Walet Besi Chapter 02

NIC

Hanya saja di kedua pelipis dia rambutnya mulai berubah warna menjadi putih, namun ini tidak membuatnya terlihat tua, malah membuatnya semakin berwibawa.

Setelah melihat bahwa tamunya adalah seorang nona yang masih muda, Leng Souw-hiang juga sempat tertegun beberapa saat.

Namun, dia sama sekali tidak memandang rendah tamunya.

Kalau dia memang datang dari luar kota, sudah delapan puluh persen dapat dipastikan kalau dia adalah orang yang diutus datang kemari oleh raja Su-cen.

Raja tidak mungkin sembarangan mengutus seseorang yang tidak bisa apa-apa.

perempuan ini pastilah memiliki keistimewaan tersendiri sehingga mendapat kepercayaannya.

Setelah berpikir sampai sedemikian, secara otomatis dia segera berdiri.

"Leng Taiya!" tamu perempuan itu menyapa dengan sangat hormat.

Leng Souw-hiang kembali tertegun, karena perempuan ini dalam memberi hormat tidak menunjukkan tata krama yang ditemui diantara masyarakat umumnya dan juga bukan tata krama yang ditemui diantara masyarakat suku Han.

kedua tangan-nya tetap dirangkupkan didepan dadanya.

Karena dia menggunakan mantel terusan yang besar, ditambah dengan gerak-geriknya seperti ini, dia terlihat sangat gagah.

Namun ini adalah cara menyapa para pendekar yang umum ditemui di dunia persilatan! Leng Souw-hiang bertanya pada dirinya sendiri, rasanya dia tidak pernah berurusan dengan orang yang datang dari kalangan persilatan! Karena tertegun kaget, dia sampai lupa mem-balas salamnya.

Untunglah pria tua yang sudah menunjukkan jalan masuk padanya segera mewakilkan tuan besar untuk membalas salamnya dan memper-silahkannya duduk.

"Tidak perlu sungkan, tidak perlu sungkan!" barulah Leng Souw-hiang kembali sadar, "melihat nona sangat rupawan, sangat berwibawa, tidak terasa aku sudah tertegun melihat nona........nona datang dari mana?" "Li-sun" Setelah mengatakan tempat asal usul kedatangannya, hati Leng Souw-hiang langsung menjadi tenang.

Raja Su-cen tinggal di daerah itu.

melihat tingkah laku dan penampilan nona muda ini, dia mungkin sekali adalah utusan raja Su-cen.

Kalau tidak, Siapa yang lebih cocok" "Bagaimana kabar raja" Apakah dia baik-baik saja?" Leng Souw-hiang sambil sedikit membungkuk-kan tubuh memberi hormat dengan sangat sopan dan bertanya dengan perlahanlahan.

Sepertinya dia ber-maksud memancing nona ini untuk mengatakan siapa yang menyuruhnya datang.

"Sangat baik" jawabannya sangat singkat.

"Bagaimana keadaan disana?" Kali ini dia tidak berkata apa-apa.

Dia hanya menganggukanggukkan kepala.

Pada waktu yang bersamaan dia melirik ke arah pelayan tua yang mengantarnya masuk.

"Pergi!" Leng Souw-hiang segera mengibaskan tangannya.

Pria tua penunjuk jalan segera mundur dan melangkah keluar meninggalkan ruangan.

Dia menutup pintu dibelakangnya.

Sekarang di dalam ruangan hanya tinggal kedua orang ini.

"Leng Taiya, aku ingin bertanya padamu.

Anda biasa menggunakan tangan yang mana untuk memegang pena ketika sedang menulis surat?" "Tangan kanan" "Kalau begitu, tolong ulurkan tangan kanan-mu!" Leng Souw-hiang merasa sedikit heran, namun dia tetap mengulurkan tangan kanannya.

Tidak biasa-nya dia langsung menuruti apa yang diperintahkan padanya.

Namun kali ini benar-benar aneh.

Sepertinya ini disebabkan oleh kharisma yang sangat besar yang dipancarkan dari dirinya.

