Pada saat yang amat menguntungkan bagi perjuangan itu, setelah Panglima Gak Hui berhasil, tiba- tiba saja Kaisar Sung Kao Cung memerintahkan pasukan Gak Hui untuk mundur! Kaisar Sung Kao Cung amat dipengaruhi oleh Jin Kui itu bukan saja takut kalau perhubungannya dengan Kin memburuk, juga Perdana Menteri Jin Kui memperingatkan kaisar bahwa kekuasaan Gak Hui semakin besar dengan dukungan rakyat jelata. Semua ini dapat mendorong Gak Hui untuk mem- berontak dan membahayakan kedudukan Kaisar.
Kaisar sama sekali tidak tahu bahwa nasihat Jin Kui untuk berdamai dengan pi hak Kin itu sebetulnya didasari oleh persekutuan yang dijalin Perdana henteri Jin Kui dengan pihak musuh! Jin Kui bersekongkol bahkan diperalat oleh Kerajaan Cin (Kin) sehi ngga apapun yang diperintahkan pihak Kin, selalu ditaati oleh Jin Kui.
Dalam tahun 1411, Panglima Kin Wu Cu menulis sepucuk surat rahasia kepada sekutunya, yaitu Jin Kui dan berkata, "Engkau menghendaki perdamaian, akan tetapi Gak Hui menyerang Hupei. Kalau engkau tidak segera membunuh Gak Hui, perdamaian tidak akan pernah ada!"
Demikianlah, Jin Kui membujuk Kaisar yang segera menulis surat perintah kepada Gak Hui untuk menarik mundur pasukannya sampai di perbatasan, dan memerintahkan Gak Hui untuk pulang ke kota raja. Surat panggilan untuk Gak Hui ini ditandatangi oleh kaisar sendiri. Pada waktu itu, semua orang sudah tahu bahwa Kaisar dipermainkan dan dipengaruhi oleh Ji n Kui dan banyak panglima, bahkan putera-puteri Gak Hui sendiri menasi hatkan agar Gak Hui tidak memenuhi panggilan itu karena dikhawatirkan merupakan perangkap yang diatur oleh Perdana Menteri Jin Kui.
Namun, Pa nglima Gak Hui adalah seorang yang amat setia kepada kerajaan, kepada negara karenanya juga setia dan patuh kepada kaisar. Dia mengabaikan semua nasihat itu dan berkeras untuk memenuhi panggilan kaisar! Tidak percuma mendiang ibunya dahulu menuliskan kata-kata di punggungnya agar dia setia sampai mati kepada kaisar. Dengan gagahnya Gak Hui melakukan perjalanan pulang ke kota raja.
Dan benar saja seperti yang dikhawatirkan semua sahabat dan putera-puteri Gak Hui, setibanya di kota raja Gak Hui lalu ditangkap di dipenjarakan dengan tuduhan melanggar perintah dan telah lancang menyerang ke utara mengabaikan larangan kaisar! Semua ini tentu saja telah diatur oleh Perdana Menteri Jin Kui.
Melihat ini. para putera dan sahabat Panglima Gak Hui berusaha untuk membebaskan Gak Hui. Mereka mengamuk menyerbu penjara, bahkan sudah berhasil mendobrak runtuh pintu kamar tahanan Panglima Gak Hui, mengajaknya minggat dari situ.
Akan tetapi bagaimana sikap Gak Hui? Dia marah sekali kepada para pengikut dan para puteranya, "Aku bersumpah untuk setia kepada kerajaan, setia sampai mati dan kalian malah memberontak dan mencoba untuk membebaskan aku? Aku tidak akan melarikan diri!" demikian katanya.
Para perwira bawahannya, para sahabat dan puteranya membujuk berulang-ulang. "Ayah," kata puteranya yang bernama Gak Liu. "Kalau ayah tidak mau pergi , itu berarti ayah mencari kematian sendiri. Jin Kui tentu tidak akan puas sebelum melihat ayah tewas!"
"Anak tidak berbakti. Engkau berani menganjurkan ayahmu menjadi pemberontak? Bukan Jin Kui yang dapat mengusai aku, akan tetapi Yang Mulia Sri Baginda Kaisar yang memerintahkan semua ini! Bagaimana aku dapat membangkang terhadap perintah Kaisar? Ketahuilah, kalian semua. Aku bersedia mati untuk Kerajaan dan kalau Kaisar menghendaki aku mati, maka matilah aku!. Nah, kalian pergilah sebelum aku membantu kerajaan untuk menangkap kalian semua!" .
