dengan demikian kita semuanya dapat mendengarkan rahasia atau petunjuk dalam peta Pek-seng itu. Apakah ini tidak berarti adil menurut pendapatmu?”
kata kakek itu sambil mengelus janggotnya.
Kwi Ong membungkam, dia menundukan kepalanya memandang batu-batu yang berserakan di tempat itu. Semua mata orang-orang gagah memandang kearah Kwi Ong. "Lalu coba katakan jalan kedua!” seru Kwi Ong mendesak.
"Jalan kedua lebih mudah lagi,” seru Tay Jat Cin Jin, "kita telah tahu bahwa yang mengetahui rahasia membaca peta Pek-seng hanyalah Tong Kiam Ciu dan dia rela untuk mengajak kita ke kota Pek-seng serta menunjukkan letak atau tempat penyimpanan kitab pusaka Pek-seng-ki-su kepada kita sekalian. Nah, setelah kita mengetahui tempat bersembunyinya kitab Pek-seng-ki-su itu, kita mengadu kepandaian untuk memperebutkannya !” seru Tay Jat Cin Jin dengan mengakhiri kata-katanya itu dia diam-diam mngawasi reaksi dari orang-orang gagah yang berada di tempat itu.
Semua orang yang berada di tempat itu mengangguk-anggukan kepala.
Mereka menganggap keputusan itu memang sangat bikjaksana dan adil.
Jalan untuk menghindarkan pertumpahan darah seperti yang telah dikatakan oleh Tay Jat Cin Jin itu memang benar-benar sangat baik. Baik jalan pertama maupun jalan kedua adalah sangat baik.
Mereka mengharapkan Kwi Ong mengembalikan pedang Oey Liong Kiam kepada Tong Kiam Ciu. Kemudian pemuda itu segera membuka rahasia peta Pek-seng kepada mereka, menurut jalan pertama.
Kemudian Tay Jat Cin Jin berseru kepada Kwi Ong.
"Aku kira bagimu lebih baik mengembalikan pedang Oey Liong Kiam itu kepada Tong Kiam Ciu, bukankah kalau kau ternyata mendapatkan kitab Pekseng-ki-su maka kaupun berhak memegang pedang Oey Liong Kiam. Mengingat peratutan Bu-lim ta-hwee maka kau jangan merasa khawatir. Begitu pula kukira kau mempunyai kesempatan besar sekali, karena telah kusaksikan ternyata kau mempunyai ilmu silat yang tinggi.
Kwi Ong lama juga berpikir. Dia agak berotak bebal, walaupun dia adalah seorang yang berilmu tinggi, tetapi dalam hal pikir memikir sangat lemah.
Hingga beberapa saat lamanya dia berpikir. Semua orang menantikan keputusan Kwi Ong. Mereka memandang kearah ketua suku bangsa Biauw itu. Kemudian tampaklah Kwi Ong mengangkat wajahnya dan memandang kearah Tay Jat Cin Jin, dan dia tersenyum. "Aku memilih jalan kedua !” seru Kwi Ong.
Disitulah terlihat ketamakan Kwi Ong manusia yang berwatak sombong dan keji itu. Dia tidak memikirkan kepentingan orang lain, dia berpikir mengapa dia berlaku bodoh untuk mengembalikan pedang Oey Liong Kiam yang sudah jatuh ketangannya. Yang penting sekarang baginya, ialah untuk merebut kitab pusaka Pek-seng-ki-su ! Lalu dengan suara lantang Tay Jat Cin Jin berkata : "Aku kira kalian telah mendengar kita mengambil jalan kedua! Tong Kiam Ciu dapat berlalu dari tempat ini dan pergi menuju ketempat tersembunyinya kitab Pek-seng-ki-su ! Kita semuanya membayangi secara beramai-ramai untuk mengadu kepaudaian dan kecerdikan guna mendapatkan kitab Pek-seng-ki-su.
