Rajawali Lembah Huai Chapter 85

NIC

“Bagus! Akan tetapi, pertandingan ini harus diimbali taruhan yang cukup berharga. Kalau engkau kalah olehku, maka kedudukan Beng-cu harus diserahkan kepadaku!” Mendengar ini, para pembantu Cu Goan Ciang menjadi marah dan mereka sudah bersungut-sungut. Akan tetapi Cu Goan Ciang menyabarkan mereka dengan mengangkat tangan, lalu sambil tersenyum dia bertanya kepada raksasa itu. “Tay-lek Kwi-ong, kalau aku mempertaruhkan kedudukanku, tentu engkau juga mau mempertaruhkan sesuatu, bukan?”

“Aku mempertaruhkan nyawaku! Kalau aku kalah, engkau boleh membunuhku!” kata raksasa yang berwatak keras itu.

“Tidak, Kwi-ong. Kalau aku kalah, engkau boleh menjadi Beng-cu, akan tetapi kalau engkau yang kalah, engkau harus menjadi pembantuku, bersama kami ikut berjuang menentang penjajah! Selain itu, aku ingin agar engkau membebaskan wanita itu.”

“Cu Goan Ciang, kalau aku kalah, aku akan menjadi pembantumu terbaik, dan aku akan mempersembahkan gadis itu kepadamu sebagai tanda takluk.”

Cu Goan Ciang mengerutkan alisnya. “Aku tidak butuh wanita!” bentaknya. Dia sudah mempunyai Tang Hui Yen sebagai calon isteri, bagaimana dia mau menerima persembahan seorang gadis lain?

“Ha-ha-ha, engkau tidak tahu siapa gadis itu. Ia adalah puteri Menteri Bayan!” “Ahhh...!!” Cu Goan Ciang dan para pembantunya berseru kaget dan Cu Goan Ciang lalu

berkata kepada para pembantunya, “Jaga baik-baik gadis itu, jangan sampai ia melarikan diri dan perlakukan ia dengan hormat dan baik!”

“Nah, bersiaplah engkau untuk menandingiku!” bentak Tay-lek Kwi-ong dan dia sudah mencabut golok besarnya dan memasang kuda-kuda di depan Cu Goan Ciang.

Cu Goan Ciang menyilangkan sebatang ranting kayu sebesar lengan di depan dada dengan tangan kiri terbuka jari-jarinya membentuk cakar rajawali. Dia telah mengombinasikan ilmu silat Sin-tiauw ciang-hoat (Silat Rajawali Sakti) dan ilmu Hok-mo-tung (Tongkat Penakluk Iblis). Melihat lawannya hanya mempergunakan sebatang ranting sebagai senjata, Tay-lek Kwi-ong menjadi marah karena merasa dipandang rendah.

“Engkau mencari mampus!” bentaknya dan goloknya menyambar ganas, mendatangkan angin bersiutan dan nampak sinar terang menyambar-nyambar. Namun, dengan lincahnya Goan Ciang menghindarkan diri dan langsung saja ujung tongkatnya membalas dengan totokan ke arah ketiak kanan, sedangkan tangan kiri yang membentuk cakar itu mencengkeram ke arah kepala sebagai serangan susulan.

Raksasa brewok itu meloncat ke belakang menghindarkan diri sambil memutar goloknya, kemudian menyerang lagi dengan dahsyat. Bagaimanapun juga, dia merasa penasaran kalau tidak mampu mengalahkan pemuda itu. Dia memang pernah kalah oleh Thian Moko dan hal itu tidak membuat dia penasaran karena Thian Moko adalah seorang datuk yang memiliki nama besar di dunia persilatan. Akan tetapi Cu Goan Ciang? Hanya seorang pemuda yang baru saja muncul di dunia kang-ouw walaupun namanya amat terkenal karena dia menjadi buruan pemerintah.

Pertandingan itu berlangsung dengan seru, membuat para anak buah Cu Goan Ciang merasa kagum sekali. Sementara itu, Mimi juga sudah siuman dari pingsannya dan melihat betapa penculiknya bertanding melawan seorang pemuda jangkung yang dikenalnya sebagai pelayan dalam rumah makan tadi, ia tertegun penuh keheranan. Pemuda pelayan itu ternyata mampu menandingi Tay-lek Kwi-ong! Ia tadinya ingin melarikan diri melihat penculiknya sedang sibuk bertanding, akan tetapi melihat betapa pemuda itu sama sekali tidak terdesak, bahkan nampak Tay-lek Kwi-ong yang makin lama semakin repot dan hanya main mundur, ia menjadi ingin tahu dan ingin melihat penculiknya itu dikalahkan orang. Pula, para anak buah Cu Goan Ciang hanya mengawasinya, tidak mengepung secara menyolok sehingga Mimi sama sekali tidak mengira bahwa andai kata ia melarikan diri, ia tentu akan dihalangi oleh mereka.

Tay-lek Kwi-ong semakin penasaran, akan tetapi juga mulai timbul rasa kagum dalam hatinya. Pemuda ini ternyata memang lihai bukan main. Biarpun senjatanya hanya sebatang ranting, akan tetapi dia sama sekali tidak mampu mendesak pemuda itu, bahkan beberapa kali dia terkena totokan ujung tongkat. Biarpun dia sudah melindungi tubuhnya yang kuat dengan kekebalan, tetap saja totokan itu membuat tubuhnya tergetar dan hampir saja dia roboh.

Namun, dia masih merasa penasaran. Kalau pemuda itu belum dapat merobohkannya, dia tidak akan dapat merasa yakin bahwa dia membantu seorang yang benar-benar tangguh.

