Warisan Jendral Gak Hui Chapter 67

NIC

Namun kebahagiaan itu ternyata tidak lama. Mulailah kebosanan wanita iblis itu timbul kembali. Dia telah berkenalan dengan seorang pendekar perkasa yang terkenal dengan gelar si Tinju besi bernama Tong Kim Seng ialah ayah Tong Kiam Ciu. Wanita itu terus menggoda Tong Kim Seng. Walaupun bagaimana hebatnya benteng pertahanan Tong Kim Seng namun akhirnya karena digoyahgoyah terus jebol juga.

Tong Kim Seng telah mulai berhubungan dengan wanita itu. Benar-benar wanita iblis itu telah dapat menguasai Tinju besi. Memang wanita itu mempunyai paras yang cantik dan potongan tubuhnya yang menggairahkan serta pandai merayu dan merangsang laki-laki.

Suatu hari, ketika mereka sedang berbuat maksiat dirumahnya sendiri maka datanglah suaminya hingga perbua.an mereka itu kepergokkan dan mereka tidak dapat berbuat apa-apa.

Dengan hati patah laki-laki itu mencabut pedangnya dan akan membunuh mereka. Namun dengan tangkas istrinya dapat menghalangi tindakan suaminya.

Tong Kim Seng meninggalkan tempat itu. Ketika itu suaminya sebenarnya masih sangat marah dan akan dibunuhnya wanita iblis itu, namun ketika suaminya memandang kecantikan wanita itu maka lemahlah jiwanya.

Kesadarannya telah timbul, ketika laki-laki itu berpikir lebih lanjut tentang istrinya yang berjiwa bejat dan cabul itu, maka akhirnya bertekad untuk meninggalkannya. Hatinya telah sadar dan menyesali atas perbuatannya itu. Dia mencari istrinya kemana-kemana, istrinya yang pertama yang telah melarikan diri karena merasa terhina dan patah hati. Laki-laki yang tersesat itu telah membalik kepuasan untuk meninggalkan si wanita iblis dan cabul itu dengan membiusnya terlebih dahulu. Ketika wanita cabul itu tertidur maka dikeningnya telah diguratkan satu tanda berbentuk bulan sabit, dengan ujung pedang yang tajam. Kemudian ditinggalkannya.

Dahi wanita cabul dan keji itu membekas luka membentuk bulan sabit.

Akhirnya karena rasa dendamnya itu dia bukannya menjadi baik bahkan meraja lela. Dikalangan Kang-ouw dia disebut Ciam Gwat.

Adapun wanita yang malang dan terpaksa harus mengalah dan menyingkir dengan menanggung derita itu adalah Shin Kai Lolo. Wanita yang semula cantik jelita dan pernah mendapat gelar Liong-hong-hiap-lu bersama suaminya.

Adapun laki-laki yang malang dan sadar setelah semuanya berantakan itu adalah Kim-leng-ji-su. Seperti juga laki-laki lainnya yang telah diganggu ketenteramannya oleh Ciam Gwat. Maka Tong Kim Seng begitu juga telah menjadi berantakan, Mulamula terjadi kehebohan didalam itu, kemudian terjadilah pembunuhan dan akhirnya sampai Tong Kim Seng Tinju Baja itu telah binasa dihadapan Pek-hisiu-si.

"Lalu Ciam Gwat itu sekarang berada di mana Locianpwee ?” tanya Tong Kiam Ciu mendesak. "Dengarkan baik-baik, Ciam Gwat itu tiada lain adalah Cit Cai Hui yang kini tinggal di desa Cit Wi” jawab Kim-leng-ji-su.

"Oh jadi . . . .” sambung Tong Kiam Ciu berubah pucat wajahnya.

"Jadi ?” seru Cit Sio Wie pura-pura menutup mulutnya dengan tapak tangan kanannya. "Ya dan aku dapat selamat dari siksaannya berkat kelinting emas ini. Tiaptiap Ciam Gwat melontarkan ilmu Pan-yok-sin-im maka kubunyikan keliting emas ini dan ilmu itu akan buyar sendiri ! kakek itu menjelaskan dan tampaknya sangat payah. Setelah menceritakan tentang riwayat Ciam Gwat dan seluk beluk tentang Tong Kiam Ciu dan Cit Sio Wie maka kakek itu tampak bertambah payah.