Nah berhubung semuanya kini telah beres, dan aku minta diri!” seru Tay Jat Cin Jin. Pegitu dia selesai dengan kata-kata itu. maka dia segera menyingkir dengan mengajak Ciok Hok Lo To. Tay Jat Cin Jin adalah seorang kakek yang lihay dan cerdas serta telah pernah menjagoi dunia persilatan pada masa lampau. Dia telah mendahului orang lain dalam memperebutkan kitab Pek-seng-ki-su. Kakek itu telah menggunakan caranya sendiri dalam usaha untuk mendapatkan kitab itu. Bukannya dia pergi sendiri untuk menemukan kitab Pek-seng-ki-su.
Setelah kepergiannya Tay Jat Cin Jin dan Cio Hok Lo To maka satu demi satu jago-jago silat itu meninggalkan tempat itu, Mereka akan mengikuti jejak Tong Kiam Ciu. Tetapi ada beberapa orang pula yang belum pergi dan masih menunggu keberangkatan Tong Kiam Ctu, Mereka itu adalah Kwi Ong, Tok Giam Lo, tampak pula Eng Ciok Taysu, Tie-Kiam suseng. Shin Kai Lolo, Teng Siok Soat, Siok siat Shin-ni dan Cheng-hi-sio-li.
Adapun Tong Kiam Ciu masih perlu menyembuhkan luka dalam yang dideritanya. Dia tetali masuk kembali kedalam pagoda untuk istirahat sambil memulihkan kembali semangat dan kesehatannya.
Setelah sampai didalam dan mulailah Kiam Ciu istirahat. Sambil berbaring pemuda itu mengerahkan ilmu Bo-ki-sin-kong untuk mengobati luka didalam tubuhnya yang telah terkena racun Tok Giam Lo.
Tampaklah keringat berbintik-bintik telah membasahi wajahnya. Tubuhnya bergetar dan terasa hawa hangat telah menjalar dari ujung-ujung jari bertemu didada kemudian bergolak dan seolah-olah mendesak dari jantung ke ujungujung jari jemarinya. Begitulah pergolakan hawa hangat yang telah mengusir peracunan dalam hawa murni ditubuh Tong Kiam Ciu.
Beberapa saat kemudian, didalam ruang gelap itu Tong Kiam Ciu telah terkenang kembali saat pertemuannya dengan Gan Hua Liong dan saat ketika kakek itu akan menghembuskan napasnya yang terakhir. Segala pesanpesannya untuk menolong cucunya yang tertawan dikota Pek-seng. Juga terkenanglah Kiam Ciu akan pertemuannya dengan cucu Gan Hoa Liong di kota Pek-seng. Pula teringat akan janjinya untuk menolong gadis malang itu. Karena teringat peristiwa-peristiwa itu, maka Kiam Ciu jadi kembali gelisah. Terasalah kembali darahnya bergolak dan hawa murai telah saling berdesakan di dalam tubuh pemuda itu. Tong Kiarn Ciu gelisah sekali, dia berusaha untuk mengatasinya. Setelah dirasakan keadaan pergolakan hawa murni dan tenaganya telah pulih sedikit dan menjadi agak tenang. Maka Kiam Ciu lalu mengeluarkan kertas peta Pek-seng. Di tempat yang gelap pekat itu dia yakin bahwa peta itu dapat dilihat. Ternyata benar juga, maka tampaklah guratan-guratan berwarna kebirubiruan seperti sinar kunang-kunang membentuk garis-garis gambar peta Pekseng. Kiam Ciu menelitinya. Tetapi sebenarnya hal itu bagi Kiam Ciu sudah tidak berarti, karena bukankah dia mempunyai gadis she Gan yang telah mengetahui letak penyimpanan kitab Pek-seng-ki-su ? Maka kini bagi Tong Kiam Ciu tinggal memikirkan bagaimana caranya untuk mengelabuhi orang itu agar tidak sampai mencelakakan gadis she Gan itu. Gadis yang malang dan terkurung dalam suatu tempat yang terbuka. Suatu keanehan, bahwa di tempat yang terbuka dan bebas kelihatannya itu ternyata gadis she Gan itu tidak mampu untuk pergi dan meninggalkan bangunan mungil dan indah dikota Pek-seng yang hilang itu.
