"Ini namanya sudah tahu sengaja tanya.
Memangnya kerja apa orang berada di rumah pelacuran?" "Biasanya peraturan perguruan Soh-hok-han di Huiciu terkenal sangat keras, sebagai murid tertua Lam-han, ahliwaris Kun cu-kiam Sau-siansing, kabarnya kau pun pernah mengangkat guru kepada Tong-thian Totiang dari Bu-tong, seorang tokoh muda yang mengemban tugas suci dua aliran besar didunia persilatan, tapi sekarang diketemukan mengeram dirumah pelacuran, sungguh lucu dan menggelikan!" demikian Ciamtay Cu-ih ber-olok2.
"Bagaimana peraturan Lam-han dan Bu-tong semua itu adalah urusan kami dan tidak perlu orang lain ikut merisaukannya," jawab Peng-lam.
Ciamtay Cu-ih cukup berpengalaman, melihat air muka Peng-lam pucat dan badan gemetar, jelas tanda terluka parah, ia menjadi sangsi ada sesuatu yang tidak beres.
Tiba2 terpikir olehnya: "Nikoh cilik dari Siong-san-pay itu bilang bocah ini telah dibinasakan Ci-kiat, kenyataannya bocah ini belum mati, jelas Nikoh cilik itu sengaja berdusta.
Dari cara bicaranya yang menyebut Sau-toako dengan mesra, bisa jadi mereka berdua sudah ada hubungan pribadi yang intim." Lalu terpikir pula olehnya: "Orang jelas melihat Nikon cilik itu masuk kerumah pelacuran ini, tapi sekarang jejaknya menghilang tanpa bekas.
mungkin sekali disembunyikan oleh bocah she Sau ini.
Hm Ngo-tay-lianbeng mereka suka mengaku sebagai Beng-bun-cing-pay dan memandang hina Hong-hoa-wan kami, maka sekarang aku harus berusaha menemukan Nikoh Cilik itu disini, dengan demikian bukan cuma Lam-han dan Siong-san-pay saja yang malu, bahkan Ngo-tay-lian-beng juga akan tercorengmoreng mukanya sehingga tidak berani omong besar lagi didunia Kangouw." Segera ia memandang seluruh kamar itu, ternyata tiada seorang lainpun, ia pikir mungkin Nikoh cilik itu disembunyikan diatas tempat tidur, segera ia berseru: "Ci-eng, coba singkap kelambunya, besar kemungkinan ada tontonan menarik di tempat tidur itu." Ci-eng mengiakan dan melangkah maju.
Tapi dia pernah dikerjai Sau Peng-lam, tanpa terasa ia memandang Penglam sekejap dengan ragu2.
"Apakah kau sudah bosan hidup?" kata Peng-lam.
Ci-eng merandek, tapi mengingatt Suhu berjaga dibelakang, rasa jerinya lantas hilang.
"Sret", segera ia melolos pedangnya.
"Mau apa kau?" tanya Peng-lam kepada Ciamtay Cu-ih.
"Siong-san-pay kehilangan seorang murid perempuan, ada orang melihat dia masuk kerumah bordil ini, maka kami harus mencarinya," jawab Ciamtay Cu-ih.
"Urusan dalam Ngo-tay-lian-beng masa perlu orang lautan sana seperti dirimu ini untuk ikut campur?" jengek Peng-lam.
"Pokoknya urusan hari ini harus kuselidiki hingga jelas." kata Ciamtay Cu-ih tegas.
"Ci-eng, kerjakan!" Sambil mengiakan segera Ci-eng menjulurkan pedangnya untuk menyingkap kelambu.
Saat itu Gi-lim dan Fifi saling rangkul bersembunyi didalam selimut, semua percakapan Sau Peng-lam dengan Ciamtay Cu-ih itu dapat didengar mereka dengan jelas, diam2 mereka mengeluh bisa celaka jika mereka sampai dipergoki bersembunyi disitu, tubuh mereka menjadi gemetar.
Waktu Ci-eng menyingkap kelambu, sungguh takut mereka tak terhingga.
Serentak pandangan semua orang tertuju keatas ranjang, tertampaklah di dalam selimut bersulam indah itu memang ada orangnya, tapi dibantal jelas pula kelihatan rambut panjang terurai, selimut bersulam itu kelihatan bergetar, nyata orang yang sembunyi disitu sangat ketakutan.
Ciamtay Cu-ih merasa kecewa demi nampak rambut panjang yang terurai di atas bantal itu, jelas orang yang bersembunyi ini bukan Nikoh cilik yang berkepala gundul.
Rupanya Sau Peng-lam ini memang benar lagi tidur dengan pelacur.
