Suling Emas Naga Siluman Chapter 24

NIC

"Apa maksudmu dengan menyebut-nyebut Pendekar Siluman Kecil tadi?"

"Aku tidak mengenalnya! Dia itulah yang menyombong, mengatakan bahwa di dunia ini Pendekar Siluman Kecil merupakan jagoan nomor satu! Panas perutku mendengarnya maka aku menantang Pendekar Siluman Kecil untuk diadu denganmu!"

Kam Hong memandang kepada Sim Hong Bu, pemuda cilik yang bermata tajam dan bertubuh kekar kuat itu. Melihat sinar mata yang demikian tajam penuh kejujuran dan keterbukaan, diam-diam Kam Hong merasa kagum dan suka.

"Saudara cilik, apakah engkau mengenal Pendekar Siluman Kecil?"

Sim Hong Bu mengangguk bangga.

"Dia adalah bintang penolong kami semua di daerah perbatasan Ho-nam."

Sim Tek yang maklum bahwa dia ber-hadapan dengan seorang pendekar besar, lalu melangkah maju dan memberi hormat.

"Harap Taihiap sudi memaafkan kami. Saya adalah Sim Tek dan ini keponakan saya Sim Hong Bu. Kalau dia memuji-muji Pendekar Siluman Kecil, bukan maksudnya untuk merendahkan Taihiap. Kalau tidak ada Taihiap datang menolong, tentu kami dan Nona cilik ini sudah mati di tangan mereka, oleh karena itu, terimalah hormat dan terima kasih kami, Taihiap."

Kam Hong menggerakkan tangan seperti menangkis sesuatu, seolah-olah pernyataan terima kasih orang membuat dia merasa terpukul dan tidak enak sekali,

"Sudahlah! Siauw Goat, mari kita memeriksa para piauwsu itu."

Mendengar ini, Siauw Goat teringat akan nasib para piauwsu, maka dia lalu mengangguk dan cepat Kam Hong menyambar dan memondongnya karena Siauw Goat sudah merasa lelah sekali dan sukar untuk menggerakkan tubuh saking lelah dan dingin dan juga laparnya. Dengan beberapa lompatan saja lenyaplah Kam Hong dari depan kedua orang pemburu itu yang memandang dengan melongo penuh kagum.

"Paman, dia itu lihai sekali. Entah siapa lebih lihai antara dia dan Pendekar Siluman Kecil."

Kata pula Sim Hong Bu penuh kagum. Pamannya menghela napas panjang.

"Hong Bu, lain kali harap jangan engkau lancang menyebutkan nama Pendekar Siluman Kecil. Untung bahwa pendekar sastrawan itu agaknya mengenal baik Pendekar Siluman Kecil. Kalau kita bertemu dengan seorang di antara musuh-musuhnya, tentu kita akan mendapatkan kesusahan."

Akan tetapi Hong Bu yang selalu merasa kagum kepada orang-orang yang berilmu tinggi, seperti tidak mendengar teguran pamannya, dan dia berkata dengan pandang mata melamun,

"Sayang kita tidak mengetahui nama dan julukannya."

"Melihat senjata suling yang luar biasa itu, sepatutnya dia dikenal dengan julukan Suling Emas. Buktinya wanita-wanita lihai itu pun terkejut melihat suling emas dari tangannya, sungguhpun kipasnya itu juga luar biasa sekali. Sudahlah, mari kita pergi dari tempat berbahaya ini. Kita pergi untuk menyelidiki tentang Yeti, bukan untuk mencari permusuhan dengan siapa pun."

Keduanya lalu pergi, melangkah lebar-lebar dan meninggalkan tapak kaki di atas tanah yang tertutup salju tebal. Sementara itu, Siauw Goat berdiri memandang dengan wajah pucat kepada mayat-mayat yang berserakan di tempat itu. Mayat-mayat para piauwsu. Akan tetapi dia dan Kam Hong tidak dapat menemukan mayat Lauw Sek sehingga mereka merasa heran sekali.

"Ke mana perginya Lauw-pek?"

Siauw Goat bertanya dengan suara khawatir.

"Aneh sekali.... tak mungkin dia dapat terhindar dari tangan maut iblis-iblis betina itu. Akan tetapi, jelas dia tidak terdapat di antara mayat-mayat ini. Biar kukubur mereka ini...."

Kam Hong lalu menggali lubang dan mengubur semua mayat itu dalam beberapa buah lubang yang dibuatnya di tempat itu. Setelah selesai, hari pun sudah menjelang senja dan dia mengajak Siauw Goat pergi dari situ.

"Ke mana kita hendak pergi, Paman Kam?"

"Hemm, aku sendiri tidak tahu. Aku pergi tanpa tujuan tertentu dan engkau.... ke manakah rombongan piauwsu itu hendak membawamu?"

"Menurut kata Lauw-pek, aku akan diantarkannya ke puncak Ginung Kongmaa La...."

