"…akan tetapi bukankah kau bermaksud mengunjungi Ong-kee po ? dengan melepaskan dia, maka dia dapat mengabarkan tentang maksud kedatangan kau itu…." Pemuda yang tidak dikenal itu menjadi bertambah heran terpesona. Dari mana gerangan dara jelita itu mengetahui maksudnya yang hendak mengunjungi dusun Ong-kee po?
Sesungguhnya pemuda yang tidak dikenalnya itu tidak mengetahui, bahwa pandangan mata yang tajam dari Lian Cay Hong, telah melihat adanya tanda cacad bekas kena guratan golok pada tangan kanan pemuda itu; oleh karenanya Lian Cay Hong yakin bahwa dia telah menemukan lagi seorang persaudaraan Yo. Dan adanya pemuda itu didusun yang letaknya berdekatan dengan Ong kee po, sudah tentu mengandung maksud hendak mendatangi Ong Sin Ho !
Pemuda itu memang adalah Yo Sun, orang ke empat dari lima persaudaraan Yo. Pernah dia mendengar tentang ayahnya yang katanya tewas ditangan Ong Sin Ho dan tentang empat saudaranya yang terpencar.
Tidak mudah buat Yo Sun mencari dan menemukan ke empat saudaranya, yang dia sudah lupa dengan wajah muka mereka; dari itu seorang diri mendatangi dusun Ong kee po dengan maksud hendak melakukan balas dendam.
"Bagaimana kouwnio mengetahui maksudku yang hendak mendatangi dusun Ong kee po?" akhirnya Yo Sun menanya dengan heran.
Untuk yang kesekian kalinya Lian Cay Hong perlihatkan senyumnya yang menawan hati; sementara sudut matanya melirik ke arah Coa Wie Su yang kelihatan sedang meringis kesakitan; setelah itu baru dia berkata:
"Kau lepaskan dia, setelah itu kita bicara..”
"Apakah kouwnio juga bermaksud kedusun Ong kee po...?” tanya lagi Yo Sun, namun bagaikan orang yang terpengaruh, dia mengangkat sebelah kakinya, membiarkan Coa Wie Su lari terbirit-birit, setelah terlebih dahulu dia mengambil goloknya yang terlempar tadi.
"Mengapa tidak....?" sahut dara Lian Cay Hong tanpa dia menghiraukan bahwa Coa Wie Su sempat mendengar jawabannya itu.
Sambil berkata demikian maka Lian Cay Hong mendekati sais kereta yang waktu itu sedang menyambung tali pecut kuda yang putus tadi.
Setelah berdiri berhadapan dengan sais itu, maka Lian Cay Hong mengeluarkan sejumlah uang perak yang nilainya melebihi harga kereta itu lalu dia serahkan uang perak itu kepada sais kereta; sambil dia berkata : "Lo pek, kami memerlukan kereta kau, dari itu kau harus menerima uang ini untuk kau membeli kereta lain yang baru ..”
Sejenak sais kereta itu berdiri terpaku mengawasi uang perak itu, untuk dilain saat ganti dia mengawasi orang yang bicara, bagaikan dia tidak percaya dengan kenyataan yang sedang dia hadapi, sampai kemudian dia menganggap bahwa sehabis menghadapi malapetaka, maka Tuhan melimpahkan dia dengan mendapat keuntungan yang berlimpah, sehingga berulangkali dia mengucap terima kasih sambil dia manggut manggut.
Dilain saat, sais itu sempat melihat bahwa pemuda gagah yang bertempur tadi telah menjadi sais menggantikan dia, dan dara jelita yang banyak duitnya itu duduk menjadi penumpang tunggal.
Cambuk kuda berbunyi melengking diudara meninggalkan gema suara, dan kuda itu lari menarik kereta yang meluncur dengan amat pesatnya, mengambil arah dusun Ong kee-po, dan sais tua yang memegang sejumlah uang perak itu, tetap berdiri mengawasi sampai kereta itu hilang dari pandangan matanya. (•) (X) ()
COA WIE SU lari cepat terbirit-birit menuju dusun Ong kee po dengan menahan rasa marah dan malu, karena dia telah dipecundangi dihadapan banyak orang; dan orang orang itu justeru sudah kenal dia sebagai seorang jagoan yang galak !
