I bu, kita sekarang akan kemana?
tiba-tiba Thian Ki berkata, suaranya yang lirih memecah kesunyian dan menarik kembali semangat ibunya yang melayang-layang
Lan Ci memandang anaknya
Thian Ki mendekati ibunya dan menggunakan tangannya untuk membersihkan tanah dari wajah ibunya
Ke mana lagi kalau tidak pulang! Kita pulang ke Mo-kim-cung, Thian Ki!
Anak itu mengerutkan alisnya
Akan tetapi, rumah sudah tidak ada ayah.! Aku tidak suka kembali ke sana, akan selalu te ringat kepada ayah.
Lan Ci menarik napas panjang
Ia juga merasa ragu untuk tinggal di dusunnya itu, dekat dengan ibunya! Bersusah-payah ia menjaga agar anak tunggalnya tidak mengenal kekerasan, akan tetapi setelah ibunya tiba dan menjadi nikouw di kuil Thian-ho-tang, anaknya malah dijadikan Tok-tong oleh ibunya! Kalau ia mengajak Thian Ki kembali ke sana, tidak urung ibunya te ntu akan berusaha keras agar Thian Ki mempelajari ilmu-ilmu yang keji dan anaknya ini kelak akan menjadi seorang manusia racun yang amat berbahaya bagi kehidupan orang lain
Thian Ki, malapetaka yang menimpa kita ini mengingatkan aku bahwa mungkin sekali aku telah keliru mendidikmu
Sejak kecil, ayahmu dan aku yang pandai ilmu silat selalu berusaha agar engkau tidak mempelajari ilmu silat
Bahkan kami bertahun-tahun hidup bagai petani yang penuh damai
Siapa tahu, di sini kita bertemu malapetaka! Andaikata ayahmu dan aku lebih te rlatih, belum te ntu ayahmu te was
Dan engkau sendiri.....ah, engkau bahkan telah menewaskan tiga orang tokoh persilatan yang lihai.
I bu, sebetulnya apakah yang te lah te rjadi
Aku tidak bermaksud membunuh orang
Aku hanya ingin menolongmu, aku hanya menggigit, dan yang lain itu hanya mencengkeram aku, kenapa mereka semua roboh dan te was
Ibu pernah mengatakan kepadaku bahwa aku sakit, tubuhku beracun dan kalau aku mendekati wanita, ia akan mati
Apakah itu sebabnya maka tiga orang itu tewas, ibu
Dan kalau benar begitu, mengapa tubuhku beracun?
Lan Ci merangkul puteranya
Thian Ki, kelak engkau akan mengerti sendiri
Aku harus mencarikan obat untukmu, untuk melenyapkan racun itu dari tubuhmu.
I bu, di dunia ini te rdapat begitu banyak orang jahat
Mereka telah membunuh ayah, membunuh para paman He k-houw-pang, bahkan hampir membunuh ibu dan aku
Mereka tidak dapat membunuhku karena tubuhku beracun
Kalau ibu hendak melenyapkan racun dari tubuhku, bukankah kalau a da orang jahat, aku akan mudah mereka bunuh?
Ha, tepat sekali ucapanmu itu, Thian Ki!
Tibatiba Pangeran Cian Bu Ong muncul bersama pute rinya
Thian Ki......!
Kui Eng berseru gembira dan segera menghampiri Thian Ki dan memegang tangan anak itu
Melihat munculnya penolongnya, Lan Ci cepat memberi hormat
Mengapa tai-hiap mengatakan bahwa ucapan Thian Ki te pat
Tidak mungkin dia dibiarkan begitu saja, menjadi Tok-tong dan membahayakan nyawa setiap orang yang berdekatan dengannya
Bahkan sekarang juga, nyawa puterimu dapat terancam bahaya, tai-hiap.
Mendengar ucapan ibunya, Thian Ki terkejut dan cepat dia melepaskan tangannya yang saling gandeng dengan tangan Kui Eng
Akan te tapi Kui Eng memegang lagi tangan Thian Ki
Kui Eng, lepaskan tanganku
Tubuhku beracun dan engkau dapat celaka keracunan!
kata Thian Ki, kembali mele paskan tangannya
Aah, engkau te ntu tidak akan mencelakai aku, te ntu aku tidak akan keracunan
Aku tidak takut berdekatan denganmu, Thian Ki.