"Hemm, ada keperluan apa pergi ke gunung itu?"

Gadis cilik itu memandang tajam, lalu menarik napas panjang.

"Lauw-pek tadinya memesan kepadaku agar tidak membicarakan hal ini kepada siapapun juga, akan tetapi aku percaya kepadamu, Paman. Aku hendak diajaknya ke sana untuk mencari orang tuaku, sesuai dengan pesanan mendiang Kong-kong kepada Lauw-piauwsu."

Diam-diam Kam Hong terkejut. Sungguh mengherankan mendengar bahwa orang tua gadis cilik ini berada di tempat seperti itu, di sebuah gunung yang amat sunyi dan berbahaya! Dan sikap mendiang Kakek Kun sungguh penuh rahasia.

"Siapakah nama orang tuamu, Siauw Goat?"

Kembali sepasang mata yang bening itu menatap tajam, seperti orang yang meragu, akan tetapi akhirnya dia menjawab juga.

"Engkau sudah menceritakan nama dan rahasiamu kepadaku, Paman, biarlah aku menceritakan rahasiaku juga. Akan tetapi yang kuketahui hanya sedikit. Agaknya Lauw-piauwsu lebih tahu dari pada aku karena dialah yang menerima pesanan terakhir dari mendiang Kakekku. Semenjak aku dapat ingat, aku sudah hidup bersama Kong-kong, aku tidak ingat lagi bagaimana rupanya Ayah Bundaku. Kong-kong dan aku hidup di sebuah dusun kecil di Pegunungan Kao-li-kung-san sebagai petani. Kong-kong melatih ilmu baca tulis dan silat kepadaku. Pada suatu hari, datang dua orang kakek aneh yang kemudian berkelahi dengan kong-kong. Kong-kong berhasil mengusir mereka, akan tetapi ternyata Kong-kong menderita luka dalam yang hebat. Dengan tergesa-gesa Kong-kong pada hari itu juga mengajakku pergi, katanya hendak mencari orang tuaku di Gunung Kongmaa La di daerah Himalaya Aku tahu bahwa dia masih menderita luka hebat dan akhirnya...."

Gadis cilik itu berhenti, menunduk dan mengerutkan alisnya. Dua butir air mata berlinang turun, akan tetapi dia tidak terisak atau menangis sama sekali. Kam Hong juga mengerti, maka dia tidak mau bertanya lagi tentang kakek itu.

"Jangan khawatir, Siauw Goat. Karena engkau sekarang sebatang kara, juga aku melakukan perjalanan sendirian saja, biarlah aku yang menggantikan Lauw-piauwsu mengantarmu sampai di Kongmaa La mencari orang tuamu. Akan tetapi siapakah nama orang tuamu?"

Gadis cilik itu menggeleng kepala.

"Kong-kong tidak memberitahukan kepadaku. Kalau aku mendesaknya, dia hanya bilang bahwa kalau aku sudah bertemu dengan mereka aku akan mengerti dan mendengar semua itu. Aku hanya tahu bahwa Ayahku seorang she Bu...."

Gadis cilik itu memejamkan mata dan nampak berduka karena betapapun juga hatinya merasa perih bahwa dia tidak mengenal orang tuanya, baik nama lengkapnya maupun wajahnya.

"Hemm, kalau begitu engkau she Bu?"

"Ya, namaku sebenarnya adalah Bu Ci Sian! Aku disebut Goat oleh Kong-kong hanya untuk menggunakan nama sebutan palsu saja, kata Kong-kong wajahku mengingatkan dia akan bulan purnama, maka aku disebutnya Goat (Bulan)...."

"Ah, Kong-kongmu sungguh seorang yang amat aneh, dan engkau.... memang wajahmu seperti bulan purnama.... akan tetapi Kakekmu menyebut dirinya Kakek Kun, siapakah namanya yang lengkap?"

"Namanya.... biarlah kulanggar pantangannya karena dia sudah meninggal adalah Bu Thai Kun...."

"Ahhh! Kau maksudkan Kiu-bwe Sin-eng (Garuda Sakti Ekor Sembilan) Bu Thai Kun?"

Kam Hong bertanya dengan kaget karena dia pernah mendengar nama besar ini yang pernah menggemparkan dunia selatan.

"Hemm, kau mengenal Kakekku!"

Siauw Goat atau lebih tepat mulai sekarang kita sebut nama aselinya saja, Ci Sian, berseru girang dan bangga.

"Hanya mengenal nama julukannya saja, pantas dia lihai."

"Ayahku lebih lihai! Begitu kata mendiang Kong-kong. Biarpun dia tidak memberitahukan kepadaku, akan tetapi melihat betapa Kong-kong terluka oleh dua orang kakek aneh itu lalu mengajakku mencari Ayah Ibu, tentu agaknya Kong-kong hendak minta orang tuaku turun tangan menghajar dua orang kakek aneh itu."

Posting Komentar