"Kalau ada seseorang yang sudah berbuat kesalahan dan membuat seseorang marah, lalu orang yang sudah dibuat marah itu bertanya padanya: 'mana yang akan kau pilih" Apakah kau lebih rela dipotong tenggorokan ataukah dipotong tangan kanan"' kalau orang itu adalah kau, yang mana yang akan kau pilih?" Leng Souw-hiang benar benar tersentak kaget, cepat-cepat dia menarik tangan kanan yang sudah diulurkannya.

Gerak-gerik perempuan ini benar-benar sangat cepat, hanya dengan satu langkah besar saja dia sudah berada dihadapan Leng Souw-hiang, di tangannya sekarang sudah terlihat sebilah pisau yang sangat tajam.

Ujung pisau yang runcing menekan dada Leng Souw-hiang dengan kuat, dia sebenarnya berpikir untuk melangkah mundur menghindari serangan, namun kedua kakinya sama sekali tidak mau menuruti keinginannya.

"Leng Taiya, sebenarnya kau akan membuat pilihan yang mana?" "No...

Nona, se...

sebenarnya ba...

bagaimana bisa seperti ini" a....apakah kau benar orang suruhan raja Su- cen?" "Cepat tentukan pilihanmu!" "No....Nona, apakah aku pernah berbuat salah padamu sebelumnya?" "Pilih!" Hanya sepatah kata...

namun sepatah kata ini memiliki kekuatan yang luar biasa.

Perlahan lahan tangan kanan Leng Souw-hiang yang gemetar hebat kembali terjulur.

"Leng Taiya, dengar baik-baik! Sepuluh tahun yang lalu tangan kananmu ini sudah berbuat kejahatan semacam apa, kau sendiri sudah mengerti.

Sekarang sudah tiba waktu pembalasannya.

Leng Taiya, sebelah tanganmu akan terputus, pasti akan terasa sangat sakit.

Namun kau harus menahan rasa sakitnya, kau tidak boleh berteriak.

Kalau kau sampai berteriak sedikit saja, bukan hanya kau akan kubunuh, bahkan seisi kediaman ini pun pasti akan berjatuhan korban yang tidak bersalah.

Apakah kau sudah mengerti?" "No...nona, apakah aku bisa mengeluarkan uang untuk menebus kesalahanku" Kau ingin berapa....berapa banyakpun, aku pasti akan memberi....memberi sebanyak itu" "Kau sekarang pasti sudah mengerti, uang tidak selalu bisa menyelesaikan semua urusan.

Tidak masalah kau memiliki berapa banyak uang, kau tidak punya cara untuk kembali menumbuhkan lenganmu yang putus dari pundakmu itu....tolong angkat tangan kananmu sedikit" Tubuh Leng Taiya gemetar hebat, namun seluruh tubuhnya terasa sangat lemas.

Tangan kanannya sama sekali tidak memiliki tenaga untuk diangkat.

Gerakan tangan nona muda ini sangat kejam, dia tidak segera menebaskan pisaunya kuat-kuat untuk memutuskan tangan lawannya, namun dia dengan perlahan-lahan menyayatkan pisaunya.

Leng Taiya tidak hanya harus menahan sakit yang luar biasa, namun juga harus menahan sakit hati yang sangat dalam.

Nona muda ini menggunakan tangannya untuk menekan ujung jari Leng Taiya, sehingga tangannya terjulur lurus kedepan.

Melihat dari gerak-geriknya, dia tampak seperti akan memotong seekor ikan, atau seekor ayam.

"Aku akan berkata sekali lagi.

kau sama sekali tidak boleh berteriak.

Sekali berteriak, kau akan segera kehilangan nyawa.

Kau pun akan mempersulit hidup orang lain!" Leng Taiya bercucuran keringat dingin, sepasang kakinya gemetar sangat hebat, dia merasa akan segera pingsan.

0-0-0

Pada hari yang sama, di Pakhia terdengar empat kasus yang kejam.

Tangan kanan Leng Taiya terpotong, sepasang bola mata milik direktur utama sebuah perusahaan bank terkemuka yang bernama Hui Ci-hong dicokel keluar.