Sau Peng-lam lantas mendengus.: "Ciamtay-wancu, konon ilmu yang kau latih adalah Tong-cu-kang (ilmu dasar kanak2), selama hidupmu belum pernah melihat perempuan yang telanjang bulat, jelas kau pun tidak berani masuk rumah bordil dan main perempuan.
Sekarang mumpung ada kesempatan, kenapa tidak suruh muridmu menyingkap selimut agar kau bisa bertambah pengalaman?" Ucapan Peng-lam ini sebenarnya sangat berbahaya, hanya gertak sambel belaka.
Cuma ia yakin sebagai seorang guru-besar suatu aliran termashur, tentu Ciamtay Cu-ih menjaga gengsi dan tidak berani sengaja memandang seorang perempuan jalang yang telanjang didepan orang sebanyak ini.
Betul juga, Ciamtay Cu-ih menjadi gusar dan membentak: "Omong kosong! Kentut belaka!" "Berbareng sebelah tangannya lantas memotong kedepan Peng-lam mengegos kesamping, tapi lantaran dia terluka parah, gerak geriknya kurang leluasa pukulan Ciamtay Cuih inipun sangat lihay, karena sampukan angin pukulan yang dahsyat itu, ia jatuh terguling ditempat tidur, tapi sekuatnya ia bangkit kembali, namun darah segar lantas tersembur keluar dari mulutnya.
Segera Ciamtay Cu-ih bermaksud menghantam lagi.
mendadak diluar jendela ada orang berteriak memaki: "Hai, tua menganiaya muda, tidak tahu malu"!" Belum lagi kata2 terakhir "malu" itu lenyap serentak Ciamtay Cu-ih memutar balik tangannya dan menghantam keluar jendela, menyusul ia melayang keluar.
Dibawah cahaya lilin yang menvorot keluar dari kamar, dilihatnya seorang bungkuk bermuka buruk sedang h^edak lari kepojok halaman sana, "Berhenti!" bentak Ciamtay Cu h dengan suara menggelegar.
Si bungkuk itu tak-lain-tak-bukan adalah samaran Soat Peng-say.
Tadi setelah menghadapi Ciamtay Cu-ih di tempat Wi Kay-hou, pada waktu Kik Fi-yan muncul dan menjadi pusat perhatian orang banyak, kesempattan itu lantas digunakan Peng-say untuk mengeluyur keluar.
Baru saja sampai di serambi, tahu-tahu Soat Ko-hong melayang tiba dan menepuk pelahan punggungnya yang dibuat bungkuk itu sambil menegur: "He, bungkuk palsu, kenapa kau menyaru orang bungkuk" Memangnya apa paedabnya menjadi orang bungkuk" Sebab apa pula kau mengaku sebagai anak muridku?" Peng-say tahu tabiat orang ini agak aneh, ilmu silatnya juga sangat tinggi, apabila jawabannya kurang tepat, bisa jadi akan mendatangkan kematian.
Tapi diruangan besar tadi dirinya telah menyebutnya sebagai "Soat-tayhiap" yang budiman dan suka menolong kaum lemah, jadi tidak berbuat sesuatu yang merugikan dia, asalkan dirinya tetap bersikap demikian, rasanya orang tiada alasan buat marah.
Maka Peng-say lantas menjawab: "Soalnya Wanpwe sering nmndengar cerita orang bahwa Soat-tayhiap sangat disegani orang dan suka menolong orang yang kepepet, sebab itulah tanpa sadar Wanpwe lantas menyamar seperti bentuk Soat-tayhiap, untuk kelancanganku ini mohon dimaafkan." "Hahaha.
kau bilang aku ini suka menolong orang, suka rmmbantu yang lemah dan memberantas yang jahat, semua itu ngaco-belo belaka, seru Soat Ko-hong dengan gelak tertawa.
Sudah tentu dia tahu ucapan Peng-say itu hanya bualan belaka.
Tapi di dunia ini manusia mana yang tidak suka diumpak dan dipuji" Begitu pula orang Kangouw, semakin tinggi ilmu silatnya, semakin ingin mendapatkan nama.
Sebenarnya di dunia persilatan Soat Ko-hong tidak disukai orang, seumpama ada yang bicara langsung dengan dia, paling2 juga cuma memuji ilmu silatnya yang tinggi dengan pengalamannya yang luas, tapi tidak pernah orang memuji tindak-tanduknya yang luhur budi apa segala.