Didekat hutan pohon pek yang masih jauh terpisah dengan dusun Ong kee po, dia bertemu dengan serombongan teman-temannya, yang sebenarnya sedang menerima tugas mengambil upeti; dan pemimpin rombongan yang terdiri dari sembilan orang itu adalah Coa Wie San, si ular belang ketiga yang menjadi kakaknya Coa Wie Su.
Kepada kakaknya itu, maka Coa Wie Su menceritakan tentang dia yang telah bertempur, serta telah bertemu dengan dara Lian Cay Hong.
"Mereka sekarang sedang menuju kemari, untuk terus menuju dusun Ong kee po ... " kata Coa Wie Su yang menambahkan keterangannya.
"Kalau begitu mari kita pegat mereka, di hutan pohon Pek ini justru sangat baik buat kita sergap dia ... " sahut Coa Wie San yang ikut menjadi marah dan penasaran, karena mendengar sang adik kena dikalahkan oleh seorang pemuda yang tidak dikenal.
"Akan tetapi apakah si ‘jelek' tidak akan berpihak pada pemuda itu ... ?” kata lagi Coa Wie Su yang gentar terhadap Lian Cay Hong yang memang sudah dia kenal dan ketahui kegagahannya; sedangkan tadi dia masih meragukan sikap dan pendirian dara yang perkasa itu.
"Kita lihat keadaan nanti ... " sahut Coa Wie San yang sebenarnya juga gentar terhadap dara Lian Cay Hong, namun pada saat itu dia sudah mulai mengatur para pembantunya memilih tempat buat umpatkan diri.
Coa Wie Sun mengikuti saran kakaknya yang memang lebih lihay ilmu silatnya, bahkan juga lebih cerdas otaknya. Seorang diri memang Coa Wie Su telah dikalahkan, bersama kakaknya apalagi banyaknya orang-orang yang akan membantu, maka dia ikut yakin akan dapat mengalahkan pemuda itu buat membalas dendam kekalahannya.
Dilain pihak, Yo Sun larikan kereta kudanya dengan pesat sampai kemudian dia menyusuri hutan pohon pohon Pek; lalu dengan secara tiba tiba dia diserang dengan beberapa batang anak panah.
Yo Sun yang berdiri diatas kereta dengan sebelah tangan kiri memegang tali kendali dan sebelah tangan kanannya memegang pecut kuda, cepat cepat dia menghentikan larinya sang kuda, sementara pecutnya bergerak memukul beberapa batang anak panah yang mengarah dirinya.
Waktu kemudian dia diserang lagi dengan beberapa batang anak panah; maka dia telah melompat turun dari atas kereta, dan dilain saat, dia telah dikurung oleh sepuluh orang laki laki yang sudah siap dengan senjata mereka ditangan masing masing.
Sementara itu Lian Cay Hong juga sudah melompat keluar dari dalam kereta, dan terus dia didekati oleh Coa Wie San, si ular belang yang ketiga.
“Lian kouwnio, kami mendapat berita tentang adanya seorang pemuda yang hendak datang mengacau didusun Ong kee po, dan pemuda itu sekarang ternyata yang berada bersama-sama dengan Lian kouwnio, apakah dia sahabatmu ... ?" tanya Coa Wie San pada Lian Cay Hong. Lian Cay Hong perdengarkan suara mengejek dan memberikan jawaban singkat ;
"Bukan ...” katanya.
“Bagus! Kalau begitu kami akan memegat dia, apakah
Lian kouwnio akan membantu dia ...?"
Sekali lagi Lian Cay Hong perdengarkan suara mengejek dan berkata :
"Hmm ! Apakah kalian sanggup mengalahkan dia sehingga kalian anggap aku perlu memberikan bantuan padanya .. ?"
Coa Wie San mendongkol dengan sikap mengejek dari 'si jelek', akan tetapi didalam hati dia merasa girang; karena dengan perkataannya itu; 'si jelek' seolah-olah sudah berjanji tidak akan membantu si pemuda yang tidak dikenal itu sebab yang dia takuti justeru kegagahannya Lian Cay Hong.
Coa Wie San kemudian tinggalkan dara Lian Cay Hong, buat dia mendekati kawan-kawannya yang tetap mengurung Yo Sun, namun masih menunggu dia yang sedang berbicara dengan dara Lian Cay Hong.
