Tetapi saat itu yang merasa girang adalah Kun-si Mo-kun dan kawankawannya. Mereka gembira karena ternyata Tong Kiam Ciu dapat terluput lagi dari bencana. Sedangkan pedang Oey Liong Kiam juga telah terpegang kembali ditangan pemuda itu menurut perhitungan Kun-si Mo-kun. Tetapi lain halnya dengan Kwi Ong yang bergusar hati dan juga Liat Kiat Koan yang berwatak kejam juga merasa sangat penasaran.
"Sekarang apa yang akan kita perbuat !” seru Liat Kiat Koan.
"Kita cari saja dan kita bunuh mati beres !” seru Kwi Ong dengan berakhirnya kata-kata itu langsung dia meloncat meninggalkan pagoda.
Dibelakang menyusul pula Liat Kiat Koan dan beberapa orang lagi mengiringkan kepergian Kwi Ong. Namun Kun-si Mo-kun dan beberapa orang yang bersimpati terhadap Kiam Ciu telah membayangi mereka.
Kwi Ong yang hatinya terasa panas dan meluap-luap kemarahannya itu telah berjalan dengan cepat sekali. Dia telah bertekad untuk membinasakan Kiam Ciu bila dia bertemu dengan pemuda itu. Dimanapun pemuda itu berada akan selalu diubernya. Dengan kemarahan yang meluap-luap. Maka perjalanan itu dengan cepatnya telah menyusuri tepian telaga Ang-tok-ouw. Tiada seberapa lama dia telah menemukan sebuah mulut gua yang menghadap ke tepi telaga dikaki pegunungan. "Aneh sekali tempat ini ada guanya, baru sekali ini aku melihatnya. Ayohlah kita masuk memeriksanya” seru Kwi Ong kepada Liat Kiat Koan.
"Ya, suatu keanehan juga!” seru Kiat Koan dengan memandangi keadaan sekitar gua itu. Karena diapun juga baru kali ini melihat gua itu.
Maka mereka segeralah memasuki pintu gua itu. Dengan sangat berhati-hati dan penuh kewaspadaan mereka menyusuri lorong gua itu. Ternyata tidaklah begitu sulit dan seolah-olah suatu jalan yang halus dan tidak sukar. Kwi Ong dan Kiat Koan telah melihat sinar didepan mereka. Sinar yang terpancar dari sebuah lubang yang luas. "Itulah tembusan gua ini! "seru Kwi Ong sambil menunjuk kearah lubang yang kelihatan orang. "Mungkin! "sambung Kiat Koan meneruskan langkahnya.
Ternyata benar juga. Ketika mereka sampai didekat pintu gua itu mereka telah mendengar suara kicau burung dan melihat pepohonan yang rindang dan mereka terus berjalan mendekati lubang itu. Ketika sampai maka mereka telah dibuat keheranan. Ternyata didepan mereka adalah sebuah padang rumput hijau terbentang luas, hijau dan rapi sekali. Kemudian tampak berjajar-jajar pepohonan Liu yang sangat teratur. "Ayo kita memeriksa keadaan disekitar tempat ini !” seru Kwi Ong.
Adapun Kiat Koan hanya menurutkan saja ajakan Kwi Ong tanpa membantah lagi. Mereka beramai-ramai meninggalkan tempat itu menyebrangi padang rumput halus dan hijau itu. Tampaklah kemudian sebuah taman bunga yang sangat bagus dengan tanaman bunga-bunga yang beraneka warna. Ditengahtengah petamanan itu terlihat sebuah kolam ikan yang cukup luasnya, tampak diatas air kolam itu teratai yang sedang berbunga juga. Kwi Ong siraja iblis yang kasar dan keji itu sempat pula merasa kagum akan semua keindahan di tempat itu. "Lihat disana !” seru Kiat Koan kepada Kwi Ong.
Mereka semuauya melihat kearah dimana Kiat Koan menunjuk.