Suatu perbuatan mantra tenung yang luar biasa hebatnya !!! Pada saat itu Kiam Ciu didalam pagoda seorang diri. Diluar telah menunggu banyak sekali pendekar silat yang kenamaan. Juga termasuk Kwi Ong dan Shin Kai Lolo. Persoalan utamanya ialah kitab Pek-seng-ki-su.
Adapun Ceng-hi Sio-li yang semula menaruh kebinasaan Tong Kiam Ciu ternyata kini telah mengubah sikap. Dia lama-lama telah mengenal sipat dan jiwa Tong Kiam Ciu. Mata tidaklah mengherankan kalau kini gadis pendekar wanita yang baju hijau itu menaruh rasa hormat dan simpati pada Kiam Ciu.
Bahkan kini dia bersedia untuk memberikan bantuan atau membela untuk kepentingan pemuda itu. Angin berhembus halus sejuk rasanya. Saat itu masih siang hari, namun didalam pagoda memang tampak gelap pekat. Tetapi kalau didalam pagoda itu telah beberapa saat lamanya, maka tampaklah keadaan dalam pagoda itu, Seolah-olah kita telah dibiasakan dan terbuka lensa kita untuk melihat dalam keadaan itu. Sesaat lamanya Kiam Ciu telah memeriksa peta Pek-seng itu. Kemudian terdengarlah sayup-sayup suara seruling menebus kesunyian dalam saat itu.
Seruling itu tertiup sangat halus dan mengalun iramanya menghanyutkan perasaan. Siapapun yang mendengarkan irama seruling itu badannya terasa sangat letih dan kemudian terasa mengantuk.
Gaib, gaib benar suara seruing itu. Siapapun ingin mendengarkan suara irama seruling yang menyayat hati itu, namun kalau mereka mendengarkan maka mereka itu merasa kepingin sekali untuk tidur.
Kemudian, setelah lewat lima menit lamanya semuanya tertidur. Baik Tong Kiam Ciu yang berada didalam pagoda maupun Kwi Ong diluar pagoda merasa sangat mengantuk dan akhirnya mereka tertidur.
Tay Jat Cin Jin dan Ciok Hok Lo To yang berada tidak jauh dari pagoda telah mendengar pula bunyi irama seruling itu. Mereka juga merasa sangat mengantuk dan akhirnya tertidur diatas tanah. Pokoknya siapapun yang mendengarkan suara seruling bambu itu akhirnya akan tertidur dengan perasaan tenang dan pulas sekali, hingga beberapa saat lamanya dalam keadaan terlena itu tiada mendengarkan suara apapun lagi.
Beberupa saat kemudian alunan seruling itu terhenti. Semua orang telah tertidur dalam keadaan tidak sadar, mereka tertidur sangat nyenyak sekali.
Tampaklah ditingkat bagian teratas dari pagoda itu seorang gadis bertubuh langsing menarik dan wajahnya sangat menarik sekali. Liuk tubuhnya mendatangkan rasa rindu dan birahi.
Siapakah gerangan gadis jelita yang meniupkan seruling penghanyut sukma itu ? Gadis jelita yang berilmu tinggi dan selalu mengendarai kereta indah dalam pengembaraannya di kalangan Kang-ouw. Gadis jelita yang selalu menjadi tekateki umum. Gadis jelita yang menguasai ilmu Pan-yok-shin-im dan menggegerkan dunia Kangouw !!!!! Tiada lain adalah Cit-siocia, gadis jelita yang telah jatuh cinta kepada Tong Kiam Ciu. Gadis yang telah berkorban karena cintanya kepada Tong Kiam Ciu.