"Ayah, peristiwa itu telah terjadi bеrtahun-tahun yang lalu, kenapa ayah masih mendendam? Da n pula, sudah wajar kalau ci nta seseorang ditolak, kenapa harus merasa sakit hati ? Tentang penyerangan itu, mudah diketahui. sebagai seorang ahli silat, agaknya ia hendak menguji setiap orang pemuda yang meminangnya, ia tidak ingin memperoleh suami yang kalah olehnya. Itu wajar saja, ayah ! "
"Sudahlah, engkau tahu apa ? Wanita itu memiliki pukulan beracun segalanya yang ada padanya beracun, kukunya, rambutnya, dan juga hatinya beracun!". kata ayahnya dan meni nggalkan puteranya yang merasa penasaran sekali. Yang tidak di сегitakan oleh Gan Liang adalah bahwa ketika hal itu terjadi dia sudah mempunyai istеri dan anak .
Karena kecantikan Souw Hia n memang luar biasa sekali dan mendenger bahwa gadis itu mau diperisteri pria yang dapat mengalahkannya, maka diapun yang tergila-gila melihat kecantikannya, ikut masuk sayembara itu, dengan maksud kalau sampai dia berhasil wanita itu akan dijadikan isteri kedua..
Akan tetapi bukan saja dia tidak berhasil bahkan dia hampir tewas oleh рukulan beracun Souw Hian Li yang kemudian berjuluk Ban-tok Sian-Li .
Kok Bu merasa marah sekali kepada ayahnya. Dia anggap ayahnya tidak adil dan tidak benar tindakannya. Maka, dia lalu berkemas dan meninggalkan rumah itu tanpa pamit lagi kepada ayahnya Dia hendak menyusul Siang Hwi dan kalau tidak bertemu, dia akan membantu pergerakan para pejuang di luar kota raja.
Tadi dia memang tidak mengantarkan Siang Hwi dan gurunya karena kalau dia yang mengantar dan terjadi sesuatu amat berbahaya bagi Hek-tung Kai-pang karena para penjaga banyak yang sudah mengenalnya sebagai pimpinan Hek tung Kai-pang.
0odwo0
"Tiong Li, sudah lima tahun engkau mempelajari ilmu dari, kami berdua. Semua i Imu yang kami kuasai telah kami berikan kepadamu, dan karena engkau sebelumnya telah digembleng oleh Реk Hong San-ji n, maka kini tingkat kepandaianmu sudah lebi h tinggi dari pada tingkat kami berdua. Nah, sekarang setelah tiba saatnya untuk kita saling berpisa h, apa yang hendak kaulakukan?" tanya Thia n Kui Lo-ji n yang tinggi kurus kepada muridnya.
"Usiamu sudah duapuluh satu tahun, sudah cukup dewasa untuk menentukan jalan hidupmu sendiri. Kami hanya ingin mengetahui, jalan mana sekarang yang hendak kautempuh? Apa yang akan kaulakukan ? " tanya pula Tee Kui Lo-jin yang bertubuh gendut pendek.
Ditanya demikian oleh kedua ,orang gurunya, Tiong LI menjatuhkan dirinya berlutut menghadap kedua orang gurunya Itu.
"Suhu walaupun teecu sudah dewasa dan telah menerima gemblengan dari mendiang suhu Реk Hong San-ji n kemudian dari suhu berdua, akan tetapi teecu sama sekali tidak mempunyai pengalaman. Teecu masih hijau dan kalau ji-wi suhu bertanya apa yang hendak teecu lakukan, teecu menjadi bingung. Teecu sendiri tidak tahu apa yang hendak Tёёcu lakukan setelah teecu terpaksa berpisah dari ji-wi suhu. Teecu mohon pe tunjuk!"
