Warisan Jendral Gak Hui Chapter 75 (Tamat)

NIC

Namun walaupun tangannya telah tercengkeram kuat oleh tangan Kiam Ciu namun Ho Beng terus nekad akan meraih hulu pedang. Akhirnya sebuah hantaman keras telah bersarang dirahang Ho Beng dan orang itu menggelinding kesamping menghindari hantaman Kiam Ciu selanjutnya.

Ho Beng meloncat berdiri dan dengan sebuah loncatan pendek telah mengirimkan tendangan punggung kaki kanan. Namun Kiam Ciu dapat menangkisnya dengan punggung tapak tangan kanan. Kedua tenaga beradu dan mereka berdua sama-sama surut kebelakang. Kiam Ciu surut selangkah kebelakang, sedangkan Ho Beng terlonjak surut lima langkah dan tampak matanya melotot memandang Kiam Ciu dengan takjub.

Sesaat lamanya Ho Beng berhenti dan mengatur pernafasan dan debaran jantungnya. Karena ketika dia terhempas surut oleh tangkisan Kiam Ciu dia merasakan bagaikan ada suatu tenaga keras dan kuat sekali telah menghempasnya. Kakinya terasa sesemutan dan nafasnya sesak.

Namun semuanya sudah kepalang tanggung. Maka dengan tidak banyak perhitungan lagi Ho Beng telah menyerang Kiam Ciu dengan sebuah hantaman beruntun dan tendangan-tendangan bergantian. Beberapa orang dari suku Biauw yang setia kepadanya telah terjun kedalam gelanggang untuk membantu Ho Beng menyerbu Kiam Ciu.

Menyaksikan kecurangan dikalangan orang-orang suku Biauw itu. Maka Tong Siok Soat, Ji Tong Bwee dan Kun-si Mo-kun telah melibatkan diri dalam pertempuran itu. Kini tampaklah beberapa orang Biauw telah roboh oleh amukan Kun-si Mo-kun dan Kiam Ciu menghadapi Ho Beng.

Yang menjadi perebutan adalah Oey Liong Kiam. Namun Ho Beng tidak pernah dapat menyentuh hulu pedang pusaka itu. Dengan cepat pula Kiam Ciu berusaha untuk menubruk pedang Oey Liong Kiam yang tergeletak di tanah dekat jenazah Ciam Gwat. Ho Beng melompat menerkam punggung Kiam Ciu. Namun Kiam Ciu berhasil mengi rimkan tendangan kebelakang. Ternyata tendn. ngan yaDg tidak terduga itu dapat mengenai sasarannya dengan tepat.

"Auw !” terjerit Ho Beng dan terlempar kebelakang dua tombak dan jatuh dengan mulut menyeringai dingin gigi meringis menahan sakit.

Tong Kiam Ciu telah berhasil memegang kembali pedang Oey Liong Kiam dan pemuda itu melangkah dengan langkah pasti mendekati Ho Beng dan tangan kanan tergenggam pedang pusaka Naga Kuning yang menjadi perebutan dikalangan Kang-ouw didaerah bagian pertengahan.

Langkah pasti Kiam Ciu menghampiri Ho Beng yang memandang Kiam Ciu dengan mata terbeliak dan panik.

Pedang Oey Liong Kiam tampak bersinar-sinar menyilaukan mata. Hawa saat itu sangat dingin karena pada saat itu adalah musim Chiu. Ho Beng memandang kilatan sinar Oey Liong Kiam yang tergenggam ditangan kanan Kiam Ciu.

Dengan hati penuh kepanikan dan meraba-raba lehernya. Ho Beng terbeliak matanya menyaksikan langkah tetap Kiam Ciu.

Ketika jarak antara Kiam Ciu dan Ho Beng kira-kira lima langkah, tiba-tiba Kiam Ciu mengangkat pedangnya. Ho Beng terbeliak matanya. Tetapi apa yang dilakukan oleh Kiam Ciu ternyata diluar dugaan semua orang meraka lega hati.

Ternyata pedang Oey Liong Kiam itu telah diputar kebelakang dan disarungkan.

"MenggelindingIah dari hadapanku, sebelum aku mengambil keputusan lain!”

bentak Kiam Ciu kepada Ho Beng.

Tanpa banyak bicara lagi Ho Beng telah berdiri dan membongkok hormat kepada Kiam Ciu. Kemudian memberikan isyarat kepada orang-orang Biauw untuk menyingkir. Maka suasana sementara itu menjadi tenang kembali.

Beberapa saat kemudian terdengar teriakan seseorang tiada jauh dari tempat pertempuran. "Auwww!” terdengar suara teriakan kepanikan dan mengerikan.

Kiam Ciu dan beberapa tokoh persilatan yang berada ditempat itu dengan cepat meloncat menuju ketempat dimana suara teriakan itu berasal.

