Si Teratai Emas Chapter 60

NIC

"Akupun bermaksud baik, akan tetapi agaknya engkau tidak mengerti maksudku. Apakah engkau mengenal barang ini? Bahkan namamu terukir di sini. Apakah engkau dapat menyangkal bahwa engkau telah memberikan benda ini sebagai hadiah kepadaku untuk menyatakan cintamu, setelah engkau menyerahkan diri kepadaku? Kemudian engkau melupakan diriku, dan malah menikah dengan Li- Kongcu. Sudahlah, akupun tidak perduli, akan tetapi engkau harus mengembalikan milikku, yaitu peti- peti berharga yang kau bawa dari rumah Shi Men, karena semua itu sebetulnya adalah hak milikku yang datang dari mendiang Pamanku, Jenderal Yang."

Mong Yu Lok terkejut bukan main. Ia mengenal benda perhiasan bros itu. Ia kehilangan benda itu dan tak pernah dapat menemukannya kembali. Bagaimana kini dapat terjatuh ke tangan Ceng Ki? Iapun bukan seorang bodoh, sama sekali tidak, bahkan ia seorang wanita yang cerdik sekali. Seketika ia mengerti persoalannya. Perhiasan yang hilang itu ditemukan Ceng Ki dan kini dipergunakan oleh manusia jahat ini untuk memerasnya! Akan tetapi, iapun maklum akan bahaya besar yang mengancamnya, maka ia dapat menyembunyikan semua kemarahannya dan iapun tersenyum, melangkah maju dan dengan sikap ramah dan mesra ia memegang tangan Ceng Ki.

"Aih, jangan marah, sayang. Akupun tetap sama seperti dulu dan aku juga amat merindukanmu." Bukan main girangnya rasa hati, Chen Ceng Ki. Semua pria memang dapat menjadi lunak seperti malam hangat kalau wanita menghendakinya. Dirangkulnya Yu Lok dan diciuminya dengan mesra. Yu Lok tidak menolak, bahkan membalas ciuman itu dengan tak kalah mesranya.

"Katakanlah engkau cinta padaku, agar aku dapat percaya bahwa engkau bersungguh-sungguh" bisik Ceng Ki yang merasa diayun di antara awan.

"Ssttt, hati-hati kalau ada yang melihat dan mendengar kita" Yu Lok juga berbisik dan melepaskan rangkulan mereka, memandang ke kanan kiri.

"Dengarlah, sebuah kapal dengan muatan banyak kain sutera yang kubeli menungguku di Sungai Cing- kiang. Aku akan menunggumu di luar pintu gerbang malam ini. Engkau dapat menyamar sebagai penjaga pintu dan melarikan diri bersamaku."

"Aku akan melakukan semua permintaanmu. Akan tetapi lebih dulu aku harus dapat mengeluarkan barang-barang perhiasan yang amat banyak keluar dari rumah ini. Malam nanti, tepat tengah malam, engkau tunggulah di belakang tembok kebun rumah ini. Aku akan melemparkan bungkusan-bungkusan emas dan perak keluar tembok. Akan menarik perhatian kalau aku harus membawa semua barang itu keluar melalui pintu gerbang."

"Baik sekali!" kata Ceng Ki dengan girang. "Aku akan menunggumu dan memberi tanda batuk tiga kali di luar tembok."

Dia minum tiga cawan arak ketika Li-Kongcu memasuki ruangan dan diapun berpamit, diantar oieh Li- Kongcu sampai ke pintu gerbang. Chen Ceng Ki memang cerdik dan licik. Akan tetapi dia lupa akan satu hal. Andaikata Yu Lok menikah dengan seorang laki-laki yang tua dan lemah, yang sama sekali tidak menarik dan tidak memiliki kedudukan tinggi, mungkin siasatnya itu akan berhasil baik dan Yu Lok akan suka pergi minggat bersamanya dengan senang hati. Akan tetapi, Yu Lok menjadi isteri Li-Kongcu, seorang laki-laki yang tampan dan gagah, yang berkedudukan tinggi, putera wakil gubernur yang kaya raya. Oleh karena itu, tidak mungkin ia bersungguh-sungguh mau melarikan diri bersama Chen Ceng Ki yang sudah ia kenal baik bagaimana macam kelakuannya. Ketika Ceng Ki sudah pergi, Li-Kongcu yang sama sekali tidak menyangka buruk, bertanya kepada isterinya,

"Di mana menginapnya adikmu itu? Aku ingin sekali berkunjung padanya besok untuk membalas kebaikannya."