Tentu saja ia senang mendapat pujian Peng-say, ia mengamati anak muda itu sejenak, lalu berkata: "Siapa namamu" Murid perguruan mana?" "Wanpwe kebetulan juga she Soat, jadi bukan sengaja memalsukan she jang sama dengan Cianpwe." jawab Peng-say.
"Hm, tidak sengaja apa" Jelas kau hendak menggunakan nama Yaya untuk menggertak dan menipu orang," jengek Soat Ko-hong.
"Padahal Ciamtay Cu-ih itu adalah seorang tokoh sakti dunia persilatan saat ini, dengan satu jari saja dia sanggup membinasakan kau, tapi kau berani bersikap kasar padanya.
H m, besar juga nyalimu!" Bila mendengar nama Ciamtay Cu-ih, seketika Peng-say jadi kheki, segera ia berteriak: "Selama Wanpwe masih bernapas, pasti akan kubunuh jahanam ini dengan tanganku sendiri!" Soat Ko-hong merasa heran.
tanyanya: "Memangnya Ciamyay Cu-ih ada permusuhan apa dengan kau?" Peng-say ragu2 sejenak, ia pikir kalau melulu mengandalkan tenaga sendiri jelas sukar menyelamatkan adiK Leng, apa salahnya jika sekalian kusembah dia lagi dan mohon pertolongannya" Segera ia berlutut dan menyembah beberapa kali, tuturnya: "Adik perempuan Wanpwe jatuh di bawah cengkeraman jahanam itu, maka kumohon dengan sangat sudilah kiranya Cianpwe bantu menolongnya." Soat Ko-hong berkerut kening dan menggeleng berulang2, katanya; "Pekerjaan yang tidak mendatangkan untung, selamanya tidak mau dilakukan si bungkuk she Soat.
Siapakah adik perempuanmu" Apa manfaatnya setelah kuselamatkan dia?" Sampai disini percakapan mereka, tiba-tiba terdengan disamping pintu sana ada orang berseru dengan suara tertahan: "Lekas laporkan kepada Suhu bahwa kembali seorang murid Tang-wan terbunuh, seorang murid Siong-san-pay juga terluka dan sempat lari pulang." Maka Soat Ko-hong tidak tanya lebih lanjut, ia berkata: "Urusanmu boleh kita bicarakan lagi nanti, di depan mata ada tontonan menarik.
jika kau ingin tambah pengalaman boleh ikut pergi melihatnya." Peng-say pikir asalkan masih berada disamping si bungkuk ini, tentu masih ada kesempatan untuk mohon bantuannya.
Maka ia lantas menjawab: "Baik, kemana Cianpwe pergi, kesana pula Wanpwe akan ikut." "Supaya kau tdak kecewa, biarlah kita bicara dimuka, bahwa urusan apapun harus menguntungkan barulah akan kulakukan, jika kau cuma menyanjung puji dimulut saja dan menghendaki kakek keluar tenaga bagimu, maka urusan ini jangan kau sebut lagi." demikian kata Soat Ko-hong.
Tentu saja Peng-say melenggong dan tidak tahu bagaimana jawabnya.
Mendadak Soat Ko-hong berkata- "Mereka sudah berangkat, hayolah ikut padaku!" "Serentak Peng-say merasa pergelangan tangan kanan terpegang kencang, tahu2 tubuhnya sudah terapung terus dilarikan sepanjang jalan kota.
Setiba di rumah pelacuran "Kun-giok-ih" itu, Soat Ko-hong membisiki Peng-say agar jangan bersuara.
Mereka bersembunyi dibalik pohon dan mengintai gerak-gerik orang di dalam rumah itu.
Di tempat sembunyinya mereka dapat mendengar dengan jelas pertarungan antara Thio Yan-coan dan Ciamtay Cu-ih, lalu Wi Kay-hou dan anak buahnya mengobrak-abrik Kun-giok-ih, kemudian Sau Peng-lam unjuk diri.
Ketika Ciamtay Cu-ih hendak menyerang Sau Peng-lam pula, Peng-say tidak tahan, ia lantas berteriak: "Tua menganiaya muda, tidak tahu malu." Setelah bersuara barulah Peng say menyadari kecerobohannya segera ia putar tubuh dan hendak sembunyi, tak terduga gerakan Ciamtay Cu-ih terlalu cepat baginya, begitu membentak: "Berhenti", serentak angin pukulan juga mengurung seluruh tubuh anak muda itu, apabila tenaga pukulan dikerahkan sepenuhnya, bukan mustahil isi perut Soat Peng-say akan hancur dan tulang patah.
Tapi demi melihat siapa anak muda itu, Ciam-tay Cu-ih menjadi jeri terhadap Soat Ko-hong dan urung mengerahkan tenaga pukulannya.