Ketika mereka tiba dibawah sebatang pohon ternyata tampaklah Ho Beng telah tergantung dengan kaki diatas kepala dibawah.

Namun orang yang berkepala dua itu lelah binasa. Beberapa anak panah telah menembusi punggungnya dan darah kehitam-hitaman tampak meleleh dari mulut, telinga, hidung dan mata Ho Beng.

Kiam Ciu mengambil pedang Oey Liong Kiam, dengan satu gerakan meloncat dan membabat tali yang menjerat kaki Ho Beng. Sekali tabas tali itu putus dan dengan gerakan yang sangat indah Kiam Ciu telah memondong tubuh Ho Beng.

Setelah kembali kaki Kiam Ciu menginjak tanah dengan gerakan sangat indah dan lunak sekali. Maka tubuh Ho Beng lalu diletakkan diatas tanah berumput.

Tubuh Ho Beng telah berubah berwarna hitam bagaikan terbakar.

"Oh, panah beracun orang-orang Ouw-ki-pang". terdengar seruan sikakek raja setan Kun-si Mo-kun. Benar juga tiada lama kemudian tampaklah serombongan orang-orang yang menyandang busur dan dipunggungnya dengan menggendong setabung penuh anak panah dengan bulu angsa bitara. Dibagian depan berjalan seorang laki-laki berjambang bauk tetapi wajahnya tampak arif dan tenang sorot matanya. Orang itu tiada lain adalah Ouw Hin Lee ketua partai silat Ouw-ki-pang.

"Omitohud! Rupa-rupanya Ouw Hin Lee pangcu dari Ouw-ki-pang yang telah menghukum Ho Beng.. !” terdengar seruan Shin Kai Lolo sambil menghadap kearah Ouw Hin Lee. "Ya, memang aku yang menghukumnya itulah ganjarannya orang yang berkhianat. Apakah urusan kita sudah selesai ?” pangcu Ouw-ki-pang itu bertanya dan menahan langkah kakinya dihadapan Shin Kai Lolo.

"Berkat bantuan semua orang gagah, hari ini persoalan Rimba persilatan dibagian pertengahan ini telah selesai. Pedang Oey Liong Kiam telah dapat direbut kembali oleh yang berhak. Giok-ciang-cui-kiam si orang she-Tong yang gagah perkasa!” jawab Shin kai Lolo.

Tampaklah Shin Kai Lolo sangat gembira saat itu. Karena dia telah merasa puas menyaksikan bahwa orang yang paling dibenci dan menyebabkan dia menderita hingga menjadi seperti sekarang ini karena Ciam Gwat. Tetapi disamping rasa puasnya itu dia merasa terharu pula karena pada saat itu bekas suaminya yang malang ialah Kim-leng-ji-su telah meninggal dalam keadaan mengenaskan dan menderita sampai akhir hayatnya.

Menderita kemenyesalan dan patah hati karena perbuatannya yang semula hanya terburu nafsu disebabkan godaan dan rayuan Ciam Gwat yang memang sangat cantik jelita. "Ting ting ting tingg !” terdengar bunyi kelintingan dan tersadarlah Shin Kai Lolo ketika mendengarkan bunyi kelintingan mas (Kim-leng) yang digerakgerakan oleh Kiam Ciu.

Nenek itu memandang kearah Tong Kiam Ciu. Ketika pandangan mata nenek dan Kiam Ciu saling bertemu maka nenek itu menyeringai. Begitu pula Kiam Ciu maklum dengan seringai nenek itu.

Orang-orang Ouw-ki-pang telah mengambil jenazah Ho Beng dan dirawatnya dengan baik-baik. Walaupun dia pada masa hidupnya adalah seorang pengkhianat, namun orang yang sudah mati tidaklah pantas kalau didiamkan terlantar. Begitu juga jenazah-jenazah yang berada ditempat bekas pertempuran itu telah mendapat perawatan secukupnya.

Kiam Ciu berlutut didekat jenazah Cit Sio Wie sampai beberapa saat lamanya pendekar muda yang berjiwa luhur dan gagah perkasa itu berlutut serta merenungi keadaan Cit Sio Wie.

Hati Kiam Ciu sangat mengenas dan pedih sekali menyaksikan keadaan orang yang pernah banyak memberikan pertolongan serta pernah mencurahkan kasih sayang kepadanya itu kini ternyata telah meninggal dan semua kecantikan dan ilmunya telah lenyap kalau manusia telah mengalami kematian itu.

Didekat Kiam Ciu tampak sebuah bayangan dan angin sejuk berhembus serta terciumlah bau harum yang sangat halus dan nyamnan sekali.

"Koko..” terdengar bisik seorang gadis didekat telinga kanan Kiam Ciu. Hati pemuda itu tercekat dan berdebar keras jantungnya.

