"Jangan kau kuatir, aku akan menasihatinya, kalau tidak terpaksa, aku takkan bertanding dengannya."
Kembali daun jendela diketuk dari luar.
"Kam Si Ek, aku Gam Sui Lok dari Cin-ling-san! Ada urusan diantara kita berdua yang harus diselesaikan sekarang juga. Apakah kau benar-benar tidak berani keluar?"
"Hemm, kautunggulah!"
Kam Si Ek lalu melepaskan isterinya, menyambar senjatanya dan membuka daun jendela, terus melompat keluar. Di pekarangan belakang rumah, tempat yang sunyi, di bawah sinar bulan purnama, ia melihat seorang laki-laki muda yang bertubuh tinggi besar dan bermuka hitam. Sinar mata orang itu muram, akan tetapi wajahnya membayangkan kegagahan dan kejujuran. Biarpun merasa tak senang melihat orang ini begitu tidak tahu aturan, namun sedikitnya Kam Si Ek kagum akan keberanian dan kejujurannya.
"Orang she Giam, baru saja isteriku bercerita tentang dirimu. Kau seorang laki-laki, bagaimana begini tak tahu aturan dan tak tahu malu? Dia sudah menjadi isteri orang, mengapa kau masih saja mengejar-ngejar? Apakah didunia ini hanya ada dia seorang wanita? Perbuatanmu datang malam ini, benar-benar merupakan penghinaan bagiku, akan tetapi mengingat bahwa kau bertindak karena kebodohanmu, aku mau maafkan dan harap kau segera pergi dari sini, jangan memperlihatkan diri lagi. Perkara ini habis sampai disini saja."
Giam Sui Lok mengertak gigi dan berkata, suaranya lantang penuh kegeraman hati,
"Kam Si Ek, enak saja kau bicara! Semenjak kecil aku mengenal Bee Hwa, belasan tahun aku melihatnya, aku mimpikan dia, dan ayahnya menolak lamaranku karena aku seorang miskin dan bodoh! Karena itu aku sudah tak dapat hidup lagi kalau tidak dapat berjodoh dengan Ciu Bwee Hwa. Aku sudah bersumpah akan mati diujung senjata siapa yang menjadi suaminya, atau membunuh suami itu. Sekarang dia menjadi isterimu. Nah, mari kita selesaikan persoalan ini. Kau harus mati ditanganku atau aku yang akan mampus ditanganmu untuk mengakhiri penderitaan batin ini!"
Sambil berkata demikian, Giam Sui Lok mencabut goloknya! Kam Si Ek menjadi marah.
"Kau benar-benar seorang yang berwatak berandalan dan tidak menggunakan aturan."
"Tak perlu banyak cakap, pendeknya berani atau tidak kau mengakhiri urusan ini diujung senjata? Kalau tidak berani, sudahlah, sedikitnya aku tidak akan menderita lagi karena tahu bahwa ayah Bwee Hwa memilih kau bukan karena kau lebih gagah daripada aku, melainkan karena kau seorang panglima, biarpun hanya panglima pengecut."
"Tutup mulut! Lihat golokku siap menandingimu!"
Bentak Kam Si Ek yang juga sudah mencabut golok emasnya. Giam Sui Lok tertawa bergelak lalu menerjang maju dan terjadilah pertandingan hebat dan seru antara kedua orang itu. Pemuda tinggi besar bermuka hitam itu bertanding dengan nekat, goloknya menyambar-nyambar dengan amat cepat dan kuat agaknya bernafsu sekali untuk segera merobohkan lawan yang amat dibencinya karena telah mengawini wanita yang menjadi idaman hatinya!
Kalau saja ilmu silatnya agak lebih tinggi tingkatnya, agaknya Kam Si Ek akan repot menghadapi terjangan penuh nafsu dan nekat ini. Akan tetapi, ternyata tingkat kepandaian Giam Sui Lok tidaklah sehebat nafsunya, dan dibandingkan dengan Kam Si Ek ia kalah jauh. Dengan tenang sekali Kam Si Ek menggerakkan golok emasnya menangkis sampai belasan jurus, kemudian setelah ia melihat kelemahan lawan dan banyaknya kesempatan terbuka karena kenekatan itu, mulailah ia menerjang dan membalas. Akan tetapi Kam Si Ek tidak berniat membunuh lawannya yang sama sekali tidak mempunyai dosa terhadapnya itu, maka setelah melihat kesempatan baik, goloknya menyerempet pangkal lengan kanan lawannya. Giam Sui Lok mengeluh, pangkal lengannya luka dan goloknya terlepas dari pegangan. Ia tidak mengerang kesakitan, menahan rasa nyeri lalu berkata,
"Kau menang. Nah, lekas bacoklah leherku, aku tidak ingin hidup lagi!"
Kam Si Ek tersenyum dan menyimpan goloknya.
"Justeru aku hendak membiarkan kau hidup, sobat! Kau masih muda dan biarlah kau hidup lebih lama untuk menyesali perbuatanmu yang lancang ini. Kelak kau akan merasa malu sendiri akan sepak terjangmu yang bodoh ini. Nah, kau pergilah!"