Kiam Ciu terdorong sedikit kebelakang dan dengan mencondongkan tubuhnya kedepan maka pemuda itu dapat bertahan.
Sesaat lamanya mereka mengadu sinkang. Kiam Ciu tampak mandi keringat karena mengerahkan Bo-kit-sin-kong untuk mengatasi ilmu Kie-kang Ciam Gwat yang memang sangat lihay itu.
Mereka yang menyaksikan hal itu menahan napas. Lebih-lebih Teng Siok Soat murid Shin Kai Lolo. gadis itu kalau tidak ditahan oleh subonya pastilah telah melesat kegelanggang untuk membantu Kiam Ciu. Karena Siok Soat dengan diam-diam telah menaruh hati kepada pemuda perkasa dan budiman itu. "Siok Soat tenangkan pikiranmu” bisik Shin Kai Lolo ke telinga gadis anginanginan itu.
"Subo” bisik gadis itu dan wajahnya bersemu merah jambu. Sesaat Siok Soat memandang wajah subonya. Tampaklah nenek itu tersenyum dan mengisyaratkan kepada muridnya itu untuk memperhatikan jalannya pertempuran. Mereka yang berada ditempat itu terpesona menyaksikan kehebatan Kiam Ciu. Seolah-olah mereka sedang menyaksikan suatu pertandingan yang menentukan masa depan kalangan Kang-ouw didaerah bagian pertengahan.
"Haya!” terdengar suara terluncur dari mulut Ciam Gwat.
Tampaklah wanita itu telah terdorong dan Kiam Ciu telah menyiramkan pukulan jarak jauh dengan tapak tangannya kearah Kiam Gwat. Ternyata ilmu pukulan Kai-thian-pik-tee ajaran nenek lembah Si-kok itu dapat mengimbangi ilmu pukulan Ciam Gwat Hwe-sat-pik-tee. Seo!ah-olah kedua ilmu itu ada persamaannya. Hanya ilmu pukulan Hwe-sat-pik-tee terasa lebih ganas dan berhawa panas.
Namun Kai-thian-pik-tee mengutamakan hembusan angin besar dan tenaga sinkang yang besar. Pada intinya kedua ilmu pukulan itu sama-sama mempunyai jurus perkembangannya yang berlainan. Hanya pada intinya yang sama. Hebat keduaduanya. Namun Kiam Ciu ternyata dapat melebihi setingkat lebih tinggi dari ilmu sinkang Ciam Gwat. Karena Kiam Ciu telah memakan biji Leng-yok. Sehingga menambah kehebatan sin-kang maupun lwekang pemuda itu. Tenaga dalam yang luar biasa itu ternyata dapat mengatasi serangan tenaga memukul jantung yang disalurkan dalam mengadu sin-kang lewat kepalan tinju dengan ilmu Hwesat-pik-tee.
Kiam Ciu lelah mengirimkan sekali lagi hantaman mautnya kearah Ciam Gwat yang ternyata merasa agak keripuhan juga. Dia telah meloncat kesana kemari. Sebenarnya bukanlah karena dia menghindari serangan lawannya Tetapi dia mencari kelemahan jurus-jurus permainan ilmu silat Kiam Ciu.
Sampai sepuluh jurus Ciam Gwat bertempur dengan Kiam Ciu. Noda darah dipunggung pemuda itu tadi telah terobek oleh pedang Oey Liong Kiam yang dilancarkan oleh Kwi Ong. Maka kini tampaklah merah membasahi jubahnya dibagian punggung yang terobek memanjang.
Rupa-rupanya karena terlalu banyak darah yang mengalir itu, mata Kiam Ciu menjadi berkunang-kunang. Tubuh Ciam Gwat didepannya itu tampak bergoyang-goyang dan kabur tampaknya. Kiam Ciu merasa kecewa dengan keadaan tubuhnya itu. Tetapi pemuda itu telah bertekad untuk membinasakan musuh besarnya. "Kiam Ciu ! Kiam Ciu ! Kiam Ciu kuatkan ditimu, kerahkan semangatmu musuh besarmu berada dihadapanmu ! Tunaikan tugasmu dengan baik !” terdengarlah bisikan telinganya. Diam-diam Kiam Ciu terheran-heran mendapat bisikan halus ditelinganya itu. Padahal para pendekar berdiri mengelilingi tempat pertarungan itu berjarak cukup jauh. Tetapi ketika diingat-ingat suara itu, dia telah pernah mengenalnya. Dalam kesayup-sayupan daya pikir yang telah kabur dan kepala mulai berputar-putar rasanya Kiam Ciu mendengar bisikan itu lagi.
Tiba-tiba wajah Kiam Ciu yang telah menjadi pucat itu, kini tampak gembira.