"Ha-ha-ha, bag us engkau masuh berrendah hati untuk bertanya. Рakаilah sikap rendah hati ini untuk Selamahya,Tio ng Li. Hanya orang yang rendah hati sajalah yang akan dapat memperoleh tambahan pengetahuan," kata Tee Kui Lok jin. "Tiong ki, manusia diberi kehidupan dan dilahirkan di dalam dunia ini tentu bukan percuma saja, bukan seperti binatang saja asal makan tidur lalu mati. Tuhan tentu mempunyai maksud tertentu terhadap manusia yang dibekali hati akal pikiran, diberi akal budi sehingga manusia dapat menentukan sendiri , memilih apa yang baik untuk dirinya. Manusia bukanlah benda mati, bukan pula binatang atau tumbuh- tumbuhan. Manusia berakal budi, karena itu hidup di dunia ini haruslah bertanya kepada diri sendiri, apa yang dapat dilakukan demi diri sendiri,demi orang Iain , demi kemanusiaan dan demi dunia pada umumnya. Jadikanlah dirimu seorang manusia yang berguna dan bermanfaat bagi kemanusiaan dengan perbuatan- perbuatan yang bijaksana,benar da n adil. Sia-sia sajalah manusia hidup didunia kalau hanya untuk menanti datang nya kematian tanpa melakukan sesuatu yang berguna bagi kemanusiaan ."
"Akan tetapi; suhu. Apa yang harus dapat teecu lakukan? "
"Sian-cai, banyak sekali yang dapat kauIakukan, muridku," kata Thian Lo-jin." Kalau engkau tidak tahu apa yang kauIakukan, lalu untuk apa Engkau mempelajari semua i Imu itu? Kau tahu, di dunia ini terdapat banyak sekali kejahatan di Iakukan manusia yang batinnya dikuasai Iblis. Engkau sudah memiliki iImu kepandaian untuk menghadapi mereka yang suka meIakukan perbuatan sewenang-wenang, menggunakan kekerasan mengandalkan tenaga dan kepandaian. Engkau dapat mencegah perbuatan jahat itu dan menolong mereka yang tertindas. Engkau dapat berjuang menegakkan kebenaran dan keadilan demi perikemanusiaan. Dan engkau dapat juga membaktikan dirimu demi nusa dan bangsa, dapat membantu gerakan para pejuang yang membendung kekuasäan Bangsa Yucen yang semakin sewenang-wenang melebarkan kekuasaannya. Engkau dapat mengingatkan dan memberi hajaran kepadà para pembesar yang menyalahgunakan kekuasaan dan wewenang nya, yang suka memeras dan meni ndas rakyat jelata. Wah banyak sekali yang dapat kau lakukan Tiong Li !" "Teecu mengerti dan akan teecu laksanakan petunjuk suhu," kata Tiong Li.
"Akan tetapi berhati-hatilah, Tio ng Li.Kekuatanmu itu dapat mendatangkan kekuasaan, dan kekuasaan yang bagaimanapun juga bentuknya dapat membuat orang menjadi lupa diri dan menyalahgunakan kekuasaannya . Oleh karena itu, engkau harus lebi h waspada terhadap musuhmu itu, musuh tunggal yang tidak kelihatan akan tetapi yang keli hai annya sukar dilawan," kata Tee Kui Ji n
"Siapakah musuh itu, suhu?"
"Musuh itu adalah dirimu sendiri hati akal pikiranmu sendiri. Kalau engkau sudah memiliki kekuatan dan kepandaian, lalu merasa diri memiliki kekuasaan, berhati- hatilah karena hati akal pikiranmu dapat dipergunakan oleh iblis untuk berbuat sewenang-wepang karena mengejar kesenangan bagi dirimu sendiri."
"Teecu mengerti, suhu. Teecu masih mengingat akan semua nasehat suhu Реk Hong San-jin bahwa teecu harus melakukan tiga macam kesetiaan, yaitu setia dan berbakti kepada Tuhan, berbakti kepada negara dan berbakti kepada orang tua atau guru. Dan teecu harus menjadi alat yang baik; untuk Tuhan Yang Maha Kuasa."
