Walet Besi Chapter 07

NIC

Laki-laki dewasa harus berani bertanggung jawab atas keputusan yang dibuatnya..." "Baiklah!" Akhirnya Wie Kie-hong berkata, "aku tidak akan minta persetujuannya, aku ikut!" "Janji?" "Janji!" "Tidak akan menyesal?" "Mengapa kau bertanya seperti ini?" "Perburuan babi hutan kali ini bukanlah perburuan babi hutan biasa.

Oleh karena itu sebelumnya aku harus membuat aturan mainnya, diantara kita berdua, tidak masalah siapa yang lebih tua, tidak masalah siapa yang lebih hebat ilmu silatnya, kita berdua harus membuat sebuah keputusan.

Menurutmu siapakah yang akan menjadi pemimpin?" "Tentu saja kau yang memimpin" "Kalau begitu kau akan selalu mendengar semua kata-kata dan perintahku?" "Tentu saja!" Wie Kie-hong mulai merasa sedikit tidak sabar.

"Baiklah, sekarang aku akan menceritakan semuanya padamu...." Selanjutnya Tu Liong menceritakan kembali apa yang sudah terucap dari mulut Cu Siau-thian pada Wie Kie-hong.

Terakhir dia berkata: "Sekarang, kita berdua harus mencari tahu barang apakah yang sedang dicari oleh Thiat-yan" Barang itu berada dimana" Siapa yang meme-gangnya?" Wie Kie-hong tidak berani berkata apa apa, karena tiba-tiba saja dia teringat janjinya pada ayah angkat.

"Kie-hong, ketika aku datang tadi, kau sedang tidak berada dirumah" "Aku sedang pergi keluar" "Leng Taiya sudah mendapat musibah dan trauma berat, seluruh pemerintahan pun dibuat kacau.

Kalau bukan urusan yang benar benar sangat penting, kau tidak mungkin pergi meninggalkan rumah.

Betul tidak?" Wie Kie-hong tahu kalau rahasia ini tidak dapat terus disembunyikan, Akhirnya dia memutuskan sekaligus menceritakan semuanya.

Tu Liong sebenarnya berpikir kalau dia harus bekerja keras membujuk Wie Kie-hong untuk bercerita.

Tidak disangka dia sudah berhasil mencapai tujuannya dengan sangat mudah.

Dengan pertimbangan seperti ini, sepertinya Wie Kie-hong mau bekerja sama dan membantunya memecahkan teka-teki ini.

"Baiklah.

Sekarang kita berdua sudah dapat membuat sebuah kesimpulan awal.

Barang yang dicari oleh Thiat-yan adalah sebuah koper kecil." "Mungkin juga" Wie Kie-hong tidak berani memastikan.

"Koper kecil ini dititipkan oleh Leng Taiya pada orang yang bernama Bu Tiat-cui.

Sekarang Bu Tiat-cui sudah dibunuh, koper itu juga sudah hilang, tetapi koper itu belum jatuh kedalam tangan Thiat-yan." "Mengapa demikian?" "Kalau dia sudah berhasil mendapatkan koper itu, dia tidak perlu memberikan surat peringatan untukmu" "Surat peringatan itu sudah disiapkan olehnya jauh sebelum kejadian" "Tidak salah.

Surat itu sudah dipersiapkan sebelum kejadian.

Mungkin juga ada beberapa surat peringatan yang serupa.

Semuanya itu digunakan untuk memperingatkan orang-orang yang tidak ingin dilukainya, yang tidak mau menyingkir walau sudah merintangi jalannya.

Kalau dia sudah mendapatkan apa yang dia inginkan, surat peringatan itu sama sekali tidak berguna.

Betul tidak?" "Orang suruhannya seharusnya bertanya padaku.

Apa yang sedang aku lakukan di tempat Bu Tiat-cui" Atau setidaknya mencuri dengar" "Mereka sama sekali tidak bertanya sepatah katapun.

Betul tidak?" "Betul" "Mereka tidak perlu bertanya, karena Thiat-yan sudah tahu barang apa yang ingin dicarinya.

Terlebih lagi dia pasti sudah tahu bahwa kau tidak memiliki barang tersebut.

Kalau begini kita berdua bisa membuat sebuah kesimpulan yang lain.

Bu Tiat-cui tidak dibunuh oleh Thiat-yan." "Ada pembunuh lainnya?" "Kie-hong, perburuan babi hutan kita semakin lama menjadi semakin rumit.