Dengan menyiapkan senjatanya yang berupa seutas rantai baja dengan kedua ujung memakai mata tombak, maka Coa Wie San memasuki lingkaran orang orang yang sedang mengurung Yo Sun yang waktu itu sedang berdiri berhadapan dengan Coa Wie Su.
Sementara itu Yo Sun juga sudah siap dengan senjata tudung capingnya yang istimewa. Agaknya dia tidak gentar menghadapi Coa Wie San berdua Coa Wie Su disamping ada delapan orang orang yang mengurung dan siap mengepung dia. Coa Wie San kemudian memutarkan senjata rantai baja sampai perdengarkan bunyi suara menderu-deru, memperlihatkan tenaganya yang dahsyat: lalu dia mulai membuka serangan dari jarak jauh, mengarah bagian dada Yo Sun, sehingga dengan demikian menjadi kelihatan jelas bahwa Yo Sun bakal sukar balas menyerang, karena senjata Yo Sun hanya berupa tudung caping yang bundar pendek.
Waktu itu Yo Sun lompat berkelit dari serangan rantai baja yang mengarah dadanya, akan tetapi dia langsung disusul dengan suatu serangan bacokan dari goloknya Coa Wie Su; sehingga pemuda ini harus menangkis golok itu memakai senjatanya yang istimewa bahkan sempat dia balas menyerang bekas pecundangnya itu.
Kemudian terdengar deru rantai baja Coa Wie San, tepat disaat Coa Wie Su sedang lompat menghindar dari serangan Yo Sun dan Yo Sun tak sempat mengejar Coa Wie Su, sebab dia harus menghindar dari rantai baja yang bermata tombak itu.
Dalam usahanya untuk menghindari dari rantai baja itu Yo Sun justeru lompat mendekati Coa Wie San, yang lalu dia serang memakai senjata tudungnya yang istimewa dengan gerak tipu 'petani bongkok membabat rumput', yakni dengan tubuh membongkok dia membabat pinggang Coa Wie San.
Dalam kagetnya Coa Wie San menangkis memakai bagian ujung lain dari senjatanya.
Biasanya, senjatanya Coa Wie San itu memang dapat digunakan buat menangkis bahkan dapat melibat senjata lawan yang lalu dia betot membikin senjata lawan terlepas dari pegangan. Akan tetapi sekali ini dia berhadapan dengan senjata Yo Sun yang bundar berupa tudung, sehingga tidak mungkin dia libat hanya berhasil dia menangkis sehingga perdengarkan bunyi suara nyaring bagaikan bunyi suara cecer tukang obat!
Membarengi selagi Coa Wie San berhasil menangkis senjatanya, maka telapak tangan kiri Yo Sun bergerak memukul tubuh lawannya, dengan suatu pukulan 'tangan besi' yang khas dari golongan ‘tiat ciang pay'.
"Bagus , . , !" seru dara Lian Cay Hong tidak sengaja; karena dia yang terus memperhatikan pertempuran itu, mengenali ilmu pukulan golongan 'tiat ciang pay' yang waktu itu sedang berkembang.
Sementara itu tubuh Coa Wie San terlempar beberapa langkah menyamping, dengan mulut mengeluarkan sedikit darah akibat terkena pukulan tadi; akan tetapi Coa Wie San yang memang memiliki tenaga besar, tidak sampai dia terjatuh meskipun dia harus berdiri sempoyongan seperti pohon tua ditiup angin musim rontok.
Dipihak Yo Sun, meskipun dia sudah berhasil memukul Coa Wie San; namun dia tidak sempat mengulang serangannya, sebab dia sudah dihadang dan diserang oleh Coa Wie Su.
Lima kali serangan berturut-turut dari golok Coa Wie Su dapat dihindarkan atau ditangkis oleh senjata Yo Sun, setelah itu Yo Sun balas menyerang dengan gerak tipu 'rumput kering mengikuti tiupan angin', sehingga dengan gerak tubuhnya yang lincah dan gesit, dia berhasil melakukan serangkaian serangan berupa tabasan memakai tudungnya, sampai kemudian terdengar teriak menyeramkan dari Coa Wie San yang memerintahkan semua teman-temannya mengepung!
Coa Wie Su nyaris dari maut karena Yo Sun harus melayani para pengepungnya. Pemuda itu mengamuk bagaikan seekor harimau galak, tudungnya yang istimewa berhasil mencari mangsa beberapa orang pengepungnya, sedangkan pukulan tangan kirinya juga tidak kurang berbahayanya.