Walet Besi Chapter 14

NIC

Oey Souw melempar sepatah kata yang terukur di papan yang bertulisan "bunuh", lalu keputusan dibuat dengan memenggal kepala Tiat Liong-san.

Hukuman penggal kepala dilakukan pada pagi buta hari berikutnya" "Oh, kalau begitu aku mengerti." Tiba-tiba Tu Liong seperti mendapat pencerahan.

"Leng Taiya menulis surat yang menyesatkan, oleh karena itu tangan yang digunakannya untuk menulis dipotong.

Hui Taiya berkata kalau dia melihat dengan mata kepalanya kalau Tiat Liong-san sudah membunuh seorang prajurit, oleh karena itu kedua matanya dicongkel, paman Tan mengaku mendengar Tiat Liong-san ingin membelot, oleh karena itu kedua daun telinganya dipotong....

Oey Souw sudah meninggal, oleh karena itu anaknya yang menebus dosanya, dia mendapat luka di dekat mulutnya........cara Thiat-yan membalas dendam benar-benar bagus.

Namun dia belum turun tangan pada Cu Taiya" "Tu Liong, mungkin Thiat-yan tidak tahu kalau Cu Taiya adalah orang yang sudah mengusulkan untuk mencelakai Tiat Liong-san." Dari tadi Wie Kie-hong tidak berkata apa-apa, sekarang tiba-tiba saja dia ikut berbicara.

"Tu Toako, yang dikatakan oleh paman Tan tidak salah.

Mungkin saja nona Yan tidak mengetahui bahwa Cu Taiya adalah orang yang sudah mengusulkan untuk melukai ayah kandungnya." "Tidak!" kata kata Tu Liong terdengar sangat yakin, "dia pasti sudah tahu" "Bagaimana dia bisa tahu?" Tan Po-hai balik bertanya.

"Tiat Liong-san memiliki kakak dan adik, juga memiliki banyak teman yang sangat akrab.

Apakah semua orang disekelilingnya tidak akan bertanya-tanya dan mencari tahu kejadian yang sebenarnya terjadi" Tuan dengan Hui Taiya memberikan kesaksian di depan pengadilan, semua orang pasti akan mengetahui nya.

Tapi Leng Taiya sudah menulis surat yang menyesatkan, seharusnya hal ini tidak mungkin tidak diketahui oleh orang lain.

nona Yan juga tentu mengetahui tentang hal ini.

kalau dia mengetahui hal ini, mana mungkin dia tidak mengetahui hal yang lain" "Tapi mengapa sampai sekarang dia belum turun tangan membunuh Cu Taiya?" "Cu Taiya memiliki ilmu silat yang tinggi, dia tidak akan mudah dihadapi, tidak seperti kalian ini.

lagipula Cu Taiya adalah dalang dari semua urusan ini.

nona Thiat-yan pasti akan menghukumnya dengan cara yang paling kejam" "Tu Liong, kalau menurut logika, seharusnya nona Thiatyan membunuh Cu Taiya dulu.

Dengan begitu dia akan mendapatkan hasil yang lebih memuaskan.

Namun sekarang ini dia turun tangan dan melukai kami kaki tangannya, bukankah ini namanya memukul rumput dan mengagetkan ular, dengan begini semua orang akan memperkuat penjagaan terhadap Cu Taiya" Tu Liong tampak sangat bingung.

Dia berkata: "Sebenarnya ini sebuah hal yang aneh.

Dibalik semuanya tentu terdapat sebuah cerita, namun bagaimanapun juga aku tidak dapat memikirkan apa kira-kira ceritanya" Wie Kie-hong kembali ikut bicara: "Kalau menurut pandanganku, sepertinya Thiat- yan sengaja ingin menakut-nakuti Cu Taiya...." "Mengapa?" Tu Liong dan Tan Po-hai bertanya bersamaan.

"Tentu saja dia memiliki tujuan.

Setidaknya kita sudah mengetahui tentang satu hal, dia ingin mendapatkan barang yang disimpan di dalam kopor kulit." Tan Po-hai menatap mereka kebingungan.

Jelas jelas terlihat kalau dia sama sekali tidak mengetahui tentang kopor kulit ini.

Tapi Tu Liong tidak ingin membahas masalah kopor kulit itu dengan Tan Po-hai.

