Keponakannya itu adalah seorang yang gagah perkasa dan sudah banyak membela keluarga Pulau Es, tak disangkanya akan mengakhiri hidupnya secara demikian menyedihkan. Apalagi kalau ia teringat betapa ia pernah membalas segala pertolongan dan pembelaan pemuda itu dengan tamparan-tamparan yang diterima oleh pemuda itu dengan mengalah. Tak terasa lagi kedua matanya menjadi basah, akan tetapi dengan kekerasan hatinya, dilawannya rasa duka itu sehingga ia dapat membendung keluarnya air matanya.
Siauw-ok adalah seorang laki-laki yang sudah berpengalaman. Dia dapat melihat kedukaan membayang di wajah yang ayu itu, dan melihat pula betapa dara itu menggunakan kekerasan hati membendung air matanya. Hatinya merasa panas oleh cemburu.
"Nona, apamukah pemuda putera Naga Sakti Gurun Pasir itu? Mengapa dia membela keluarga Pulau Es secara mati-matian ?! tanyanya penasaran.
Suma Hui tidak menjawab pertanyaan ini, hanya berkata.
"Hemm, lihat saja nanti bangkitnya Naga Sakti Gurun Pasir untuk membalaskan kematian puteranya!!
Mendengar ucapan ini, bagaimanapun juga Siauw-ok bergidik ngeri. Dia belum pernah bertemu dengan Naga Sakti Gurun Pasir, akan tetapi dia sudah mendengar nama besar pendekar itu yang sejajar dengan keluarga Pulan Es!
"Ah, bukan aku yang membunuhnya....! Ucapan ini dihentikannya di tengah jalan karena dia sadar bahwa ucapan itu membayangkan rasa takutnya. Maka diapun lalu menyuapkan sepotong besar daging ke mulut itu dan melihat dengan penuh gairah betapa mulut yang kecil dengan bibir merah dan deretan gigi putih itu terbuka menerima daging, nampak bagian dalam mulutnya yang lebih merah lagi. Suma Hui mengunyah daging itu dengan perlahan.
"Bagaimana dengan kedua orang adikku?! tanyanya setelah daging itu agak lembut dikunyah.
"Ah, jadi dua orang pemuda cilik itu adalah adik-adikmu? Pantas mereka itu hebat-hebat....!
Kembali Suma Hui terpaksa menerima suapan makanan walaupun perutnya sudah merasa kenyang dan sebetulnya ingin ia menyemburkan makanan itu ke muka Siauw-ok. Akan tetapi ia membutuhkan keterangan tentang adik-adiknya sehingga terpaksa ia menahan sabar.
"Nih, minumlah dulu,! kata Siauw-ok dan Suma Hui juga menerima minuman air tawar yang disodorkan ke mulutnya. Bagaimanapun juga, makanan dan minuman itu membuat ia merasa tubuhnya menjadi segar kembali.
"Kedua adikmu itu.... sunggnh sayang sekali, agaknya merekapun tak mungkin dapat hidup, dan besar kemungkinan sekarangpun sudah tewas.!
"Mak.... maksudmu....?!
"Adikmu yang besar itu, seperti juga putera Naga Sakti Gurun Pasir, terlempar ke dalam lautan dan tentu diapun tidak mungkin dapat terhindar dari cengkeraman maut. Sedangkan adikmu yang kecil, setan cilik yang luar biasa itu, mungkin dia ditangkap oleh Hek-i Mo-ong. Entah bagaimana jadinya dengan mereka aku tidak tahu karena aku lebih menyibukkan diri untuk menyelamatkanmu.! Siauw-ok berhenti dan tersenyum ramah.
"Coba pikir, di antara empat orang muda, hanya engkau yang selamat, kuhindarkan dari bahaya maut, bahkan kujaga dan kusuapi makanan dau minuman. Bukankah aku orang baik sekali, manis?!