Nafasnya mulai tampak sangat sesak dan tubuhnya telah mandi keringat karena mengerahkan tenaga untuk menahan pergolakan didalam tubuhnya. Kemudian terdengar dia terbatuk dan menuntahkan darah segar.

"Tong Siauwhiap terimalah kelintingan pusaka ini” belum selesai dengan kata-katanya dia telah tampah gemetar dan wajahnya menjadi sangat pucat kemudian lunglai. Kim-leng-ji-su telah jatuh terjungkal dan menghembuskan nafas yang penghabisan. "Locianpwee! Locianpwee!” seru Tong Kiam Ciu seraya menubruk tubuh kakek itu. Ternyata telah menjadi kaku.

"Sudahlah Ciu Ko! Marilah kita kuburkan janazah Kim-leng-ji-su dan kita meneruskan perjalanan!” bisik Cit Sio Wie.

"Cit Sio Wie. kau telah mendengar sendiri kisah yang diturunkan oleh Kimleng-ji-su cianpwee. Ternyata musuh besar yang kucari-cari selama ini adalah ibumu sendiri. Maka sekarang lebih baik kita berpisah sampai disini saja,” seru Tong Kiam Ciu dengan suara hampa.

"Ciu Ko! Mengapa kaupun bertindak begitu kejam padaku? Aku rela hancur demi cintaku padamu. Apakah ada halangannya aku untuk mencintai orang yang ternyata orang itu adalah musuh besar dengan ibuku? Lagi pula apakah Koko lupa bahwa aku telah bersumpah memutuskan ikatan kekeluargaan dengan ibuku?” tanya Cit Sio Wie.

"Ya aku tahu Cit Sio Wie. Tetapi Ciam Gwat adalah ibu kandungmu, aku tidak percaya bahwa seorang anak yang telah dikandung dan telah dilahirkan oleh wanita itu akan tega menyaksikanrya ibunya dibunuh oleh seorang didepan matanya sendiri!” seru Tong Kiam Ciu tetap pada pendiriannya untuk berpisah dengan Cit Sio Wie. "Tidak! Aku tetap akau mengikuti Tong Kiam Ciu Siauwhiap. Biarlah aku kau anggap sebagai pembantu atau sahayamu, asal aku boleh selalu bersamamu!”

seru Cii Sio Wie tetap pa da pendiriannya.

"Tiadakah kau menyadari bahwa kelak kau akan menderita karena tiap kali kau ingit bahwa ibumu yang membunuhnya adalah aku. Maka Wie moay, sebaiknyalah kita berpisah saja sampai disini dan lupakanlah bahwa kita pernah bahagia karena cinta kasih kita” bujuk Tong Kiara Ciu.

"Oh, Ciu Ko, mengapa kau begitu tega menyiksa dan menghancurkan hatiku hingga berkeping-keping karena kata-katamu itu” rintih Cit Sio Wie sambil memeluk tubuh kekasihnya itu.

Benar-benar Cit Sio Wie telah bertekad untuk selalu bersama sehidup semati, senang dan derita sama-sama dihayatinya. Dia telah bertekad bulat untuk mengarungi bahtera yang cintanya penuh derita itu.

"Wie moay, walaupun cintaku juga sangat besar padamu, namun aku pantang untuk mengingkari semua sumpahku dan semua amanah suhuku. Aku tetap akan membalas sakit hati keluargaku. Aku harus membunuh Ciam Gwat untuk menenteramkan roh ibu, ayah dan saudara-saudaraku di akherat” sambung Kiam Ciu dengan suara tegas dan tandas.

"Ya aku tidak akan menghalang-halangimu untuk membalas dendam dan membunuh ibuku. Tetapi ajaklah aku serta selalu bersama mu Ciu Ko !”

"Bagaimana dapat terjadi Wie moay? Maapkanlah diriku dan aias segala perawatan serta pertolonganmu aku ucapkan terimakasih sebesar-besarnya Wie moay” seru Tong Kiam Ciu.

Posting Komentar