Bahkan ketika Ciam Gwat meloncat menyerangnya dia telah mampu untuk memiringkan tubuh dan terhindar dari sasaran lawan.
Ciam Gwat melesat kebelakang Kiam Ciu. Dengan cepat wanita itu telah memutar tubuh dan dengan genggaman kepalan mautnya serta memasang kuda-kuda. Kiam Ciu memutar tubuh pula dan kini telah dapat menguasai diri lagi dan mengerahkan Bo-kit-sin-kong.
Mereka berdua telah berhadapan dan masing-masing telah pada puncaknya Ciam Gwat sudah tidak sabar lagi. Dia bertekad harus memusnahkan Tong Kiam Ciu. Karena dengan adanya Kiam Ciu selangit dan sebumi dengan dirinya maka selama itu hidupnya tidak akan merasa tenang. Hanyalah dua pilihan, binasa atau membinasakan itulah kesimpulan Ciam Gwat.
Tampaklah sinar mata Ciam Gwat menanar dan menyeramkan roman mukanya. Dengan gerakan yang sangat cepat dan pasti langkah-langkahnya mendesak Kiam Ciu. Dengan satu jeritan yang menyerupai auman harimau betina, maka melesatlah Ciam Gwat menerkam Kiam Ciu, Tetapi belum sampai tangan wanita itu menyentuh tubuh Kiam Ciu. Tiba-tiba terdengar suatu teriakan dan kelebatan tubuh seseorang didepannya. Ciam Gwat menahap serangannya karena khawatir mencelakai orang yang baru datang.
"Ibu tahan dulu!” terdengar seruan itu dan kelebatan tubuh .yang menghambur diantara Kiam Ciu dengan Ciam Gwat.
"Wus.” terdengar angin berhembus kesamping tubuh Kiam Ciu.
"Cit Sio Wie! Anak durhaka apa yang kau lakukan?” seru Ciam Gwat.
Walaupun suaranya melengking membentak dengan gusar, namun tandatanda bahwa wanita jelita itu menaruh kasih sayang dan selalu memanjakan kepada orang yang baru datang itu. Tiada lain kecuali Cit Sio Wie gadis cantik yang bernasib malang itu.
"Ibu, kau menyingkirlah dari tempat ini” seru Cit Sio Wie: "Anak durhaka! Apa maksudmu? Kau teruskan untuk berhubungan dengan pemuda laknat tak berguna itu?” bentak Ciam Gwat dengan suara serak dan sangat bergusar hati. "Ibu, pergilah! Pergilah dari tempat ini! Ibu aku minta seru Cit Sio Wie sambil memeluk kaki ibunya dan menggoncang-goncangkan.
Tetapi Ciatn Gwat tidak sabar lagi. Darah kemarahan telah bergolak dan menggelegak diseluruh tubuhnya. Pembuluh-pembuluh darahnya telah menjadi hangus dan tegang penuh amarah.
"Minggir anak durhaka !” seru Ciam Gwat dan menggerakkan kakinya maka terlemparlah Cit Sio Wie melesat beberapa tombak kesamping.
Orang-orang yang menyaksikan drama itu merasa bergidik dan bingung.
Karena mereka tidak mengetahui latar belakang kejadian ditempat itu. Begitu tampak kejamnya Ciam Gwat kepada anaknya sendiri yang mereka ketahui bahwa gadis itu adalah yang terkenal dengan nama panggilan Cit Siocia. Gadis cantik jelita yang selalu mengendarai kereta indah dan bertamasya.
Begitu selesai melempar putrinya maka Ciam Gwat lalu memasang kudakuda kan mengerahkan sinkang kemudian bergerak dengan jurus Hwe-sat-piktee dan tampaklah tubuhnya melesat kearah Kiam Ciu.
Namun bersamaan dengan itu pula tampaklah tubuh Cit Sio Wie telah melesat diantara Kiam Ciu dan Ciam Gwat.
"Bukk !” terdengar suara tinju menumbuk dada.
Tampaklah Cit Sio Wie telah terhantam oleh pukulan maut ibunya sendiri.
Dadanya hancur dan tangan wanita jelita itu melesak kedalam dada Cit Sio Wie sebatas pergelangan tangan dan darah menyembur ke baju dan wajah Ciam Gwat karena jantung Cit Sio Wie pecah.
Gadis itu tidak dapat menjerit lagi. Sekali hantam telah hancur dadanya dan langsung menuju kejalan maut. Ciam Gwat tidak dapat mengelakkan pukulannya lagi karena datangnya Cit Sio Wie tidak terduga dan dengan cepat sekali.
Semuanya terlanjur dan diluar perhitungannya Ciam Gwat tampak pucat wajahnya dan menubruk tubuh anaknya.
