Si Tangan Halilintar Chapter 83

NIC

"Hemm, baiklah kalau engkau mempunyai alasan untuk itu. Sekarang, mengapa engkau menyerang kami ketika aku dan Siauw Beng melakukan perjalanan dan di keroyok banyak orang itu. Kalau engkau ini mengaku paman guruku, mengapa melihat aku dikeroyok banyak orang tidak membelaku, bahkan menyruh orang Mongol itu menangkap aku?”.

"Jangan salah mengerti, Ai Yin. Sejak dulu aku memang telah menduga bahwa Lauw Beng itu bukan orang baik-baik. Kemudian aku mendengar kabar bahwa dia yang berjuluk Si Tangan Halilintar melakukan banyak perkosaan dan pembunuhan sehingga dimusuhi para pendekar kangouw dan juga pasukan pemerintah. Nah, ketika melihat engkau dikeroyok, aku tahu bahwa engkau telah terbujuk oleh Lauw Beng sehingga engkau tersangkut. Karena tidak ingin engkau celaka dikeroyok, maka aku menyuruh Kabilai, orang Mongol itu, untuk menangkapmu dan menyelamatkanmu. Sedangkan aku sendiri sibuk mengeroyok Lauw Beng yang sayang sekali dapat melarikan diri”.

Diam-diam Ai Yin merasa girang mendengar bahwa Siauw Beng dapat menyelamatkan diri dari pengeroyokan demikian banyak orang. Rasa lega dan girang ini setidaknya telah mengurangi kemarahannya terhadap paman gurunya. Juga paman gurunya itu dapat memberi alasan yang masuk akal. Akan tetapi dia masih cemberut ketika berkata. "Huh, susiok mengira telah berlaku benar ketika menyuruh setan Mongol itu membawa aku keluar dari pengeroyokkan banyak orang itu? Dia itu seorang jahanam keparat busuk, hampir saja mencelakai aku!”.

"Eh, aku yang terjadi?” Can Ok bertanya kaget karena dia sama sekali tidak mengira bahwa Kabilai akan berbuat jahat terhadap murid keponakannya itu.

"Dia hendak kurang ajar dan tidak sopan padaku. Hampir aku celaka kalau saja tidak muncul Song-ko ini yang menolongku”.

"Wah, kurang ajar betul dia ! Dimana dia sekarang? Aku akan menegurnya dengan keras!”.

"Tidak perlu lagi, susiok. Dia sudah mampus kubunuh!”. "Wah, celaka ……!” kata Can Ok, terkejut sekali. "Kenapa Can-toako?” Cun Song bertanya.

"Dia itu orang utusan Pangeran Galdan! Ah, sekarang kedua-duanya telah tewas. Tidak ku sangka Kabilai dapat berbuat kurang ajar seperti itu kepada murid keponakanku ! Biarlah, aku akan mencari alasan untuk kelak menjelaskan kepada Pangerang Galdan”.

Ai Yin mengerutkan alisnya.” Hemmm, susiok. Bukankah Pangeran Galdan itu Pangeran Mongol yang kini berperang di perbatasan utara dengan pasukan Mancu? Apa hubungan paman dengan dia dan mengapa paman berada dengan dua orang Mongol utusan pangeran itu?” Gadis itu memandang curiga.

"Aih, tentu saja engkau merasa heran, Ai Yin. Engkau belum mengetahui apa yang selama ini kami perjuangkan. Mari kita duduk disana agar dapat lebih enak bicara”. Mereka lalu duduk di atas batu-batu yang berada dibawah pohon yang rindang. "Ceritakan, susiok, agar aku tidak menjadi penasaran”. "Begini, Ai Yin, Aku dan Cun Song ini telah mempunyai rencana yang amat baik untuk menjatuhkan kerajaan Mancu dan mengusir mereka dari tanah air kita”.

"Bagus sekali itu ! Bagaimana rencana itu?” Tanya Ai Yin penuh gairah. Bagaimanapun juga, ia puteri seorang pejuang yang menentang penjajahan Mancu.

"Rencana itu bahkan sebagian telah kami laksanakan. Pertama-tama kami mengajak orang-orang Mongol yang memiliki pasukan yang besar dan kuat itu untuk bersekutu dan mereka akan menggempur pasukan Mancu dari utara. Dengan demikian mereka memancing pemusatan bala tentara Mancu dari utara. Dengan demikian mereka memancing pemusatan bala tentara Mancu ke pertempuran di daerah perbatasan sehingga ke kota raja menjadi lemah. Nah, kamu sudah menghubungi para pejuang untuk bersiap-siap, kalau saat itu telah tiba para pejuang akan bersama-sama pasukan yang akan dikerahkan Pangeran Dorbai untuk menyerang dan menguasai istana ! Bagaimana hebat, bukan rencana itu?”.

"Pangerang Dorbai? Siapa pula itu?” Ai Yin bertanya, kini kepercayaannya terhadap paman gurunya mulai tumbuh.

"Dia adalah seorang pangeran Mancu yang kini memiliki kedudukan tinggi karena dia mengepalai semua pembesar yang bertugas di daerah luar kota raja. Dia yang akan mengerahkan pasukan pengikutnya untuk menyerang istana. Nah, penggabungan antara Pangeran Galdan orang Mongol, Pangeran Dorbai orang Mancu, dan kita para pejuang, akan cukup kuat untuk menggulingkan pemerintah Ceng sekaran ini”.

"Wah, itu rencana bodoh sekali, susiok!” Ai Yin mencela.

"Eh, mengapa engkau menganggap rencana itu bodoh, Yin-moi?” Tanya Caun Song.

