Sementara itu si Samte sedang berkata pula, "Toako, pengalamanmu lebih luas. Begal perempuan di Kangouw beberapa saja jumlahnya menurut anggapanmu siapakah dia adanya."
"Menurut hematku belum tentu dia seorang begal dari golongan hitam, In-tiong yan nama ini apakah kalian pernah dengar?" demikian sang Toako mengajukan pendapatnya.
Terkejut In tiong yan dibuatnya, batinnya, "Lihay benar Toako ini, dapat menebak asal usulku."
"O, Toako, jadi kau curiga bahwa dia itulah In-tiong-yan?" tanya Jiko.
"Bicaralah yang lirih jangan sampai terdengar olehnya," demikian sang Toako memperingatkan.
"Kenapa In-tiong yan berada di Lou keh ceng, ada seorang Koksu yang bernama Liong siang Hoatong dari Mongol bersama dia mana mungkin dia berada disini seorang diri?" demikian sang Jiko menyatakan kesangsiannya meski ia sedapat mungkin berkata dengan suara sangat lirih, tapi In tiong yan memasang kuping dengan tajam ia jelas mendengar juga.
"ltu hanya terkaan saja," demikian sahut Toako, "Semoga bukan dia adanya kalau tak kuatir kita bakal mengalami kesulitan nanti."
"Sebenarnya orang macam apakah In-tiong yan itu?" tanya sang Samte.
"Sulit dikatakan," demikian sang Toako menjelaskan. "Ada kalanya dia melakukan dharma baktinya untuk rakyat jelata tapi selama ini belum berhubungan atau punya sangkut paut dengan golongan pendekar kita. Tapi kenyataan ia berada di Lou-keh ceng apalagi Liong-siang Hoatong itu Koksu dari Mongol. Malah boleh dikatakan mungkin dialah mata mata perempuan yang diutus pihak Mongol."
"Kiranya mereka belum mengetahui asal-usulku yang sebenarnya!" demikian pikir In-tiong yan.
Terdengar sang Jiko berkata: "Bukan mustahil dia adalah In-tiong yan tulen? Emh, Toako, menurut pandanganmu mungkinkah dia seorang Iblis perempuan lainnya yang punya sepak terjang serba misterius?"
Semakin dengar In tiong-yan semakin heran, batinnya: "O, jadi di kangouw muncul pula seorang perempuan Iblis lain, mengapa aku belum tahu?"
Belum lenyap pikirannya terdengar Samte itu menimbrung: "Nona Nyo boleh dianggap seorang Iblis!"
Sang Jiko tertawa, ujarnya: "Kudengar katanya kau pernah jumpa dengan dia, apakah kau sudah kepincut olehnya?"
Samte mendebat, katanya: "Aku berani pastikan bahwa nona Nyo bukan macam orang yang kalian bayangkan. Jiko kuharap kau jangan membual." bermula suaranya cukup lirih, karena terbawa perasaannya, suaranya semakin keras, agaknya hatinya rada dongkol dan marah.
Samte itu selamanya sangat menghormati Toakonya, maka dia hanya gunakan istilah membual saja, dan hal inipun belum pernah terjadi. Keruan Jikopun melengak juga hatinya mendelu, katanya uring-uringan, "Sudah kau jangan berkaok-kaok lagi ? Kalau begitu coba katakan orang macam apakah dia sebenarnya ?"
"Soal asal usulnya, tidak lama lagi tanggung kalian sendiri juga bakal tahu sendiri," demikian sahut si Samte dengan tawa yang mengandung arti. Jelas maksudnya bahwa saat ini dia sengaja mau tutup mulut dan tidak sudi membeberkan rahasia ini.
Mendengar ucapan yang mengandung arti sang Toako juga menjadi keheranan, pikirnya, "Kalau ada urusan selamanya Samte tidak pernah mengelabui kami, mengapa pertemuannya dengan iblis wanita yang merupakan urusan besar ini tidak mau memberitahukan kepada kita ?" demi menghindari sang Jiko merasa disepelekan, segera ia berkata sama tengah : "Kalau samte tidak mau menyinggung soal nona Nyo itu maka tidak perlu kita bicara mengenai dirinya lagi. Yang benar urusan kita sendiri belum selesai, mana ada tempo mengurus persoalan orang lain ?"
In-tiong yan mencuri dengar disebelah justeru ketarik pada persoalan Iblis perempuan ini, dalam hati ia membatin : "Entah urusan apakah yang mereka akan urus, apa pula yang telah dilakukan Iblis perempuan itu. Aku sendiripun pernah dianggap orang banyak sebagai iblis perempuan, semoga aku bisa tahu siapakah nona Nyo itu sebenarnya, ingin rasanya aku berkenalan dengan dia."
Karena kebentur dinding untung toako menghalangi sama tengah sehingga Jiko tidak kena malu, ujarnya, "Benar, justeru aku menguatirkan kita tak berhasil menemukan Geng-kongcu cara bagaimana kita harus menyelesaikan tugas ini ?"
Sampai disitu tergerak hati In-tiong-yan, pikirnya : "She Geng adalah she kecil, tokoh kangouw yang punya nama she Geng justru sangat sedikit jumlahnya. Geng-kongcu yang mereka maksudkan ini bukan mustahil adalah Sam-tian-jiu Geng Tian !"
Benar juga lantas terdengar Site yang paling sedikit bicara itu membuka pertanyaan, "Toako apakah berita kedatangan Geng-kongcu dari Kanglam dapat dipercaya ?" Geng-kongcu dari Kanglam sudah pasti adalah Geng Tian adanya.
Kata Toako, "Pangcu kami sendirilah yang memperoleh berita ini, sudah tentu berita ini dapat dipercaya."
Kata Site : "Berita itu mengatakan sementara ia singgah dirumah keluarga Lu Tangwan bila berita ini dapat dipercaya mengapa Lu-hujin berkukuh mengatakan bahwa ia tak kenal dan belum pernah bertemu dengan orang itu ? Mungkinkah Lu-hujin membual ?"