Suma Hui menyemburkan makanan yang masih tersisa di mulutnya, lalu membuang muka dan menangis! Baru sekarang ia dapat melemparkan semua rasa sebal, marah, dan duka di dalam hatinya. Terutama sekali perasaan duka karena kegelisahan mendengar akan nasib kedua orang adiknya, dan juga Cin Liong.
Tiba-tiba ia menghentikan tangisnya ketika merasa betapa rambut kepalanya dibelai orang. Rasanya seperti tiba-tiba ada ular menyusup ke balik bajunya. Ia terperanjat dan juga jijik bukan main, apalagi ketika merasa betapa jari-jari tangan itu bukan hanya membelai rambut, melainkan juga mengusap pipi, dagu dan lehernya. Dan sepasang mata itu! Memandangnya seperti mata seekor harimau yang hendak menerkam kambing.
"Sudahlah, jangan menangis, nona manis. Ada aku di sini yang cinta padamu. Asal engkau suka menuruti segala kehendakku, engkau akan menjadi muridku yang terbaik dan hidupmu akan berbahagia....!
"Tutup mulutmu, iblis terkutuk!! Tiba-tiba Suma Hui memaki dan ketika ia merasa bahwa tenaga atau pengaruh totokan pada tubuhnya mulai mengendur, ia lalu mengerahkan sin-kangnya dan tiba-tiba ia menggerakkan kaki tangannya.
"Brettt! Brettt....!! Tali pengikat kaki tangan dara itu putus semua, tidak kuat menahan pengerahan tenaga sin-kang dari Suma Hui, tenaga aseli dari keluarga Pulau Es!
"Ehhh....!! Jai-hwa Siauw-ok Ouw Teng terkejut bukan main. Dia tahu bahwa dara ini adalah cucu dari Pendekar Super Sakti dan memiliki kepandaian yang tidak lumrah gadis lainnya. Akan tetapi sungguh tidak disangkanya sama sekali bahwa gadis itu dapat meloloskan diri secara tiba-tiba seperti itu! Pada saat itu, Suma Hui sudah meloncat bangkit berdiri dan mengirim pukulan dengan tangan kanannya, menampar ke arah kepala Siauw-ok.
"Hyaaaaatttt....!! Dara itu mengeluarkan suara melengking nyaring. Karena pukulan dilakukan dari jarak dekat dan perahu itu amat kecil sehingga tidak mungkin bagi Siauw-ok untuk mengelak lagi, maka Siauw-ok terpaksa mengangkat lengannya menangkis, menjaga agar jangan sampai tenaganya terlalu besar dan melukai dara yang membuatnya tergila-gila ini.
"Dukkkkk....!! Tubuh Jai-hwa Siauw-ok Ouw Teng terjongkok dan menggigil kedinginan!
Kiranya dara itu telah mempergunakan tenaga yang belum lama dilatihnya di Pulau Es, yaitu tenaga Swat-im Sin-ciang (Tangan Sakti Inti Salju) yang amat hebat. Untung bagi Jai-hwa Siauw-ok bahwa gadis itu belum matang benar latihannya karena andaikata demikian, dia akan menderita luka dalam yang parah. Cepat dia mengerahkan tenaga sakti dan mengumpulkan hawa murni untuk melindungi tubuhnya dan mengusir hawa dingin. Dia merasa salah sendiri karena terlalu memandang ringan sehingga hampir celaka. Bagaimanapun juga, tenaganya masih lebih kuat dibandingkan dengan tenaga dara itu, maka kalau tadi dia mengerahkan seluruh tenaga, tentu dia lebih kuat.
"Haiiiittt....!! Melihat pukulannya yang pertama hanya membuat lawan terjongkok, Suma Hui merasa penasaran dan iapun sudah menyerang lagi dengan hantaman tangan kanan lurus-lurus ke arah dada lawannya.
Kembali Siauw-ok terpaksa menangkis, akan tetapi sekali ini dia mengerahkan sin-kang dan mempergunakan tenaga kasar dan panas yang lebih kuat untuk mengimbangi hawa dingin yang terkandung dalam pukulan dara itu.