"Oh. sebuah bangunan rumah mungil dan bagus sekaii.. . “ bisik Kwi Ong seolah-olah kata-kata itu terucapkan tanpa sengaja.
Orang-orang yang mengikuti pada terpesona menyaksikan keadaan itu semua. Sungguh suatu tempat yang selamanya baru kali ini mereka lihat.
Tempat yang sangat aneh dan indah sekali.
"Tempat apakah ini ?” tanya Kwi Ong heran.
"Kukira kita telah sampai dikota Pek-seng yang hilang itu” jawab Kiat Koan sambil melihat-lihat keadaan sekitarnya.
"Hem” gumam Kwi Ong sambil mengangguk-anggukan kepalanya.
Adapun cucu Gan Hua Liong yang tinggal didalam bangunan gedung mungil dan indah itu ketika mendengar suara orang memasuki petamanan dan kegaduhan dia merasa girang. Dia menyangka bahwa Tong Kiam Ciu telah datang dan akan menolong dirinya. Maka terburu-buru gadis malang itu berlarilari gembira untuk menyambutnya.
Tetapi alangkah terkejutnya ketika dia baru saja sampai diluar ternyata orang yang mendatanginya begitu banyaknya, Gadis itu menahan langkahnya dan balik memasuki gedung lagi.
Kwi Ong dan Kiat Koan menyaksikannya. Mereka segera memburu kegedung itu. Tetapi mereka terlambat ketika tiba didalam gedung itu telah mencium bau kertas terbakar. Semula Kwi Ong dan Kiat Koan menganggap gadis itu membakar barang tidak berharga. Dengan terburu-buru mereka menghampiri gadis cantik itu dan menegurnya: "Apa yang sedang kau kerjakan disini ?'' tegur Kwi Ong kepada gadis itu dari arah belakang. Namun gadis itu masih terus merenungi seonggok debu bekas kertas yang terbakar. Tampaklah gadis itu begitu tenang dan seolah-olah telah mengerjakan sesuatu yang menggoncangkan batinya.
"Apakah yang telah kau bakar itu ?” ta nya Kwi Ong sekali lagi.
Tetapi gadis she-Gan itu dengan tiba-tiba memutar tubuh dan tampaklah wajahnya yang cantik telah berubah beringas serta matanya terbeliak mengerikan. "Hi-bi-hi-hik! Musnah sudah! Semuanya tidak akan mendapatkannya! Kuhancurkan, kulumatkan ha-ha-ha!” seru gadis itu dengan suara tertawa yang menyeramkan pendengararan.
"Hey gadis gila! Apa yang kau musnahkan?! "bentak Kwi Ong yang kini telah memegang kedua bahu gadis itu, menggoncang-goncangkannya dan menatap wajah gadis itu dengan mata melotot.
"Ha-ha-ha-ha-ha.” lihat puing-puing itu ! Kitab Pek-seng ki-su yang kalian cari” seru gadis itu dengan tertawa-tawa pula.
"Buk! "tedengar sebuah tumbukan.
Tanpa menjerit lagi, tubuh gadis itu telah jatuh lunglai dengan kepala pecah.
Kwi Ong menjadi sangat bergusar hati ketika mendapat keterangan gadis itu dia telah membakar kitab Pek-seng-ki-su. Kini harapan Kwi Ong telah patah. Untuk yang sekian kalinya dia telah dikecewakan. Pedang Oey Liong Kiam lenyap kini kitab Pek-seng-ki-su telah musnah pula.
Kemudian Kwi Ong memeriksa keadaan dalam rumah itu. Semua tempat diobrak-abriknya untuk mencari sesuatu yang mungkin berharga.
Tetapi di tempat itu dia tidak menemukan apa-apa. Jengkel hati Kwi Ong, Kiat Koan yang menyaksikan kekejaman Kwi Ong yang telah menghantam kepala gadis she-Gan yang tidak berdosa itu hingga kepala gadis itu pecah dan tanpa sempat menjerit lagi, hati Kiat Koan merasa ngeri juga.