"Adik apa? Dia sama sekali bukan Mong Jui adikku, melainkan Chen Ceng Ki mantu dari mendiang Shi Men! Dan dia berani datang menggodaku, jahanam kurang ajar itu! Aku tadi tidak membuat ribut untuk menghindarkan aib, dan aku pura-pura menyetujui. Dia memang orang yang berhati busuk sekali, Aku menjanjikan untuk memberinya emas dan perak melalui tembok taman tengah malam ini, dan dia akan menunggu. Kita harus mengatur agar dia ditangkap sebagai pencuri dan mendapat hukuman agar di kemudiann hari tidak akan mengganggu kita lagi." Tentu saja. Li-Kongcu menjadi marah sekali.

"Jahanam busuk itu! Dia ingin meracuni pernikahan kita yang berbahagia? Dia harus membayar untuk itu Dan aku tidak memulainya, dia sendiri yang datang mencari penyakit." Tepat pada tengah malam, Chen Ceng Ki berdiri di luar tembok dan dia memberi isarat dengan batuk tiga kali. Dari balik tembok, Mong Yu Lok menjawabnya dengan lirih. Tak lama kemudian, sehelai tali turun dari atas tembok ke depan kaki Ceng Ki dan di ujung tali ini terdapat sebuah buntalan besar yang terisi dua ratus ons perak. Uang ini diambil dari gudang harta yang lebih dulu pintunya telah dirusak sehingga agaknya seolah-olah ada pencuri masuk ke situ mengambil uang. Chen Ceng Ki membuka bungkusan itu dan memeriksa isinya, dibantu oleh pelayannya, Cen An. tiba-tiba dari dalam gelap muncul empat orang laki-laki menyerang dan memukul mereka dengan tongkat sambil berteriak-teriak,

"Pencuri-Pencuri...!" Sebelum Ceng Ki dan pelayannya dapat menyadari apa yang terjadi, mereka telah dibelenggu dan ditangkap, lalu digiring dan di masukan kedalam tahanan di mana Chen Ceng Ki termenung dengan gelisah memikirkan peristiwa yang sama sekali tak pernah diduga-duganya itu. Pada keesokan harinya, Li-Taijin sendiri yang memeriksa pesakitan itu. Dia sama sekali tidak pernah menyangka bahwa peristiwa pencurian itu diatur oleh puteranya dan mantunya.

"Semalam, dua orang pencuri ini memasuki gudang harta dan mencuri dua ratus ons perak. Mereka ditangkap pada saat mereka hendak melarikan diri melalui tembok kebun. Mereka harus dihukum seberatnya," demikian Li-Taijin berkata kepada hakim yang mengadili perkara itu. Hakim minta kepada dua orang tertuduh untuk mendekat dan dia merasa heran melihat Chen Ceng Ki yang sikapnya seperti seorang keturunan bangsawan, terpelajar dan bukan seperti seorang pencuri.

"Bagaimana engkau dapat memasuki gudang harta dan melakukan pencurian?" dia bertanya, heran. Tentu saja Chen Ceng Ki tidak mampu menjawab. Dia hanya berlutut dan berkali-kali bersoja-sambil berkata,

"Saya tidak bersalah!" Li-Taijin berbisik kepada hakim itu.

"Pemeriksaan kukira tidak perlu dilakukan lagi. Bagaimanapun juga, mereka berdua ini ditangkap basah. Dua ratus ons perak yang ada pada mereka merupakan bukti yang kuat. Dan pintu gudang harta juga dirusak oleh mereka. Mereka harus diberi hukuman!" Hakim mengangguk dan memerintahkan petugas untuk menghukum mereka dengan dua puluh kali cambukan. Chen Ceng Ki berteriak-teriak kesakitan.