Dengan hati yang hancur semua pendekar itu meni nggalkan penjara yang sudah mereka serbu. mereka harus mengambil jalan darah untuk dapat keluar dari tempat itu dengan selamat, karena pasukan telah mengepung mereka. Ada berapa orang pendekar yang roboh dan tewas. Akan tetapi Gak Liu berhasil meloloskan diri dengan hati sedih sekali meli hat ayahnya tidak mau ditolong.
Dan dengan tipu musli hatnya yang licik, Jin Kui berhasil membuat surat perintah palsu dari kaisar yang menjatuhkan hukuman mati kepada Gak Hui, dalam perintah palsu kaisar mengirim mangkok arak beracun untuk Gak Hui Tanpa ragu sedikitpun Gak Hui menerima sambil berlutut dan minum arak beracun itu sampai habis sambil berdiri tegak dan diapun mati dalam keadaan masih berdiri!.
Setelah Gak Hui tewas, maka perlawanan Kerajaan Sung dengan pasukannya terhenti. Kaisar mengadakan perdamaian yang amat menghina dan merendahkan martabat Sung dengan Kerajaan Kin. Tapal batas yang baru dibuat dan daerah luas antara sebelah utara Sungai Huai dan Tasan-kuan di Shen-si jatuh ke tangan Kerajaan Kin! Selain ini, juga Kerajaan Sung harus membayar upeti duaratus 1imapuluh ribu tail perak dan duaratus limapuluh ribu gulung sutera halus setiap tahun!
.
Biarpun Kerajaan Sung sudah berdamai dan mengalah, aka n tetapi para pendekar patriot masih terus melakukan perlawanan. Untuk ini Kerajaan Kin membentuk pasukan-pasukan khusus untuk membasminya. Keadaan di sepanjang perbatasan menjadi ajang pertempuran geri lya.
0odwo0
Demikianlah keadaan Kerajaan Sung yang sama sekali tidak diketahui oleh Tiong Li yang sedang tekun belajar ilmu dari kedua orang gurunya.Kerajaan Kin juga mendesak Kerajaan Sung melalui sekutunya, yaitu Perdana Henteri Jin Kui untuk membasmi para pendekar patriot yang membentuk laskar laskar rakyat mengganggu Kerajaan Kin di sepanjang perbatasan. Kaisar Sung Kao Cung memberi kekuasaan kepada Menteri Jin Kui untuk memimpin pembasmian para "pemberontak" itu.
Dalam keadaan seperti itu, rakyat selalu gelisah. Di satu pihak mere itu diam-diam membantu para pejuang dan di lain pihak mereka takut akan gerakan pembersihan pasukan pemerintah, juga kadang-kadang ada pasukan Kin yang rnelakukan pengejaran jauh ke dalam Kerajaan Sung Selatan melanggar perbatasan.
Rakyat dicekam ketakutan dengan adanya perang gerilya yang dapat saja sewaktu-waktu terjadi di mana. Bahkan di kota raja sendiri rakyat merasa gelisah karena Perdana Menteri Jin Kui tidak segan-segan rnelakukan pembersihan di kota raja menangkapi orang-orang yang dicurigai .
Dalam keadaan seperti itu, maka fitnah merajalela. Setiap orang dapat saja lakukan fitnah terhadap orang lain yang menjadi musuhnya, atau yang dibencinya. Sekali saja melapor bahwa seseorang dicurigai menjadi mata-mata pejuang, maka orang itu akan ditangkap dan disiksa untuk mengaku, kadang disiksa sampai mati! Maka terjadilah kepanikan di antara rakyat dan kesempatan ini banyak dipergunakan oleh para perwlra untuk menggertak rakyat untuk memancing keluarnya uang sogokan yang besar.
Mereka mendatangi seorang yang beruang, mengancam dan baru pergi setelah menerima sogokan, pada hal hartawan Itu sama sekali tidak terlibat perjuangan. Terlibat atau tidak, kalau sudah ditangkap kecil harapannya akan dapat pulang dalam keadaan hidup atau tidak cacat.
Malam yang gelap dan sunyl.. Hawa udara dingi n sekali dan sore-sore rakyat di kota raja sudah tidak nampak di luar. Cuaca seperti itu lebih baik dihi ndari dengan masuk ke dalam rumah mendekati perapian. Apa lagi kalau berkeliaran di luar dan bertemu peronda pasukan keamanan, dapat saja terjadi hal yang bukan- bukan, dan merugikan mereka lahir batin.