Ketika Kiam Ciu memutar wajahnya dan dipandanginya ujung sepatu orang yang berdiri didekatnya, merayaplah pandangannya itu sedikit demi sedikit keatas. Tampaklah gadis jelita tersenyum dan mengulurkan tangan kearah Kiam Ciu. "Ciu Koko, janganlah kau hanyutkan terlalu dalam kepedihan hatimu karena kematiannya” bisik gadis itu yang tiada lain adalah Ji Tong Bwee. Suara gadis itu sangat merdu dan meresap sekali dihati Kiam Ciu.

Maka dengan perlahan-lahan Kiam Ciu telah berdiri dan disambutnya uluran tangan Ji Tong Bwee. Kemudian keduanya saling berpandangan dan dari sudut mata gadis jelita itu telah meleleh air-mata dan tidak tahan lagi tubuhnya telah menubruk jatuh kepelukan Kiam Ciu.

"Bwee moay.. .” hanya itu kata-kata yang keluar dari mulut Kiam Ciu, selanjutnya tangan pemuda itu telah mengelus rambut Ji Tong Bwee dengan kemesraan. Ketika itu tampak pula Shin-ciu-sam-kiat ialah Ji Han Su, Pek Giok Bwee dan Siauw Liang. Maka Kiam Ciu lalu melepaskan pelukannya dan menjura dihadapan ketiga oraug tuanya itu. Ketiga orang pengasuhnya itu dengan rasa hormat dan terharu. Semua yang berada ditempat itu merasa terharu pula menyaksikan pertemuan mereka. Angin semilir berhembus dan beberapa ekor burung hong jantan telah terbang melintasi, sekali kulumnya yang panjang menjurai bagai kan selendang sutera dewata.

"Kapan kita diundang untuk meresmikan perjodohan Giok-ciang-cui-kiam dengan Ji Tong Bwee?” berseru Shin Kai Lolo sambil tertawa dan nenek itulah yang mulai menggembor-gemborkan Kiam Ciu dengan gelarnya sebagai Giokciang-cu-kiam.

Mendengar perkataan Shin Kai Lolo itu maka tampaklah Tong Bwee sangat malu dan wajahnya tampak merah sampai keteiinga.

Walaupun sebenarnya hati kedua muda-mudi itu merasa senang. Namun mereka merasa malu. Tahu-tahu Teng Siok Soat telah melesat pergi dari tempat itu. Shin Kai Lolo memaklumi sikap murid tunggalnya itu. Maka segeralah nenek itu menjura dihadapan Shin-ciu-sam-kiat untuk minta diri.

"Maafkan kelakuan muridku yang tidak sopan itu. Aku menunggu undangannya dan kini ijinkanlah aku orang tua untuk menyusul muridku” berkata nenek itu sambil membongkok hormat.

Tampaklah Ji Han Su tersenyum dan mengangkat tangan kanannya.

Sikapnya begitu agung dan sopan. Setelah memberikan hormat kepada nenek itu maka berkatalah Ji Han Su.

"Baiklah dan terima kasih atas bantuan Shin Kai Lolo cianpwee yang telah banyak diberikan kepada anakku Kiam Ciu, hingga dia dapat berhasil tugasnya !” jawab Ji Han Su dengan kata-kata sopan dan sikap sangat menghormat.

Setelah Ji Han Su mengutarakan maksudnya untuk membicarakan dulu tentang perjodohan Kiam Ciu dan Ji Tong Bwee maka sambil menunggu kepastian dan hari baik, mereka diundang untuk berkunjung ketelaga Cui-ouw bertamasya dan bergembira.

Ternyata Shin-ciu-sam-kiat adalah tokoh yang dihormati dikalangan Kangouw. Apalagi dengan munculnya Kiam Ciu dikalangan Kang-ouw yang ternyata pemuda itu bukan saja berilmu lihay, tetapi berhati arif dan bijaksana serta budiman. Maka undangan untuk mengunjungi tempat tinggal Shin-ciu-sam-kiat itu diterima oleh segenap orang gagah yang berada ditempat itu.

Juga termasuk si pendekar wanita berpakaian serba hijau atau Ceng-hi Sioli.

Angin sejuk berhembus dengan halus. Terasalah hawa yang sangat nyaman dan sangat berkesan. Pada saat itu semua orang gagah telah pada pergi menuju ke telaga Cui-ouw. Ji Tong Bwee tersenyum menyaksikan keindahan alam dihadapannya itu.

Hatinya terasa tenteram karena kekasihnya kini telah berada disampingnya.

Maka gadis jelita itu menempelkan bahunya kebahu Kiam Ciu. Masa depan mereka berada diujung senja itu. Air telaga bening dan bayangan langit merah jingga, angin berhembus halus dan sejuk. Tenteramlah hati mereka penuh bahagia.

TAMAT

Posting Komentar