"Cit Sio Wie . . anakku, mengapa kau nekad anakku ? Untuk apa lagi aku harus hidup ini kalau kau tinggalkan . . . oh, Sio Wie . . . kau telah binasa ditanganku sendiri . . “ Ciam Gwat berbicara sambil memeluki tubuh dan wajah Cit Sio Wie yang telah tidak bernyawa lagi.
Seolah-olah untuk sementara dia telah melupakan permusuhannya dengan Tong Kiam Ciu. Semua pendekar dari kalangan Kang-ouw menyaksikan kejadian itu dengan hati penuh haru. Namun mereka tidak ada yang berbicara turut campur tangan dalam urusan itu. Mereka seolah-olah penonton yang sedang nonton lelakon sandiwara diatas pentas terbuka. Walaupun sebenarnya Tong Bwee merasa kurang pernah menyaksikan kejadian itu. Karena walaupun bagaimana dia pernah mendapat cinta kasih tulus dari Cit Sio Wie yang telah menganggapnya sebagai saudara kandung.
Namun Pek Giok Bwee memegangi tangan putrinya untuk tetap tenang menyaksikan perkembangan selanjutnya.
Tiba-tiba diantara kesunyian dan isak tangis Ciam Gwat itu, terdengar suatu bentakan nyaring dan tegas kearah Ciam Gwat, "Ciam Gwat! Kita masih ada urusan dan perhitungan!” seru Kiam Ciu dengan suara tegas dan lantang. Giam Gwat terkejut dan tersadar dengan keadaannya. Maka dengan sekali loncat dia telah berdiri dan menghadap kearah Kiam Ciu "Tong Kiam Ciu, kau tak perlu melawan aku lagi !” seru wanita itu dengan meloncat memutar tubuh dan menyambar pedang Kim-kong-sai-giok-kiam milik Cit Sio Wie yang terselip dipinggang mayat gadis itu. Begitu memutar tubuh dan tangan kanan tergenggam sebilah pedang milik Cit Sio Wie. Mengkilat dan tajam sekali tampaknya. Kiam Ciu dengan cepat pula telah mencabut pedang Oey Liong Kiam tampaklah sinar menyilaukan dan tajam berkilat-kilat diputar cepat sekali di tangan kanan Kiam Ciu. Pemuda itu bergerak secepat kilat dan secepat gerakan Ciam Gwat. "Crakk! Brukk !” terdengar suara bacokan keras dan terpenggallah kepala Ciam Gwat oleh pedang Oey Liong Kiam. Kemudian tubuh Ciam Gwat terjungkal ke tanah dengan kepala terputus. Darah menyembur dan berakhirlah riwayat iblis wanita yang selalu menghancurkan rumah tangga para pendekar muda yang masih hijau dalam lautan asmara.
Namuu ketika Kiam Ciu meneliti keadaan Ciam Gwat hatinya menjadi malu.
Kareda ternyata Ciam Gwat bukannya mempergunakan pedang Kim-kong-saigiok-kiam untuk menyerang Kiam Ciu, tetapi ternyata Ciam Gwat mempergunakan pedang itu untuk menikam perutnya sendiri. Semuanya berjalan dengan cepat dan tanpa terduga sebelumnya.
Belum lagi Kiam Ciu sempat mengurus jenasah Cit SioWie dan Ciam Gwat, tiba-tiba terdengar suara teriakan wanita lagi.
"Koko awas!” terdengar teriakan Tong Bwe.
Namun Kiam Ciu yang mendengarkan suara teriakan yang sudah sangat dikenalnya itu. Maka dia bukannya berwaspada tetapi memalingkan wajahnya memandang kearah datangnya suara itu.
Pada saat itu sebuah hantaman telah mengenai lambung Tong Kiam Ciu hingga pemuda itu terpental jatuh, menggelinding di tanah.
Orang yang menyerangnya itu adalah seorang laki-laki bertubuh gemuk pendek tiada lain adalah wakil Kwi Ong. Ialah Ho Beng bekas wakil ketua Ouw Hin Lee yang telah berkhianat karena inginkan kedudukan.
Ho Beng telah menjadi orang Kwi Ong dan telah diangkat sebagai wakilnya.
Maka ketika dia menyaksikan keadaan pemimpinnya telah binasa, tiadalah jalan lain baginya kecuali hanya untuk merebut pedang Oey Liong Kiam.
Begitu telah menghantam roboh Kiam Ciu maka segeralah dia melompat menyambar pedang Oey Liong Kiam.
Namun belum lagi tangannya menjamah hulu pedang pusaka Naga Kuning itu, Kiam Ciu dengan sebuah lompatan panjang dan cepat sekali dalam jurus Kai-thian-pik-tee menerkam lengan kanan Ho Beng yang terjulur akan meraih hulu pedang Oey Liong Kiam.