Manusia Aneh di Alas Pegunungan Chapter 60

NIC

Sudah tentu Jing-ling-cu merasa bingung oleh dakwaan Ki Go-thian itu.

Dalam pada itu Ki Go-thian telah berkata pula .

Hal itu sementara ini tak perlu aku usut lebih jauh.

Yang pasti sekarang yalah maksud kedatangan tentulah sudah kalian ketahui.

tahun yang lalu aku telah berjanji untuk muncul kembali pada Siau Jiau, dan sekarang dia sendiri ketakutan sampai batang hidungnya tidak kelihatan.

Baiklah, untuk menepati janji itu, sekarang juga aku memberi kesempatan kepada siapa2 diantara kalian untuk maju unjukkan kepandaian apa yang dimilikinya, apabila tiada nilainya yang dapat kupandang, hayolah lekas kalian berlutut menyembah padaku sebagai Bu lim-ci-cun ! Sungguh tidak kepalang mendongkolnya Jing ling-cu hingga mukanya merah padam.

Tapi sebelum ia menyahut, disebelah sana tiba2 seorang yang sedang tertawa terkekeh-kekeh.

Siapa kau ? bentak Ki Go-thian dengan murka.

Apa yang kau tertawakan ? Ah, cayhe hanya seorang Bu-beng-siau-cut (Perajurit tak bernama) rasanya tiada harganya untuk dikenal Ki locianpwe, sahut orang itu bukan lain dari pada Wi Ko.

Tentang gelaran Ki-locianpwe tadi yang menganggap diri sendiri Bu-lim ci-cun, Cayhe menjadi heran siapakah yang menganugerahkan pada Ki locianpwe.

Padahal menurut pengetahuanku sejak dulu kala hingga kini, sampai Tat-mo Cuncia, Thio Sam-hong dan tokoh-tokoh lain yang menjagoi dijamannya juga tiada yang berani menerima gelaran itu.

Manusia Aneh Dialas Pegunungan Karya dari Gan K.l Maka Ki locianpwe sukalah memikir lebih panjang akan soal ini.

Gusar sekali Ki Go-thian ada orang yang berani membangkang keinginannya.

Tetapi lahirnya tenang2 dan dingin2 saja, sahutnya kemudian dengan kalem.

Jadi menurut kau, aku tidak sesuai untuk memperoleh gelar Bu-lim-ci-cun itu ? Namun Wi Ko hanya tersenyum saja tidak menjawab.

Karuan Ki Go-thian bertambah murka.

Keparat, ia memaki, bolehlah kau mencoba apakah aku sesuai menjadi Bu-lim- ci-cun atau tidak ? Habis berteriak, mendadak orangnya bersama kursinya terus meloncat keatas hingga membawa samberan angin santar, ketika kursinya menurun dan tegak diatas tanah lagi, jaraknya dengan Wi Ko sudah tinggal beberapa kaki saja jauhnya.

Menyusul mana sebelah lengan bajunya Ki Go-thian mendadak mengebaskan kedepan.

Wi Ko insyaf apabila terkena oleh tenaga kebasan gembong persilatan itu, pasti tubuhnya akan me-layang2 kebawah jurang seperti layangan putus benangnya.

Maka ia tidak berani menahannya berhadapan, lekas2 ia mengiser ke-samping hingga samberan angin kebasan itu menyerempet lewat diatas kepalanya.

Begitu keras angin itu hingga muka Wi Ko sampai merasa panas pedas.

Lekas2 Wi Ko hendak berlindung dengan meng-aling2kan tangan kemukanya sendiri, tapi terdengar Ki Go-thian tertawa dingin sekali, menyusul kebasan lengan baju yang lain sudah tiba lagi.

Sungguh tidak diduga Wi Ko bahwa kebasan lawan bisa begitu cepat lagi luar biasa kekuatannya, ketika hendak berkelit pula, tak urung tubuhnya tergoncang pergi hingga lebih setombak jauhnya.

Melihat Wi Ko terancam, terpaksa jago-jago lainnya tidak bisa tinggal diam, segera Li Pong dan Boh-hoat Taysu memburu maju, sekali Li Pong memutar goloknya Pek-lin- to, seketika sinar kemilauan berhamburan keatas kepalanya Ki Go-thian.

Sedangkan Boh-hoat Taysu pun ayun kebutnya hingga bulu kebut itu mekar bagaikan setangkai bunga raksasa terus mencakup kemuka Ki Go-thian.

Begitu hebat dan cepat serangan kedua tokah Khong-tong-pay dan Go-bi-pay, bagi orang lain, pasti susah menghindarkan diri dari serangan berbareng itu.

Tetapi Ki Go-thian memang tidak malu sebagai seorang gembong yang disegani, mendadak ia tertawa panjang, tahu-tahu orangnya berikut kursinya terus membal kebelakang, hingga susah diketahui cara bagaimana ia dapat menembus sinar golok dan kebut itu mengurung keatas kepalanya itu.

Hahaha! Ki Go-thian tertawa sesudah menurun kembali ditempatnya semula, katanya; Hanya dengan kepandaian seperti kalian ini mau melawan aku? Haha lebih mirip seperti capung menubruk cagak belaka.

Namun sebagai seorang yang dipertuan agung didunia persilatan, tidak mau aku sembarangan turun tangan, biarlah kalian yang mesti menilai kekuatan masing-masing sendiri.

Bila mau, tiada seorangpun diantara kalian yang sanggup menahan sekali hantamanku.