"Jelas bodoh ! Mengapa bersekutu dengan Pangeran Dorbai, seorang pangeran dari Kerajaan Mancu juga. Kalau berhasil Kaisar Kerajaan Ceng digulingkan, tidak urung yang menjadi Kaisar baru tentu Pangeran Dorbai. Sama saja, kita tetap di jajah orang Mancu!”.

"Ai Yin, untuk menghadapi kemungkinan itu, kami telah mengatur siasat lanjutan”, kata Can Ok bangga.” Kalau penggulingan kaisar itu berhasil, kami akan menggunakan pasukan Mongol untuk menghantam pasukan pendukung Pangeran Dorbai, sedangkan Cun Song yang dalam gerakan ini mendampingi Pangeran Dorbai akan membunuhnya dengan mudah karena tentu dia tidak curiga kepada kami yang menjadi sekutunya. Dengan demikian, semua orang penting bangsa Mancu tersingkir dan pasukannya akan kami usir dari tanah air”.

"Hemmm, itu pun tidak akan menolong bangsa kita karena Pangeran Galdan tentu akan menguasai istana dan mendirikan Kerajaan Mongol. Apa artinya kalau terlepas dari mulut harimau jatuh ke mulut buaya? Penjajah itu bangsa apapun juga, sama saja, menindas rakyat dan menghisap semua kekayaan tanah air kita”.

"Jangan khawatir, Yin-moi. Untuk kemungkinan itu pun kami telah membuat perhitungan dan persiapan. Setelah kaisar Ceng dijatuhkan dan Pangeran Dorbai dibunuh, kami tinggal menghadapi Pangeran Galdan dan pasukannya. Karena mereka belum mengenal daerah pedalaman dan baru datang, baru saja berperang, tentu mereka masih lemah. Pada saat itu, kita mengerahkan pasukan terdiri dari para pendekar pejuang dan rakyat, maka orang-orang Mongol itupun dapat kami hancurkan dan usir dari tanah air”.

Ai Yin mulai tertarik. Tentu saja, untuk membebaskan tanah air dari cengkraman penjajah yang manapun, sebagai puteri Bu-tek Sin-kiam, ia siap untuk membantu dengan taruhan nyawa!.

"Kalau begitu memang bagus sekali!” katanya dengan wajah berseri.” Akan tetapi setelah bangsa Mancu dan bangsa Mongol dapat di usir, Kerajaan bangsa kita sendiri yang akan berkuasa, lalu siapa yang akan menjadi kaisarnya?”. Cun Song dan Can Ok saling berpandangan dan tersenyum maklum. Tentu saja mereka tidak bodoh untuk membuka rahasia pribadi mereka yang penuh ambisi itu.

"Wah, soal itu bagaimana nanti saja, Ai Yin”, kata Can Ok.” Kita semua setia kepada Kerajaan Beng. Keturunan itulah yang berhak menjadi kaisar”.

"Bagaimana, Yin-moi? Engkau mau membantu gerakan kami ini, bukan? Aku yakin kalau ayahmu mendengar, beliau tentu akan setuju sekali dan siap membantu. Ayahmu akan merasa bangga kalau puterinya ikut berjuang menumbangkan Kerajaan Ceng”.

"Akan tetapi aku harus bertemu dulu dengan Siauw Beng. Aku harus membantu dia menemukan orang yang memalsukan namanya!” Setelah berpikir sejenak Ai Yin berkata tegas.” Sebelum aku membantu gerakan kalian, aku ingin menemukan dulu Si Tangan Halilintar palsu itu. Kita harus mencari perampok di Kwi-cu yang buntung lengan kirinya itu dulu, Song-ko!”.

"Perampok di Kwi-cu? Apa yang dimaksudkan Ai Yin, Cun Song?” Tanya Can Ok.

"Begini, twako. Ai Yin menduga bahwa tentu ada orang yang buntung lengan kirinya yang mempergunakan nama Si Tangan Halilintar dan melakukan semua kejahatan itu. Dan tokoh yang lengan kirinya buntung adalah perampok tunggal di Kwi-cu yang bernama Tung Ci. Sebaiknya sekarang kita berpisah, twako. Engkau melanjutkan persiapan mengerahkan para pejuang untuk bergerak kalau waktunya sudah tiba dan aku akan mengantar dulu Yin-moi ke Kwi-cu mencari Tung-ci”.

Mereka lalu berpisah, dan Cun Song bersama Ai Yin melanjutkan perjalanan mereka ke Kwi-cu.

****

Lauw Beng atau Siauw Beng berjalan dengan alis berkerut. Dia belum juga dapat menemukan jejak Ai Yin yang dilarikan orang Mongol itu. Kemarin dia menemukan orang Mongol tinggi kurus itu menggeletak di tepi jalan, sudah menjadi mayat dengan kepala pecah! Akan tetapi Ai Yin tidak kelihatan. Bagaimanapun juga, dia merasa agak lega karena kematian orang Mongol itu menunjukkan bahwa Ai Yin telah dapat meloloskan diri. Akan tetapi kemana ia pergi? Gadis itu sama sekali tidak meninggalkan jejak. Lalu ia teringat bahwa ketika mereka di serang banyak orang, dia dan Ai Yin sedang pergi mencari penjahat pemerkosa dan pembunuh yang menggunakan nama Si Tangan Halilintar. Kiranya tidak salah lagi dugaannya bahwa setelah berpisah darinya, Ai Yin yang sudah lolos dari tangan orang Mongol itu tentu melanjutkan usahanya mencari pembunuh itu! Maka tidak ada lain jalan bagi Siauw Beng kecuali dia juga meneruskan usahanya mencari pembunuh itu dengan mendengarkan berita tentang dimana dia melakukan kejahatannya.

Posting Komentar