Tiba-tiba di tengah malam yang sunyi dan gelap itu nampak sesosok bayangan berkelebat. Cepat sekali gerakan bayangan itu dan dia sudah melompati pagar tembok yang mengelilingi rumah gedung besar milik Perdana Menteri Jin Kui! . Akan tetapi baru saja dia memasuki pekarangan, mendadak lima orang pasukan pengawal sudah mengepungnya dan mereka menyalakan obor.
"Berhenti! Siapa engkau berani memasuki pekarangan ini tanpa ijin?" bentak seorang pengawal.
"Hemm, aku yang masuk. Cepat bawa aku menghadap Perdana Menteri!" kata orang yang bertubuh tinggi besar itu.
Para perajurit pengawal itu mendekatkan obor untuk melihat siapa orang yang datang itu. Obor menerangi wajah yang menyeramkan dan berkulit hitam. Dan mereka semua mengenalnya dengan baik karena orang ini seringkali datang berkunjung dan menjadi kenalan baik Perdana Menteri.
"Ah, kiranya Hak-sicu yang datang. Kenapa mengejutkan orang dengan melompati pagar tembok dan tidak langsung saja ke gardu penjagaan di luar gerbang?"
"Lebih baik begini jadi tidak akan ada yang melihatku!" jawab orang itu. Dia itu bernama Hak Bu Cu dan bagi yang pernah bertemu dengannya segera akan mengenalnya sebagai orang yang mengaku berjuluk Si Golok Naga! .
Hak Bu Cu ini sebenarnya adalah seorang jagoan dari Kerajaan Kin dan dialah yang diutus oleh Kerajaan Kin untuk menjadi penghubung dengan Perdana Menteri Jin Kui. Dia dan Perdana Menteri Jin Kui yang mengatur pencurian Mestika Golok Naga itu, dengak maksud agar dunia kang-ouw saling menuduh sendiri dan karena keadaan para pendekar patriot menjadi lemah. Hak Bu Cu inilah yang rnelakukan pencurian itu, dan dia pula yang membunuhi para tokoh empat partai besar. Golok itu oleh Hak Bu Cu diserahkan kepada atasannya, yaitu Panglima Wu Chu dari Kerajaan Kin. Dan dia sendiri membawa golok tiruan, golok yang sama besar dengan Mestika Golok Naga untuk mengelabui mereka yang hendak mencari dan merampas kembali Mestika Golok Naga. Hak Bu Cu ini adalah seorang yang lihai bukan main, mengerti banyak macam ilmu silat dan dia menjadi tangan kanan Panglima Wu Chu.
Para pengawal segera mengantarkan Hak Bu Cu masuk dan mereka melapor kepada Perdana Menteri Jin Kui yang belum tidur, masih bersenang-senang di dalam taman di hibur para selir dan dayangnya dengan tari- tarian.
Mendengar laporan pengawal bahwa Hak Bu Cu datang mohon menghadap Perdana Menteri Ji Kui segera memerintahkan semua selir dan dayang untuk mundur, kemudian dia menyuruh pengawal minta kepada tamu itu untuk masuk saja ke taman, di mana terdapat sebuah bangunan mungil terbuka yang tadi dipergunakan untuk menonton tari-tarian.
Setelah bertemu, Hak Bu Cu memberi hormat kepada Perdana Menteri Jin Kui yang langsung menegur. "Ah, Hak-sicu, angin apakah yang membawamu malam- malam begini datang berkunjung? Mari, duduklah di sini, Hak-sicu."
Hak Bu Cu, si raksasa hitam itu, setelah memberi hormat lalu duduk di depan Jin Kui, terhalang meja yang penuh dengan makanan dan minuman. Jin Kui menuangkan arak dalam cawan kosong lalu memberikannya kepada tamunya. "Terima kasih, taijin. Saya datang diutus. oleh Wu- ciangkun untuk menemui taijin. Pertama-tama Wu- ciangkun menyampaikan hormatnya dan kedua kali dia menyuruh saya untuk membicarakan urusan penting dengan taiji n," Hak Bu Cu lalu minum araknya.
"Hemm, urusan penting apakah, si-cu? Coba cepat ceritakan kepadaku."
"Begini, taijin. Akhir-akhir ini Wu-ciangkun dibikin pusing dengan munculnya sepasukan pejuang yang sungguh mengganggu kami dengan sepak terjang mereka di perbatasan. Pasukan ini sungguh. tangguh dan dipimpin oleh seorang laki-laki perkasa yang kabarnya adalah putera mendiang Panglima Gak Hui yang bernama Gak Liu."