Oleh karena itu dia cepat cepat memalingkan muka dan mengalihkan topik pembicaraan: "Paman Tan, mengenai masalah Hui Taiya, apakah anda memiliki pandangan sendiri?" "Tampaknya dia tidak dapat menahan rasa sakitnya.

Kedua mata yang sudah dicokel keluar, rasanya pasti jauh lebih sakit dibandingkan dengan kedua daun telinga yang dipotong." "Aku menduga kalau dia bunuh diri karena dia takut Thiatyan akan terus melanjutkan balas dendamnya" Tu Liong mengatakan ini dengan perlahan-lahan.

Dia terus memperhatikan reaksi Tan Po-hai terhadap komentarnya.

Lalu dia melanjutkan kata-katanya: "Mungkin juga ini adalah permulaan balas dendam bagi Thiat-yan....paman Tan....bagaimana menurutmu?" "Tidak...." Tan Po-hai berkata dengan penuh keyakinan, "sekarang dosaku sudah impas.

Thiat-yan sudah berkata padaku sewaktu dia turun tangan melukaiku, bahwa semua ini sudah berlalu.

Asalkan aku tidak mencari dirinya, dia juga tidak mungkin mencari diriku.

Oleh karena itu aku sangat lega ....

aku sudah bermimpi buruk selama bertahun-tahun, akhirnya aku bisa bangun dan kembali sadar." Dari kata kata Tan Po-hai dapat diambil kesimpulan, bukan saja dia tidak menyimpan dendam terhadap Thiat-yan, malah dia merasa bersyukur karena semua hutang masa lalunya sudah terbayar lunas.

Wie Kie-hong menoleh pada Tu Liong, namun Tu Liong tidak berkata apa apa lagi.

kedua orang ini lalu pamit pulang.

Setelah keluar dari pintu, sambil terus berjalan Wie Kiehong berkata pada Tu Liong: "Tu Toako, sekarang kau sudah salah jalan" "Salah?" "Iya, salah, diantara mereka berlima, Tan Po-hai paling tidak memiliki kekuatan apa-apa.

kita tidak mungkin mendapat banyak informasi darinya" "Kie-hong, aku punya sebuah firasat lagi ....

Ugh, aku selalu berkata tentang firasat ...., aku rasa diantara mereka semua, Tan Po-hai lah satu-satunya orang yang paling mungkin membocorkan rahasia" "Betul, tampaknya dia tidak bisa menyimpan rahasia.

Sayang sekali dia juga tidak banyak tahu tentang semua urusan ini..." "Sekarang bagaimana ya...?" Tu Liong seperti bertanya pada dirinya sendiri.

"Tu Toako, bukankah kau sudah berpesan agar aku selalu mengikuti petunjukmu?" "Baiklah...

kalau begitu kita berdua berbagi tugas.

Sekarang kau pulang dan beritahukan pada Leng Taiya tentang kopor kulit yang kosong.." "Dia sudah berpesan padaku berkali-kali agar tidak penasaran, membuka kopor dan melihat isinya.

Bagaimana mungkin aku memberitahukan hal ini padanya?" "Kie-hong, kadang-kadang dalam hidup seseorang harus berkata bohong demi kebaikan.

Kau katakan saja bahwa ada seseorang yang menjambret kopor itu, dan lalu ketika sedang berebut, tanpa sengaja kopor itu terbuka, dan kau baru menyadari bahwa didalam kopor tidak terdapat apapun." Wie Kie-hong tidak berkata apa apa.

"........Kau kerjakanlah sesuai dengan petunjukku.

Aku yakin Leng Taiya pasti akan bereaksi terhadap ceritamu.

Mungkin saja reaksi dia akan memberikan sebuah petunjuk baru bagi kita...." "Kalau dia menanyakan tentang kopor kulit itu, bagaimana aku menjawabnya?" "Kau katakan saja bahwa kopor itu sudah dibawa lari oleh seesorang yang tidak dikenal." "Tu Toako, aku tidak pernah berbohong, dan aku pun tidak mungkin berbohong." "Segala sesuatunya pasti harus dipelajari, dan harus dicoba....baiklah, itulah keputusan yang sudah kubuat....dua jam dari sekarang kita akan bertemu di taman umum Bei Hai.

