnya?" "Hasilnya adalah luka di bahuku ini" "Thiat-yan tidak turun tangan?" "Tidak" "Kita harus mencurigai semua orang di kolong langit ini, namun tidak boleh mencurigai diri sendiri....
terhadap semua masalah yang terjadi di kolong langit ini kita harus menaruh curiga, namun tidak boleh curiga dengan apa yang dilihat oleh mata kepala sendiri.
Tu Liong! aku hanya bisa memberi tahu ini saja" Tu Liong hanya terdiam.
Sepertinya Cu Siau-thian sudah mengetahui segalanya.
Hanya saja dia tidak banyak mengatakan tentang hal yang diketahui-nya.
Tu Liong sudah tidak kuat berada didalam ruangan itu walaupun itu hanya satu menit lagi.
dia segera pergi keluar dan menuju kamarnya, sekarang ini dia ingin menenangkan hatinya dan emosinya untuk berpikir.
Apakah Cu Siau-thian benar-benar seorang penjahat yang licik" Apakah kata-kata Hiong-ki dapat diandalkan" Mengapa dia tidak mempercayai Cu Siau-thian yang sudah merawatnya dari kecil" Apakah pantas semuanya itu habis hanya karena sebuah surat" Kalau seseorang mempunyai niat untuk meniru gaya tulis orang lain, dia pasti bisa melakukannya!!! Semakin dipikirkan, pertanyaan yang yang muncul semakin banyak.
Semakin lama berpikir, Tu Liong merasa semakin tidak tenang....
Tiba-tiba saja sebuah tanda tanya besar muncul didalam kepalanya...
Tanda tanya besar ini menyambar bagaikan kilat.
Sampaisampai Tu Liong yang sedang berbaring beristirahat tiba-tiba saja meloncat turun dari ranjang.
0-0-0
Terkejut Malam sangat larut.
Leng Souw-hiang terbangun dari tidurnya setelah dia beristirahat sepanjang hari.
Dia memiliki banyak harta dan kekuasaan.
Walaupun dia masih merasa sulit menahan sakit, namun jika dibandingkan dengan orang kecil yang tidak memiliki harta ataupun kekuasaan, dia masih terhitung jauh lebih beruntung.
Tabib yang terkenal, ramuan obat-obatan yang termashyur, sudah membuat penderitaannya ber-kurang sampai ke tingkat yang paling rendah.
Baru saja matanya membuka, kuah ayam bercampur ramuan ginseng sudah disuapkan sesendok demi sesendok ke mulutnya.
Orang yang merawatnya tentu saja pasangan hidupnya yang dapat dipercayanya sepenuh hati.
Setelah minum setengah mangkuk besar kuah ayam, tenaga Leng Souw-hiang sudah pulih.
Kalimat pertama yang ditanyakannya adalah Wie Kie-hong.
"Anak itu benar-benar setia dan patuh.
Setelah makan malam, dia hanya tidur sebentar dan sampai sekarang dia masih berpatroli kedepan dan kebelakang" "Tolong panggil dia" Leng Souw-hiang memberinya perintah "kau pergilah istirahat ! Aku ingin berbincang-bincang dengan Wie Kie-hong.
Ketika aku berbicara dengannya, siapapun tidak boleh masuk" Nyonya besar Leng sangat mengerti tabiat suaminya, karena itu dia segera mengangguk.
Sepatah katapun tidak diutarakan.
Sebentar saja Wie Kie-hong sudah masuk kedalam kamarnya.
Leng Souw-hiang menyuruh menutup pintu masuk rapat-rapat, setelah itu menyuruhnya mendekat.
Dia lalu meminta Wie Kie-hong duduk disamping ranjangnya.
"Malam sudah sangat larut.
Aku dengar kau masih berpatroli diluar" "Karena sudah malam, aku harus memastikan penjagaan masih ketat" "Apakah kau pikir Thiat-yan akan datang kemari mencariku lagi?" "Tindakannya melukai orang lain hanyalah sebagian kecil dari rencananya saja.
Sebelum barang yang dimiliki Tiat Liongsan ditemukan, dia pasti akan membuat seribu rencana untuk mengejar informasi.