Walaupun dia juga bersifat kejam tetapi tidak sekeji Kwi Ong itu.
"Aku harus mencari Tong Kiam Ciu, dia telah menipu kita! Bocah itu harus dibunuh!” gerutu Kwi Ong sambil melangkah meninggalkan gedung mungil dan kata-kata itu diucapkan ketika dia melewati samping Liat Kiat Koan.
Liat Kiat Koan yang masih terhenyak saking bingungnya menyaksikan sepak terjang Kwi Ong itu jadi seperti orang tidak sadar. Ketua partai persilatan Kongtong itu hanya menurutkan saja langkah Kwi Ong untuk meninggalkan gedung mungil dan membiarkan mayat gadis yang malang itu tetap menggeletak di tempat. Mereka beramai-ramai pula meninggalkan kota Pek-seng. Wajah Kwi Ong tampak lebih membara lagi. Dia tampak sangat gusar dengar peristiwa-peristiwa yang dialaminya. Dendamnya ditumpahkan kepada Tong Kiam Ciu seluruhnya, dia bertekad akan membinasakan pemuda itu. Dia akan merasa sangat puas kalau sudah berhasil membunuh Tong Kiam Ciu. Itu sumpahnya.
Kalau tadi Liat Kiat Koan telah berhasil menyaksikan keaslian sipat Kwi Ong membunuh orang yang sama sekali bukan lawannya seorang wanita lemah dan sama sekali tidak melawannya. Maka dapat dipastikan bahwa iblis itu dapat bertindak sewenang-wenang terhadap siapapun tanpa memandang bulu dan tidak mengingat perikemanusiaan.
Saat itu Tong Kiam Ciu yang telah mendapatkan tempat penginapan tiada jauh dari tepian telaga Ang-tok-ouw, karena memang disekitar tempat itu banyak dikunjungi para pelancong untuk menghirup udara sejuk serta menikmati keindahan telaga Ang-tok-ouw. Lebih-lebih pada musim semi yang semuanya tampak lebih indah. Bunga-bunga dan semian-semian daun yang sedang tunas. Indah dan harum baunya.
Setelah kamar untuk Tong Kiam Ciu disiapkan, maka pemuda itu segera akan istirahat membaringkan tubuhnya yang loyo diatas pembaringan. Tong Kiam Ciu telah memesankan kepada pengurus penginapan untuk menyediakan makanan didalam kamarnya karena Tong Kiam Ciu akan beristirahat dan untuk beberapa hari lamanya tidak keluar dari kamar.
"Kalau ada dua orang gadis mencariku, tunjukkanlah kamarku. Dia adalah saudariku.” pesan Tong Kiam Ciu kepada pengurus penginapan itu.
Pengurus penginapan itu menghormat dan tersenyum ketika Tong Kiam Ciu memberikan persen beberapa keping uang perak. Hingga berkali-kali pengurus itu membongkok-bongkok menghormat Tong Kiam Ciu.
Setelah itu pintu kamar segera ditutup. Kiam Ciu merebahkan tubuhnya dan memulai mengatur pernafasan dan mengalirkan rasa untuk memulihkan kembali saluran hawa murni dan peredaran darahnya.
Tetapi malangnya, tepat pada saat itu Kwi Ong dan Liat Kiat Koan telah mulai mencari Tong Kiam Ciu. Semua penginapan telah diperiksanya. Juga kini telah tiba gilirannya penginapan dimana Tong Kiam Ciu saat itu sedang istirahat.
Pengurus penginapan itu tidak dapat berkata apa-apa. Karena Kwi Ong memaksa untuk minta keterangan dengan kekasaran. Memang dia telah tahu kalau orang-orang yang baru datang itu mempunyai maksud kurang baik terhadap Tong Kiam Ciu. Namun dibawah ancaman keras dia terpaksa menerangkan kamar Tong Kiam Ciu.