"Bagus! Kalau engkau masih ingat akan hal itu dan memegang semua keyakinan itu, maka kami pun akan merasa lega melepasmu, Tiong Li, " kata pula Tee Kui Lojin. "Hanya yang harus kau selalu Ingat, jangan terlampau mudah membunuh orang kalau tidak amat terpaksa dan perlu sekali. Jangan membunuh ,orang yang sudah tidak mampu melawan, jangan menyombongkan kepandaian dan ingat selalu, setiap orang lawan haruslah di hadapi dengan sikap hati-hati dan waspada, tidak boleh meremehkan orang lain. Dan lagi, betapapun tingginya puncak gunung dan awan, masih ada langit yang lebih tinggi lagi, kагелa itu jangan menganggap diri pali ng pandai ."
Setelah menerima banyak nasihat dari kedua orang gurunya, Tio ng Li lalu turun gunung membawa buntalan pakaian yang sederhana dan membawa sebatang ranting kayu yang dijadikan pikulan buntalan pakaiannya.
Dia kini telah berusia duapuluh satu tahun, seoranq pemuda yang bertubuh tegap, langkahnya seperti seekor Harrmau, dadanya bidang pinggangnya ramping. Wajah pemuda ini sederhana namun tampan dengan tatapan mata yang kadang mencorong kadang lembut seperti mata seekor rajawali. Rambutnya hitam tebal digelung keatas dan diikat dengan pita kuning.
Dahinya lebar dan alis matanya berbentuk golok, hitam dan tebal, melindungi matanya yang tajam. Hidungnya mancung dan bibirnya selalu tersenyum seperti bayangan dari keadaan hati yang lapang: Dagunya agak berlekuk menunjukkan bahwa di balik keramahan senyumnya tersembunyi hati yang dapat mengeras, dan dagu itu menimbulkan kesan jantan kepadanya .
Setelah jauh meninggalkan puncak Ki-li n-san, dan tiba di lereng pegunungan Kui-san, Tiong Li berhenti Dia menoleh memandang ke atas, ke puncak Ki-li n-san. Nampak awan menyelimuti puncak itu dan dia teringat akan kedua orang gurunya, penghela napas lalu memandang jauh ke bawah. Nampak Sungai Wu-kiang berkelak-kelok dan berlenggak-lenggok seperti seekor ular besar melalui tebing-tebing gunung. Dan jauh di kaki pegunungan itu nampak pedusunan dalam kelompok- kelompok kecil. Dia lalu menggunakan waktu selama limabelas tahun untuk mempelajari ilmu silat dan ilmu sastera. Dia bukan ahli sastera; sekedar dapat membaca dan menulis, dan sudah banyak kitab agama di bacanya. Mengenai ilmu silat, dia sudah mеmреlajari banyak macam iImu, dan di antaranya adalah ilmu-ilmu simpanan ke tiga orang gurunya.
Dari Реk Hong San-Jin dia mempelajari Hui-eng Kiam- sut (ilmu Pedang Elang Terbang) dan Tai-lek Kim-kong- jiu (Tenaga Besar Sinar Emas) yang mengandalkan sinkang yang kuat?. Kepandaian ilmu tangan kosong mengandalkan sinkang ini ditambah lagi oleh ilmu Jian- kin-lat (Tenaga Seribu Kati) yang dipelajarinya dari Tee Kui Lo-ji n, bersama ilmu silat Ngo-heng Lian-hoan-kun, merupakan ilmu silat berantai Lima Anasir yang lihai.
Dari Thian Kui Lo-jin dia mempelajari ginkang atau ilmu meringankan tubuh yang disebut Jiauw-sang -hui (Terbang Atas Rumput) dan I-kiong-hoan-hi-at (Ilmu Memindahkan Jalan Darah).
Dengan ilmu-ilmu itu maka kini Tio ng Li, menjadi seorang pemuda yang sukar menemukan tandingan! .