"Dessss....!! Dua tenaga dahsyat bertemu melalui lengan mereka dan akibatnya, tubuh Siauw-ok terdorong keras dan terpelanting keluar dari perahu.
"Byuuur....!! Siauw-ok yang terjungkal ke air menyelam. Dia terkejut bukan main karena ternyata dara itu tidak lagi mengerahkan tenaga berhawa dingin, melainkan pukulannya tadi mengandung hawa panas dan kekuatan yang amat hebat. Dia tidak tahu bahwa itulah ilmu sakti Hwi-yang Sin-ciang (Taugan Sakti Inti Api). Karena keras bertemu keras dan tenaganya kalah ampuh, ditambah lagi kekagetannya ketika merasa betapa ada hawa panas membakar tubuhnya melalui lengan, maka tubuh Jai-hwa Siauw-ok terlempar dan terpelanting ke dalam lautan. Tentu saja hati Suma Hui merasa lega dan girang sekali dan cepat ia mengambil tali kemudi untuk mengemudikan layar perahu.
"Krakkk....!! Tiba-tiba tiang layar yang tidak berapa besar itu patah. Kiranya Siauw-ok telah muncul di balik perahu dan memukul patah tiang layar itu dengan tangannya.
"Iblis jahat kau!! Suma Hui memaki dan cepat menyambar dayung untuk menyerang kepala yang muncul di permukaan air itu.
"Pratttt....!! Air muncrat ke atasakan tetapi kepala itu lenyap dan dayung hanya memukul air. Suma Hui tidak perduli lagi dan hendak mendayung perahu kccil itu, akan tetapi tiba-tiba perahu itu terguncang keras dan terbalik! Tentu saja dara itupun terlempar dan terjatuh ke air.
"Byuuurrr....!! Air muncrat lagi dan Suma Hui cepat menggerakkan kaki tangannya untuk mencegah tnbuhnya tenggelam.
"He-he-he, nona manis....!! Tiba-tiba ada lengan yang merangkul pingganguya yang ramping.
"Lepaskan, jahanam!! Suma Hui menjerit dan memukul ke belakang, akan tetapi Siauw-ok yang lebih pandai bermain di air itu telah menyelam. Dan tiba-tiba Suma Hui menjerit ketika kakinya ada yang menangkap dari bawah dan terus tangan itu menyeretnya ke bawah permukaan air! Dara itu meronta dan mencoba untuk menendang atau memukul. Terjadi pergumulan di dalam air.
Suma Hui melawan mati-matian dan berusaha sedapat mungkin. Namun, ternyata ia jauh kalah mahir sehingga ia gelagapan dan banyak menelan air laut. Apalagi Siauw-ok menggumulnya sehingga di samping ia memang kalah pandai, juga ia merasa jijik dan geli merasa betapa dirinya dirangkul dan dipeluk. Akhirnya ia terkulai pingsan!
Masih untung baginya bahwa ambisi Siauw-ok untuk membanggakan kemenangan dan menyombongkan dirinya sedemikian besarnya sehingga biarpun melihat dara itu dengan pakaian basah kuyup nampak amat merangsang, pakaian basahnya melekat ketat pada tubuhnya yang padat, namun penjahat cabul itu tidak menuruti nafsu berahinya dan bertahan diri, tidak memperkosanya. Siauw-ok membawa Suma Hui kembali ke dalam perahu yang telah kehilangan layarnya itu, menotoknya kembali dan kini dengan bersungut-sungut dia mendayung perahunya melanjutkan perjalanan.
Pada suatu senja, perahunya berlabuh di sebuah pantai yang sunyi di sebelah selatan kota Ceng-to di Propinsi Shan-tung. Siauw-ok menarik perahunya ke pantai lalu memondong tubuh Suma Hui yang masih tertotok, kemudian membawanya lari memasuki hutan yang sudah mulai gelap. Setelah malam tiba, nampak Siauw-ok memasuki sebuah pekarangan depan rumah yang berdiri terpencil di luar kota Ceng-to, rumah itu bercat merah yang mungil.