“Hyaaattt...! Sing-sing-singgg...!!” Goloknya kini menyerang bertubi-tubi dengan bacokan beruntun. Bacokan itu terus berkelanjutan dari kiri ke kanan lalu membalik ke kiri dan membalik lagi. Cepat bukan main dan mengandung kekuatan dahsyat sehingga kalau bacokan itu mengenai tubuh lawan, tentu tubuh itu akan terbabat putus menjadi dua potong! Akan tetapi tiba-tiba dia terkejut bukan main karena tubuh lawan tiba-tiba lenyap. Dia hanya melihat bayangan seperti seekor burung saja melayang terbang ke atas. Sebelum hilang kagetnya, Cu Goan Ciang yang mempergunakan jurus dari Sin-tiauw ciang-hoat itu telah berada di belakang tubuh lawan, meluncur dari atas, tongkatnya menotok siku kanan lawan dan tangan kirinya mencengkeram pundak kiri lawan.

Tay-lek Kwi-ong tidak sempat mengelak. Goloknya terlepas dari tangan kanan yang tiba-tiba menjadi lumpuh, dan pundak kirinya terkena cengkeraman yang membuat dia berteriak kesakitan. Ketika Goan Ciang menarik keras, tubuh kakek raksasa itu tidak mampu bertahan lagi dan diapun roboh terpelanting keras!

Terdengar tepuk tangan. “Bagus, bagus, hantam saja! Tay-lek Kwi-ong itu penjahat besar yang kejam. Bunuh dia!” Yang bersorak itu adalah Mimi.

Tay-lek Kwi-ong bangkit dan menyeringai karena pundaknya terasa nyeri. Dia mengangkat kedua tangan memberi hormat kepada Cu Goan Ciang dan berkata dengan lantang, “Mulai saat ini, aku Tay-lek Kwi-ong menyatakan takluk dan siap membantu Beng-cu!”

Cu Goan Ciang tersenyum, merasa girang bahwa dia telah dapat menundukkan raksasa ini yang dapat diandalkan tenaganya dalam perjuangannya melawan penjajah. Akan tetapi Mimi terkejut dan heran mendengar ucapan raksasa itu. Pelayan rumah makan itu disebut Beng-cu! Pada hal, ia pernah mendengar bahwa yang terpilih menjadi Beng-cu di dunia kang-ouw adalah Cu Goan Ciang, orang yang dikenal sebagai buruan pemerintah! Saking heran dan ingin tahunya, Mimi melangkah maju dan memandang kepada pemuda pelayan rumah makan itu penuh perhatian, mengamati dari atas ke bawah dengan terheran-heran. Memang seorang pemuda yang gagah pikirnya, tinggi tegap dan tubuhnya tegak seperti seekor burung rajawali, matanya mencorong penuh wibawa. Akan tetapi pakaiannya menunjukkan bahwa dia seorang pelayan!

“Apakah engkau ini... yang bernama Cu Goan Ciang??” Cu Goan Ciang tersenyum dan mengangguk, “Benar, Bouw Siocia, dan kami harap engkau suka ikut dengan kami sebagai tamu kami.”

Mimi membelalakan matanya. Ia tadi belum siuman dari pingsannya ketika Tay-lek Kwi-ong menceritakan kepada Cu Goan Ciang bahwa ia adalah puteri Menteri Bayan. “Kau... bagaimana bisa tahu...”

“Nona, mulai saat ini aku telah menjadi pembantu Beng-cu dan engkau menjadi tawanan Beng-cu,” kata Tay-lek Kwi-ong.

“Tidak! Aku tidak sudi!” kata Mimi dengan marah. Bagaimana mungkin ia membiarkan dirinya menjadi tawanan pemimpin pemberontak yang menjadi orang buruan pemerintah?”

“Bouw Siocia, kami berjanji tidak akan bertindak kasar kalau engkau suka menyerah dengan baik-baik. Percayalah, kami tidak akan mengganggumu, hanya menawanmu sebagai tamu kami demi kepentingan perjuangan kami,” kata Cu Goan Ciang.

Para pembantunya lalu menodongkan senjata dan Mimi tidak dapat berbuat apapun, kecuali menurut, dengan muka cemberut ia mengikuti rombongan itu pergi memasuki hutan.

Para pejabat di Nan-king menjadi gempar dan panik ketika Bouw Ku Cin pulang ke kota Nan- king dan melapor kepada Yauw-Ciangkun dan Shu-Ciangkun tentang ditawannya Mimi oleh Tay-lek Kwi-ong!

Panglima Yatucin mencak-mencak saking marahnya karena dia takut kalau sampai mendapat teguran dari Menteri Bayan tentang diculiknya puteri menteri itu dan dia berkata, “Keparat jahanam penjahat itu. Akan kuperintahkan seluruh pasukan untuk mengadakan pembersihan di mana-mana, mencari sampai dapat ditemukan Bouw Siocia dan penculiknya. Kalau sampai tertangkap, jangan bunuh jahanam itu akan tetapi serahkan kepadaku hidup-hidup, akan kukuliti dia hidup-hidup!”

“Harap Ciangkun tenangkan hati. Kalau kita menggerakkan pasukan, tentu lebih mudah bagi Tay-lek Kwi-ong untuk melarikan diri jauh-jauh sehingga sukar dicari jejaknya. Sebaiknya kalau Ciangkun menyerahkan kepada saya. Saya sendiri yang akan mencarinya, dibantu oleh beberapa orang yang saya percaya. Kalau dalam waktu seminggu saya belum berhasil, terserah kepada Ciangkun, kalau hendak mengerahkan seluruh pasukan.”

Posting Komentar