"Aduh... aduhhh saya tidak bersalah wanita itu yang menjebakku..." Ucapan ini dapat ditangkap oleh pendengaran hakim. Setelah sepuluh kali dicambuk, dia memerintahkan petugas untuk menghentikannya. Dia adalah seorang hakim yang bijaksana, dan dia menduga bahwa tentu terjadi hal yang aneh di balik peristiwa pencurian ini. Dia mengambil keputusan untuk melakukan penyelidikan untuk membongkar rahasia itu.

“Bawa mereka pergi. Pemeriksaan akan dilanjutkan besok pagi," katanya. "Kenapa masih harus dipertimbangkan?" bisik Li-Taijin.

"Mereka akan mencari akal untuk melakukan kebohongan-kebohongan kalau diberi waktu sehari untuk berpikir."

"Saya mempunyai alasan-alasan saya," kata hakim dengan tegas. Malam harinya, hakim yang cerdik itu lalu menyuruh seorang mata-matanya, menyamar sebagai , orang tahanan, untuk menyelidiki rahasia itu dari dua orang pencuri itu. Mata-mata itu berada dalam satu sel dengan Chen Ceng Ki dan kacungnya, dan dia berkata sambil lalu,

"Eh, orang muda. Engkau agaknya bukan orang yang pantas berada di tempat ini. Apakah engkau masuk ke sini karena suatu kesalahan pengertian?," Karena yang bertanya adalah seorang tahanan pula, Chen Ceng Ki mencurahkan isi hatinya yang penuh penasaran.

"Aku sendiri tidak mengerti bagaimana bisa sampai terjadi aku ditahan sebagai pencuri. Aku adalah mantu dari mendiang Shi Men, hakim distrik Ceng-Ho-Sian, yang mempunyai hubungan cinta dengan seorang wanita she Mong yang kini menjadi isteri Li-Kongcu. Ketika menikah, ia membawa sepuluh peti terisi barang-barang peninggalan dari Pamanku, mendiang Jenderal Yang, yang menjadi hakku. Aku datang untuk minta barang-barang itu darinya. Akan tetapi ia bersekongkol dengan suaminya, mempermainkan aku dan menuduh aku sebagai pencuri dua ratus ons perak." Ketika pada keesokan harinya diadakan pengadilan lagi, dalam persidangan itu, dengan suara nyaring hakim mengumumkan bahwa Chen Ceng Ki dan kacungnya dibebaskan dan tuduhan itu dicabut.

"Tapi kenapa?" tanya Li-Taijin. "Kesalahan mereka sudah terbukti!" Dengan sikap angkuh, yakin akan kekuasaannya sebagai hakim, hakim itu di depan para petugas di kantor itu lalu berkata,

"Kami diangkat menjadi hakim bukan untuk menindas yang lemah dan membela yang berkedudukan atau yang kaya. Pemuda itu datang untuk menuntut haknya, minta kembali barang-barangnya peninggalan mendiang Jenderal Yang dari mantumu, akan tetapi dia malah dituduh sebagai pencuri. Sungguh perbuatan itu tidak patut dilakukan oleh keluarga pejabat pemerintah yang seharusnya bertindak adil." Li-Taijin tentu saja merasa malu sekali dan wajahnya menjadi merah. Kemarahan ini ditumpahkan ketika dia tiba di rumahnya.

"Sungguh kurang ajar sekali anak kita itu!" teriaknya kepada isterinya.

"Karena ulahnya maka aku mendapat penghinaan dan menerima tamparan keras sehingga menderita malu besar di depan banyak pejabat." Dia lalu memanggil puteranya, menyuruh orangnya memberi hukuman tiga puluh kali cambukan dan membelenggunya, menahannya dalam sebuah kamar kosong, di mana dia akan dibiarkan mati kelaparan. Dan mantunya akan diusir dengan tidak hormat dari rumah itu. Akan tetapi isterinya membujuk dan memohon pengampunan kepadanya sehingga akhirnya Li-Taijin hanya menyuruh mereka berdua pergi meninggalkan rumah, dalam waktu tiga hari. Sementara itu, Chen Ceng Ki yang masih merasa nyeri tubuhnya akibat pencambukan di pengadilan, kembali ke kapal yang memuat barangnya dan dijaga oleh Yang. Uangnya sudah habis dan diapun pergi ke rumah penginapan di mana Yang tinggal ketika dia meninggalkannya. Akan tetapi pembantunya itu tidak ada lagi di situ.

Posting Komentar