Kita tidak pergi sebelum bertemu" "Kemana kau akan pergi?" "Aku akan mencari Bu Tiat-cui" Kebetulan sekali waktu yang bersamaan sebuah kereta kuda melintas didepan mereka.

Tu Liong lalu berjalan menaiki kereta dan duduk disana.

0-0-0

Setelah beberapa lama, kereta kuda tiba di gang San-poa tempat kediaman peramal Bu Tiat-cui, Tu Liong tidak menyangka pemiliknya akan berada ditempat, ternyata Bu Tiat-cui sedang duduk di ruang samping menunggu tamu.

"Apakah tuan ingin diramal" Apa ingin tahu masa lalu tuan" Atau tuan ingin tahu tentang karakter tuan dari wajah?" Bu Tiat-cui menyapa.

"Tuan Bu! Tadi pagi aku sudah mengutus seseorang datang kemari untuk membawakan tanggal kelahiranku.

Aku berharap engkau dapat meramalkan berdasarkan tanggal itu.

Namun sampai sekarang orang itu belum kembali dan melapor padaku.

Tolong bantu mencari tahu, dimana sekarang dia?" "Oh....Baiklah...

berapa umurnya?" "Empat puluh tahun lebih." "Mohon maaf! Aku belum pernah melihat tamu itu sebelumnya...." "Tapi...." "Tamu yang terhormat! Bukannya aku ingin mempromosikan pekerjaanku, aku akan membantumu mencarinya dengan bantuan kartu.

Bagaimana?" "Apakah akurat?" "Akurat atau tidak kita akan tahu setelah meramal." Bu Tiat-cui tidak pernah berkata diluar perkara ini.

"Baiklah kalau begitu boleh coba" Bu Tiat-cui mengeluarkan sebuah kotak yang terbuat dari kayu.

Didalamnya terdapat banyak gulungan kertas, ini adalah kartu yang akan digunakan untuk meramal.

Dia lalu menyuruh Tu Liong untuk mengambil satu.

Tu Liong memilih sebuah gulungan kertas secara acak.

Setelah dibuka ternyata bertuliskan sebuah huruf mandarin 'Ci'yang berarti senja.

Melihat gulungan ini, kedua alis Bu Tiat-cui mengerut.

Tu Liong tidak percaya tentang ramal meramal, apalagi meramal hanya dari sebuah huruf yang tertulis diatas kertas, dengan begitu dia juga tidak akan percaya ramalan yang akan dibuat oleh Bu Tiat-cui.

Oleh karena itu dengan santai dia bertanya: "Tuan Bu! Melihat alismu yang mengkerut, apakah ini sebuah alamat yang buruk?" "Mmm! Sangat tidak baik....sangat tidak baik...

...."jawabnya.

"Oh! Mengapa kau berkata seperti itu?" "Matahari senja tenggelam disebelah barat.

Setelah itu bumi diselimuti kegelapan." Bu Tiat-cui sambil berbicara sambil mengambil sebuah kuas dan diatas kertas yang bertuliskan tersebut mencoret sesuatu.

"Lihatlah.

Huruf ditambah sebuah garis " yang berarti satu, akan berubah menjadi huruf yang berarti jahat.

Orang ini sudah terlepas hubungan dengan dirimu.

Ini berarti urusan sudah berubah.

Huruf (Pian) berarti perubahan.

Kau mencari orang, jadi orang tersebut menghilang, jika huruf [Jin] yang berarti manusia yang ada disana dihilangkan, itu akan membuat huruf [Cit] yang berarti tujuh...

setelah itu huruf digabungkan dengan huruf akan membuat sebuah huruf (Si) yang berarti kematian.

Tamu yang terhormat, orang yang kau tanyakan sudah meninggal." Sebenarnya Tu Liong memang sudah tahu bahwa orang yang ditanyakan olehnya sudah meninggal.

Sebuah jarum baja sudah menancap diantara kedua alisnya, mana mungkin orang itu tidak meninggal" Namun ramalan yang dibuat oleh Bu Tiatcui benar benar sangat akurat.

Entah bagaimana rupa Tu Liong ketika mendengar semua penjelasan yang didengarnya tadi.

Lagipula dia sendiri yang asal memilih gulungan kertas yang dipakai tadi.

"Tuan! Mohon maaf, aku benar-benar tidak menyangka ramalan yang ku buat adalah sebuah berita yang sangat buruk.

Posting Komentar