Pangeran Cian Bu Ong tersenyum, walaupun senyumnya masih nampak pahit karena hatinya masih tertekan kedukaan
Anakku benar, Lan Ci
Justru kekuatan dahsyat dalam diri Thian Ki harus dipelihara, dirawat dan dipupuk
Kalau dia dapat menguasainya, tentu dia tidak akan mencelakai orang tanpa disengaja
Aku ingin mengajarkan dia untuk menguasai kekuatan dahsyat itu dan mengajarkan semua ilmuku, bersama Kui Eng.
Lan Ci cepat memberi hormat
Harap Thai-hiap memaafkan saya
Sesungguhnya, sejak kecil Thian Ki tidak pernah kami ajari ilmu silat dan tidak memperkenalkan dia dengan kehidupan dunia persilatan.
Sungguh aneh sekali
Engkau dan suamimu memiliki ilmu silat yang cukup baik
Kenapa tidak diwaris kan kepada anak tunggal kalian?
Kami ingin agar anak kami hidup dalam keadaan aman te nteram dan penuh damai, jauh dari kekerasan dan permusuhan seperti yang dialami para ahli silat,
kata Lan Ci dengan tegas
Aih, nyonya muda
Alangkah lucunya omonganmu itu
Engkau tidak mengajarkan ilmu silat kepada pute ramu, ingin agar dia hidup dalam keadaan tenang tenteram
Akan tetapi apa yang telah terjadi
Masih kecil saja dia tertimpa malapetaka! Ayahnya tewas, ibunya hampir celaka, dan dia sendiri, kalau tidak memiliki kekuatan beracun itu tentu sudah tewas pula!
Kalau tidak ada tai-hiap yang menolong, memang kami ibu dan anak tentu telah tewas,
kata Lan Ci, ia bergidik membayangkan bahaya mengerikan yang mengancam dirinya ketika itu
Sim Lan Ci, engkau seorang ahli silat, kenapa pendirianmu seperti itu
Karena mungkin engkau dahulu hidup penuh kekerasan dan permusuhan, maka engkau hendak menjauhkan pute ramu dari ilmu silat
Ingatlah, seorang ahli silat setidaknya dapat membela diri, bahkan dapat mempergunakan ilmunya untuk membela yang le mah, untuk melakukan perbuatan baik sesuai dengan jiwa seorang pendekar dan pahlawan
Kalaupun dia tewas dalam pertempuran, maka dia mati seperti orang gagah
Sebaliknya, seorang le mah akan selalu ditindas dan ditekan tanpa mampu membela diri sehingga kalau sampai dia mati, maka dia akan mati konyol! Matinya seorang pendekar adalah matinya seekor harimau, sebaliknya matinya seorang yang le mah seperti matinya seekor babi
Aku ingin mengambil Thian Ki sebagai murid, kuharap engkau tidak menolak, kalau engkau tidak ingin anakmu kelak membunuh lebih banyak orang lagi tanpa sengaja.
Tapi...
tapi ...
saya akan mencarikan obat penawar racun dalam tubuhnya Lan Ci mencoba untuk membantah dengan lemah
Nyonya muda, dari gerakanmu dan pukulanmu, aku tahu bahwa engkau seorang ahli pukulan beracun
Aku te lah memeriksa keadaan pute ramu dan aku tahu bahwa tidak ada obat apapun di dunia ini yang akan mampu membersihkan racun dari tubuh pute ramu, kecuali kalau dia menularkan atau memindahkan racun itu kepada banyak wanita yang akan menjadi korban
Seluruh darahnya te lah mengandung racun, dari ujung rambut sampai ke jari kakinya
Satu-satunya cara untuk menghindarkan dia menjadi pembunuh besar kepada semua orang yang dekat dengannya, hanya dengan memberinya ilmu agar dia dapat menguasai kekuatan itu dan hanya menggunakan kekuatan itu kalau diperlukan saja.
Sejak tadi Thian Ki mendengarkan percakapan antara ibunya dan laki-laki gagah itu
Dia masih kecil, akan tetapi dia memang cerdas dan dapat mempertimbangkan apa yang dibicarakan tadi
I bu, aku tidak mau menjadi pembunuh
Aku harus dapat menguasai racun ini!
lalu dia maju dan menjatuhkan diri berlutut di depan Pangeran Cian Bu Ong sambil berkata,
Suhu, teecu (murid) akan mentaati semua perintah suhu!
Pangeran Cian Bu Ong tersenyum,
Bagus, Thian Ki
Mulai sekarang engkau menjadi muridku, menjadi suheng dari Kui Eng
Kalian berdua akan kugembleng menjadi orang-orang yang berguna kelak.