Sebelumnya kita berdua hanya mengincar sebuah target, tidak disangka sekarang sudah muncul target kedua." Tu Liong menceritakan semua kesimpulannya dengan sangat berapi api ketika tiba-tiba saja terdengar suara pintu kamar diketuk-ketuk dari luar.

Wie Kie-hong benar-benar sangat terkejut.

Biasanya jika dia sedang menerima tamu dan bercakap-cakap dalam kamar, orang-orang di dalam rumah tidak ada yang berani datang mengganggunya.

"Siapa?" "Wie Siauya, ini aku" ternyata yang sedang mengetuk pintu adalah Su-cie.

Wie Kie-hong membuka pintu, dia berkata padanya dengan sedikit emosi: "Pengurus Su, apakah kau tidak tahu, aku sedang menerima tamu?" "Aku tahu, tapi...." Sebenarnya Wie Kie-hong sudah tahu apa yang ingin dikatakan Su-cie hanya dengan melihat raut mukanya.

Dia cepat-cepat berkata: "Untung saja Tu Toako bukan orang luar, kalau ada urusan, cepat katakanlah" "Rumah keluarga Hui sudah mengutus seseorang datang untuk mengabarkan berita duka." "Rumah keluarga Hui?" Wie Kie-hong lang-sung merasa terkejut.

Tu Liong juga merasa terkejut, namun dia tetap mempertahankan tata-kramanya sebagai seorang tamu.

Dia tidak ikut campur mulut.

"Betul sekali.

Hui Taiya sudah meninggal dunia, aku tidak tahu apa aku harus melaporkan hal ini pada Leng Taiya, oleh karena itu aku menghadap Wie Siauya untuk membantu membuat keputusan" "Pengurus Su, Leng Taiya sudah menutup pintu, beristirahat merawat lukanya.

Selain dirinya masih ada anak Leng Taiya, Toa-kongcu, dan Ji-kongcu mereka berdua bisa mengurus perkara ini.

Aku sama sekali tidak memiliki wewenang membuat keputusan.

"Tadi sebelum Leng Taiya menutup pintu, beristirahat, dia sudah menitipkan pesan padaku.

Urusan apapun baik besar ataupun kecil, aku harus melapor pada Wie Siauya untuk membuat keputusan" "Tu Toako, seseorang yang sudah dicongkel kedua belah matanya, apakah mungkin luka itu bisa membuatnya meninggal?" "Seharusnya tidak mungkin, namun karena umur Hui Taiya yang sudah sangat tua dan sedang stress berat, jadi sepertinya sulit dipastikan." "Pengurus Su, apakah orang yang datang membawakan berita duka itu tidak menceritakan apa yang sudah menjadi penyebab kematiannya?" "Tidak.

Namun aku telah mendengar kabar burung yang beredar di kalangan masyarakat sekitar, katanya Hui Taiya mati karena gantung diri" Tu Liong dan Wie Kie-hong cepat-cepat saling bertukar pandang.

Didalam pandangan mereka berdua terlukiskan sebuah tanda tanya besar.

Hui Ci-hong mati gantung diri.

apakah dikarenakan dia tidak kuasa menahan derita lukanya" Ataukah dia tidak sanggup melarikan diri dari rasa takut" Ataukah karena dia merasa malu menemui teman-temannya" "Pengurus Su" dengan sangat cepat Wie Kie-hong membuat sebuah keputusan, "hubungan kerabat antara Hui Taiya dengan Leng Taiya sangat dekat.

Seharusnya berita ini segera dikabarkan padanya.

Namun sekarang situasinya sangat berbeda.

Sebaiknya kita tidak menambah rasa kaget yang sudah didapat-nya.

untuk sementara waktu berita ini sebaiknya ditutupi, mengenai upacara melayat, kita lakukan sesuai dengan peraturan" "Baiklah.

Aku akan melaksanakan keputusan yang sudah diberikan Wie Siauya." Su-cie mundur keluar, sekaligus menutup pintu kamar.

"Tu Toako, kelima Taiya semuanya menyim-pan sebuah rahasia dalam hati masing-masing, rahasia yang tidak dapat diceritakan pada siapapun juga." "Betul.

Namun kita juga tidak bisa bertanya" "Kita harus menebaknya.

Kita harus memcoba menduga.

Tu Toako, menebak sebuah misteri adalah keahlianmu.

Menurutmu, apa yang harus kita perbuat?" "Yang paling sulit dalam memecahkan sebuah misteri adalah memutuskan harus mulai dari mana.

Namun aku sudah membuat keputusan tentang apa yang harus kita lakukan.