Sekarang apa yang akan kalian katakan lagi? Kenapa tidak lekas menyembah padaku? Keparat, jahanam! se-konyong2 terdengar suara makian orang.

Menyusul diantara orang banyak telah melompat keluar seorang laki2 tinggi besar bersenjata sebilah kapak besar terus menubruk Ki Go-thian.

Begitu lelaki kasar itu melompat keluar segera Jing-ling-cu, Li Pong dan jago2 lain sama mengetahui kepandaian orang, tiada artinya kalau berani menyentuh Ki Go-thian artinya sama dengan hantar jiwa belaka.

Sebab itulah segera Jing-ling-cu berseru .

Tahan dulu saudara mundurlah! Akan tetapi lelaki itu terus merangsang maka terpaksa Jing-ling-cu melesat maju sembari lolos pedangnya, begitu pula Thay-jing-sian-cu Cio Ham pun lekas2 melompat kedepan, dan tanpa berjanji, kedua pedang mereka terus menusuk kearah Ki Go-thian dari belakang.

Meskipun serangan dari belakang itu dilakukan dua jagoan terkemuka, tapi Ki Go- thian harus berhadapan dengan silelaki kasar yang merangsangnya dulu dari depan itu.

Maka serangan dari belakang itu sama sekali tak digubrisnya sebaliknya dia tunggu ketika kapak lelaki itu sudah sampai di atas kepalanya, mendadak ia ulur sebelah tangannya dan tepat berhasil merampas kapak besar itu, sekali gertak lelaki itu orangnya berikut kapaknya kena digotai kebelakangnya.

Cepat dan tepat sekali gerakan Ki Go-thian itu hingga begitu tubuh silelaki itu diayunkan dibelakang, kedua pedang Jing- ling-cu dan Cio Ham juga persis tiba, jadi sekarang bukannya tubuh Ki Go-thian yang mereka tusuk, tetapi silelaki kasar itulah yang dipakai sebagai tameng.

Tentu saja Jing-ling-cu berdua kaget, lekas-lekas mereka hendak tarik kembali senjatanya, namun sudah terlanjur, pundak lelaki itu tetap kena tusukan hingga berdarah, cuma aneh sama sekali lelaki itu tidak bersuara.

Menyusul mana, disertai gedebukan yang keras, lelaki itu telah terbanting ketanah disamping, dan tidak berkutik lagi.

Kiranya ketika kapak lelaki itu kena terpegang Ki Go thian berbareng Ki Go-thian sudah salurkan Lwekangnya yang maha hebat itu hingga lelaki itu sudah tergetar putus jantungnya hingga sebelum tertusuk pedang, sebenarnya orangnya sudah tak bernyawa.

Karuan Jing-ling-cu dan Cio Ham sangat terkejut.

Mereka sudah menduga bahwa jiwa lelaki itu pasti akan korban percuma, tidak menyangka kalau bisa mati begitu cepat dan mudah.

Maka lekas-lekas mereka melompat mundur lagi.

Hm apa maumu sekarang? Kalian mau menyembah atau tidak ? kembali Ki Go- thian mendesak.

Untuk sesaat itu keadaan menjadi sunyi, tiada seorangpun yang berani buka suara dan semua keder oleh ancaman itu.

Jun-yan coba memandang Jing-ling-cu, ia lihat imam itu wajahnya merah padam, tapi bersitegang pantang menyerah.

Anehnya ia lihat Jiau Pek-king juga tidak mengunjuk sesuatu reaksi apa-apa, melainkan terus membudeg dan membuta saja.

Ketika Jun-yan berpaling, tiba-tiba dilihatnya si orang aneh itu duduk jauh di sisi sana dengan kaku, tiba2 hatinya tergerak, katanya segera .

Ki-locianpwe, kau suruh semua orang menyembah padamu, tetapi sudah jelas dan terang dihadapanmu ada seorang yang sejak tadi diam saja, bahkan berdiripun tidak ketika kau datang, tapi kau suruh orang berlutut menyembah segala ? Memang benar.

Sejak datangnya Ki Go-thian tadi, orang aneh itu terus duduk saja tanpa bergerak.

Karena memandang sepele pada semua orang, dengan sendirinya Ki Go-thian tidak ambil perhatian pada seorang yang tak menarik itu.

Kini mendengar ucapan Jun-yan itu, barulah ia berpaling kearah yang ditunjuk itu.

Benar juga ia lihat ada seorang sedang duduk tenang dengan sikap acuh tak acuh seperti apa yang terjadi tadi sama sekali tak diambil pusing olehnya.

Tentu saja Ki Go-thian menjadi murka.

Sebegitu jauh belum pernah dilihatnya ada seorang yang berani begitu memandang remeh padanya.

Kalau kata-katanya sekarang ada yang tidak mengindahkan, bagaimana nanti dirinya bisa menundukan yang lain.

Berdiri! mendadak ia membentak dengan suara bagai guntur kerasnya.

Tapi sama sekali orang itu tidak terkejut sedikitpun, mungkin suara bentakan itu saking kerasnya, maka kepalanya tampak sedikit mendongak dan matanya yang buram itu ber-kedip2 beberapa kali.

Lalu menunduk pula, se-akan2 tidak perduli apa yang dikatakan Ki Go-thian.

Melihat gelagatnya Jun-yan menduga apabila Ki Go-thian dapat dipancing bergebrak dengan orang aneh itu, sekalipun akhirnya orang aneh itu tidak bisa menang, toh paling tak akan bertahan sampai sepuluh jurus, mengingat ilmu silat sobat aneh itupun serba mahir dan tinggi.

Posting Komentar