Lalu pangeran itu menoleh kepada Lan Ci
Kuharap sekali engkau sekarang tidak akan berkeberatan lagi, Lan Ci.
Sebetulnya, Lan Ci merasa berhutang budi kepada penolongnya itu, yang bukan saja telah menyelamatkannya dari bahaya maut, menyelamatkan kehormatannya, akan tetapi juga yang selalu bersikap ramah dan baik, bahkan akrab sekali dengan sebutan yang kadang-kadang menyebut namanya begitu saja
Diapun tahu bahwa penolongnya ini seorang sakti, dan bahwa pute ranya te ntu akan menjadi seorang yang berilmu tinggi kalau menjadi muridnya
Akan tetapi iapun tidak ingin berpis ah dari puteranya
Tentu saja saya merasa senang dan berte rima kasih kalau tai-hiap sudi mendidik Thian Ki
Akan tetapi dia anak tunggal saya, dan saya hanya mempunyai dia seorang
Bagaimana mungkin saya dapat berpisah darinya, Tai-hiap?
Kenapa harus berpisah
Sim Lan Ci, kau tidak perlu berpisah dengan anakmu
Engkau ikut bersama kami, bahkan engkau dapat ikut membantu aku dan mendidik anakmu.
Mendengar penawaran ini, di dalam hatinya Lan Ci merasa girang sekali
Kalau ia tidak berpisah dengan pute ranya, maka tidak ada hal lain lagi yang perlu dirisaukan
Hanya saja ia seorang wanita, bahkan janda pula
Dan penolongnya seorang pria, dan duda! Akan janggal sekali nampaknya kalau ia mengikuti penolongnya itu, walaupun penolongnya sudah menjadi guru pute ranya
Dan ia tidak ingin berpisah dari pute ranya
Tapi ...
tapi....
Ia meragu, menerima merasa sungkan dan malu, menolak juga tidak berani
I bu,
kata Thian Ki dengan suara Iantang
Kenapa ibu menolak
Suhu bermaksud baik sekali
Aku dapat mempelajari ilmu tanpa harus berpisah dari ibu.
Aih, engkau ini enak saja bicara
Kita hanya akan menjadi beban dan akan memberatkan gurumu saja!
kata Lan Ci sambil melirik pute ranya dengan sikap menegur
Sama sekali tidak, bibi dan Thian Ki, eh ..
suheng! Ayahku seorang yang kaya raya, kalau hanya ditambah dengan kalian berdua, sama sekali tidak berat!
Tiba-tiba Kui Eng berkata
Nah, s umoi Kui Eng sudah berkata begitu, ibu, walaupun aku tidak mengerti bagaimana suhu dapat menjadi seorang yang kaya raya
Padahal keluarga suhu telah dihancurkan orang, hartanya dirampok, tidak banyak bedanya dengan kita.
Suheng, engkau tahu apa
Ayahku adalah seorang pangeran, di mana-mana mempunyai rumah gedung!
kata pula Kui Eng
Hushh, Kui Eng
Jangan membual kau!
ayahnya menegur
Akan te tapi ucapan anak perempuan itu amat mengejutkan hati Lan Ci
Ia terbelalak melihat wajah penolongnya, raut wajah yang tampan gagah penuh wibawa, memang pantas menjadi wajah seorang pangeran!
Paduka.....paduka seorang pangeran
Bolehkah saya mengetahui siapa nama paduka?
Pangeran Cian Bun Ong menghela napas panjang
Mereka masih duduk di depan makam, di atas batu-batu yang banyak terdapat di tempat itu
Keadaan di keliling itu s unyi
Me mang sudah sepantasnya kalau kita saling mengenal lebih dekat lagi, karena puteramu telah menjadi muridku, akupun hanya tahu bahwa engkau bernama Sim Lan Ci, keluarga dari pimpinan He k-houw-pang
Akan te tapi melihat gerakan ilmu silatmu, jelas engkau bukan murid He k-houw-pang.
Yang keluarga Hek-houw-pang adalah mendiang suami saya
Dia adalah keturunan para pemimpin atau ketua He k-houw-pang, yaitu keluarga Coa.
Oh, begitukah
Pantas ilmu silatmu berbeda.
Pangeran itu lalu memandang kepada Thian Ki dan Kui Eng
Thian Ki, kauajak sumoimu pergi bermain-main ke ujung tanah kuburan di sana