Pertama-tama, kita harus mencari jejak Thiat-yan.

Dia adalah orang yang sangat aktif, lagipula dia memiliki banyak kaki tangan.

Tidak mungkin dia datang dengan tiba-tiba dan pergi tanpa jejak.

Sedikit banyak dia pasti meninggalkan bekas" "Betul! Kalau begitu aku akan mengurus masalah yang satu ini." "Tidak.

Aku yang akan mengurusnya, aku punya tugas lain untukmu" "Oh.." Tugas apa?" Tu Liong mulai merendahkan nada suaranya dan berbicara pelan-pelan.

Wie Kie-hong harus mengerahkan tenaga dalamnya untuk mendengar kata-katanya.

"Apakah kau mengingatnya?" "Sudah ingat...

hanya saja..." Kie-hong, kau hanya perlu melakukan apa yang sudah kuperintahkan padamu.

Kau tidak usah banyak bertanya.

Ingat semua harus mendengar kata-kataku." Wie Kie-hong sangat mengagumi Tu Liong.

Tidak saja dia sangat berani, Tu Liong juga memiliki banyak siasat.

Kebanyakan pendekar yang berilmu silat tinggi memiliki otak yang sangat sederhana.

Namun Tu Liong tidak saja mahir silat, namun dia juga sangat cerdas.

Siapapun yang mengenalnya pasti akan salut.

Tu Liong mohon pamit dan segera pergi.

Wie Kie-hong kembali masuk kedalam untuk mem-bereskan sedikit urusan, setelah itu dia pun berlari keluar.

Thiat-yan sudah memotong sebelah tangan Leng Taiya, katanya ini adalah ganjaran setimpal yang pantas diterimanya atas perbuatannya di masa lalu.

0-0-0

Wie Kie-hong sangat menyukai perumpamaan yang dipakai oleh Tu Liong.

Pada awalnya mereka berdua berencana berburu babi hutan.

Namun tiba-tiba saja di daerah perburuan muncul seekor rusa.

Ini tentu saja akan membuat pemburu manapun merasa gembira.

Sekarang ini mereka berdua berbagi tugas melacak jejak buruan, namun Wie Kie-hong merasa sedikit ragu.

Waktu sedang mengejar rusa, mungkin saja secara tidak sengaja mereka akan membuat kaget babi hutan.

Dibandingkan bekerja sama memburu satu target, pasti tidak akan lebih baik daripada membagi tugas dan mengejar buruan masing masing........Wie Kie-hong bermaksud hendak mengungkapkan apa yang sudah dipikirkannya, namun Tu Liong memintanya untuk tidak mengata kan apa pun.

Oleh karena itu Wie Kie-hong terpaksa menyimpan semuanya dalam hati.

Wie Kie-hong kembali menyewa kereta kuda untuk pergi ke gang San-poa.

Tiga buah pekarangan milik Bu Tiat-cui sangat sunyi.

Sepertinya setelah dia mati, tempatnya tidak ada orang yang kembali mengunjunginya.

Dia segera berjalan melalui pekarangan dan masuk melewati pintu utama.

Dia masuk ke dalam aula rumah, tepat pada saat ini, tiba-tiba terdengar suara batuk-batuk dari ruang pinggir.

Wie Kie-hong sangat terkejut.

Setelah suara batuknya berhenti, menyusul terdengar suara seseorang menyapa: "Tamu yang terhormat, silahkan masuk" Walaupun Wie Kie-hong adalah seorang pendekar yang mahir ilmu silat, namun dia tidak menyukai kekerasan.

Dia tidak pernah membiasakan diri pergi keluar rumah dengan membawa senjata tajam.

Namun sekarang ini situasinya sangat berbeda.

Dia mengeluarkan sebilah pedang pendek dari dalam tas yang dibawanya.

Pedang pendek ini panjangnya tidak lebih dari setengah meter.

Walaupun sangat pendek, namun pedang ini tetap memiliki sebuah kegunaan dalam menghadapi musuh.

"Silahkan masuk, tamu yang ada diruang sebelah kiri...." orang yang ada didalam kembali menyapanya, jelas dia sedang berbicara pada dirinya.

Wie Kie-hong membulatkan tekad, dia menyibakkan tirai penutup pintu penghubung kedua ruangan.

Setelah itu dia masuk ke ruang samping yang ada disebelah kanan.

Sebelumnya sesosok mayat sudah terbujur kaku di atas meja besar yang ada didalam.

Posting Komentar