Seorang seniman yang serba bisa di Pakhia, yang mahir bermain alat musik, adu catur, terpelajar dan pandai menggambar, yang bernama Tan Po-hai, juga mengalami kejadian yang serupa.

Pelakunya sudah memotong kedua daun telinganya.

Seorang tuan besar yang pernah mengabdi di Ciu-mui pada dinasty Ceng yang bernama Oey Souw menderita luka paling ringan.

Dengan pisau yang tajam, pelakunya menorehkan tanda X pada pipinya.

Setelah pelaku melukai para korbannya, pada setiap tempat kejadian perkara, dia selalu meninggal-kan sebuah tanda yang sama ........ukiran seekor burung walet yang terbuat dari besi dan juga terdapat tetesan lilin berwarna merah menempel di bagian mata burung walet tersebut.

Leng Souw-hiang dan Hui Ci-hong yang masing-masing sudah kehilangan tangan dan matanya.

Setelah menahan penderitaan yang sangat parah, mereka berdua segera pingsan.

Setelah ditolong mereka barulah kembali sadar, luka yang diderita oleh Tan Po-hai dan Oey Souw tidak termasuk parah, namun mereka semua melakukan hal yang tidak dimengerti banyak orang.

Terhadap kasus ini, mereka semua sama sekali tidak mempermasalahkannya, malah sebaliknya mereka berkeras mereka tidak melihat pelakunya.

Jelas bahwa mereka semua sedang berbohong.

Alasan mereka berbohong sepertinya ada dua: Pertama mereka takut pelakunya akan lebih beringas dan membalas dendam.

Kedua, mereka tidak ingin kasus ini membuat semua rahasia yang mereka miliki akan terbongkar.

Tentu saja orang lain juga akan mengambil kesimpulan yang sama, bahwa semua pelakunya adalah orang yang sama.

Alasan keempat orang yang menjadi korban pun pasti sama.

Karena mereka semua pernah melukai si pelaku.

Beratnya kejahatan yang sudah mereka lakukan setimpal dengan luka yang mereka derita saat ini.

hanya anak Oey Souw yang tidak ikut melakukan kejahatan dengan tangannya sendiri.

Dia hanya menanggung dosa yang diperbuat orang tuanya.

Dia baru berumur dua puluh tahun, tidak mungkin dia bisa melakukan kejahatan bersama-sama dengan para tuan besar yang sudah berumur itu.

Keempat kejadian yang mengerikan ini terjadi ketika hari masih sangat pagi.

Belakangan berdasarkan atas bukti-bukti yang ada, tempat kejadian dan waktu terjadinya peristiwa, Leng Souw-hiang adalah korban yang mendapatkan luka paling parah.

Leng Souw-hiang memiliki empat anak laki laki dan tiga anak perempuan, dia juga masih memiliki seorang anak angkat yang bernama Wie Kie-hong.

Ayah kandungnya yang bernama Wie Ceng, sebenar-nya terlahir di dalam keluarga gerombolan penjahat, namun belakangan dia berubah menjadi orang yang baik.

Dia mengabdi di dalam keluarga kerajaan raja Su-cen selama beberapa tahun menjadi seorang penjaga.

Dia benar-benar mendapat kepercayaan pejabat Leng.

Satu kali dia pernah mendapat perintah dari pejabat Leng, pergi keluar kota untuk menyelesaikan suatu tugas rahasia, entah tugas apa yang diberikan padanya" sepertinya tugas ini hanya mereka berdua yang tahu.

Setelah pergi menunaikan tugasnya, dia tidak pernah kembali lagi.

Setelah diselidiki ternyata dia sudah mengorbankan nyawanya demi Leng Souw-hiang.

Leng Taiya masih memiliki sedikit hati nurani, dia kemudian merawat dan mendidik anak yang ditinggal-kannya.

Dia menjadi anak angkat kesayangannya, dan diperlakukannya seperti anaknya sendiri.

Semenjak kecil, Wie Kie-hong sudah mem-pelajari ilmu silat yang diajarkan ayahnya, ditambah dengan bakat alamnya, belajar sebentar saja dia sudah mencapai tingkat yang lumayan tinggi.

Posting Komentar