Si Tangan Sakti Chapter 13

NIC

Setelah beberapa lama getaran tenaga ibu dan anak ini menyusup ke dalam tubuh Suma Lian melalui punggungnya, Sian Li berbisik lirih.

"Bibi, gerakkan kedua lenganmu melakukan jurus Sepasang Tangan Menyangga Langit, kerahkan te-naga sin-kang keluar melalui telapak kedua tangan Bibi." Suma Lian yang merasa betapa hawa yang hangat dan kuat memasuki tubuhnya melalui punggung, segera mengikuti petunjuk Sian Li.

Ia menggerakkan kedua lengannya dan mendorong ke atas dengan kedua telapak tangan terbuka.

Ada angin pukulan yang keluar dari kedua telapak tangannya.

Sampai tiga kali, atas anjuran Sian Li, ia melakukan gerakan itu dan Sian Li menghentikan penyaluran tenaga-nya, minta ibunya melepaskan tangan-nya pula.

Ketika Kao Hong Li memandang ke arah wajah Suma Lian, ia girang sekali melihat wajah itu tidak lagi pucat ke-hijauan, melainkan sudah kembali ke-merahan.

Akan tetapi sepasang alis Suma Lian berkerut karena sekarang ia me-rasakan sedikit kenyerian pada dadanya.

Ketika ia memberitahukan ini kepada Sian Li, gadis itu tersenyum.

"Itulah bekas pengaruh hawa beracun, Bibi.

Akan tetapi sekarang hawa beracun itu sudah keluar dan bahaya sudah lewat.

Kalau Bibi menelan tiga butir pil ini, tentu rasa nyeri itu akan lenyap." Sian Li mengeluarkan sebuah botol dan meng-ambil tiga butir pil dari dalam botol, menyerahkannya kepada Suma Lian yang tanpa ragu segera menelannya.

"Hebat, obatmu manjur sekali, Sian Li." katanya tak lama kemudian sambil merangkul Sian Li.

"Mari kita keluar, mereka semua tentu sedang menanti dengan khawatir, Bibi." kata Sian Li.

Semua orang bergembira melihat Su-ma Lian keluar dari kamar dalam keada-an sehat dan sudah sembuh.

Mereka me-muji ilmu pengobatan Sian Li yang man-jur.

Sebetulnya, hampir semua di antara mereka akan mampu menyembuhkan Su-ma Lian yang tidak terluka parah.

Akan tetapi cara yang mereka pergunakan hanya cara seorang ahli silat, bukan cara seorang ahli pengobatan seperti Sian Li.

Cara seorang ahli silat dapat dikata hanya ngawur, mengandalkan kekuatan sin-kang untuk mengusir racun dalam tubuh orang yang terluka.

Hal ini bahkan kadang dapat membahayakan si penderita.

Pesta ulang tahun itu dilanjutkan, dan para tetangga yang menjadi tamu juga merasa lega bahwa gangguan rombongan gadis cantik tadi dapat diatasi.

Suasana menjadi gembira kembali.

Akan tetapi setelah pesta selesai dan para tamu me-ninggalkan tempat itu, keluarga itu sen-diri masih berkumpul dan mereka membicarakan gadis wakil Pao-beng-pai yang lihai tadi.

Mereka semua merasa heran dan pe-nasaran mengapa Pao-beng-pai, yang selama ini tidak pernah ada urusan de-ngan mereka, kini tiba-tiba memperlihat-kan sikap memusuhi mereka.

Melihat semua anggauta tiga keluarga besar merasa penasaran, Kao Cin Liong mengangkat kedua tangan minta agar mereka semua diam.

Kemudian dia ber-kata.

"Mungkin aku dapat menerangkan mengapa Pao-beng-pai bersikap seperti itu." Semua orang mendengarkan dengan penuh perhatian, dan Kao Cin Liong lalu menceritakan dugaannya.

"Sesuai dengan namanya, Pao-beng-pai (Partai Pendukung Terang) muncul setelah Kerajaan Beng jatuh dan kekuasaan diganti oleh Keraja-an Ceng, yaitu pemerintah yang sekarang.

Seperti yang kuketahui dan dengar, mula-mula Pao-beng-pai terdiri dari para pa-triot, orang-orang gagah yang tidak rela melihat tanah air dan bangsa dijajah oleh bangsa Mancu yang mendirikan Dinasti Ceng sekarang ini.

Mereka berjuang un-tuk mendirikan kembali Kerajaan Beng, dan berusaha untuk memberontak dan menjatuhkan pemerintah Ceng.

Pada mulanya, gerakan ini dipimpin oleh orang--oreng pandai, bekas keluarga kaisar Ke-rajaan Beng dan para pejabatnya.

Namun, berkali-kali gerakan itu gagal dan di-hancurkan oleh pasukan pemerintah Ceng yang jauh lebih kuat.

Akhirnya, tidak terdengar lagi gerakan Pao-beng-pai dan dianggap bahwa partai itu telah hancur dan telah mati." "Akan tetapi kenapa sekarang muncul lagi Pao-beng-pai yang memusuhi kita?" tanya Suma Hui, isterinya dan semua orang mengangguk karena pertanyaan itu muncul pula dalam hati mereka.

39 "Aku sendiri baru tahu sekarang, akan tetapi sikap mereka itu agaknya mudah diduga.

Kita semua tahu bahwa tiga keluarga kita selalu merupakan golongan yang menentang para penjahat atau go-longan sesat.

Kalau sekarang Pao-beng--pai memusuhi kita, padahal dahulu, ketika masih dipimpin para patriot Heng tidak, hal ini berarti bahwa sekarang Pao-beng-pai bangkit kembali dipimpin oleh golongan sesat.

Dan ada kemungkin-an lain melihat betapa gadis tadi me-maki kita sebagai antek pemerintah pen-jajah Mancu, yaitu bahwa di samping memiliki pimpinan dari golongsn sesat, juga Pao-beng-pai yang sekarang masih menentang pemerintah Mancu dan mere-ka menganggap kita sebagai musuh, bu-kan hanya karena kita menentang go-longan sesat, akan tetapi juga karena tak dapat disangkal lagi, keluarga kita per-nah membantu pemerintah Kerajaan Ceng." Kao Cin Liong berhenti dan meng-hela napas panjang.

"Akan tetapi, di antara kita sekarang tidak ada yang membantu pemerintah!" Gak Ciang Hun berseru penasaran.

"Memang benar, akan tetapi kita harus mengakui bahwa keluarga kita pernah terlibat dengan pemerintah Mancu sekarang ini.

Kita tahu bahwa pendiri keluarga Pulau Es, yaitu mendiang kakek Suma Han, walaupun tidak pernah mem-bantu pemerintah Mancu, namun beliau menikah dengan puteri Mancu sehingga keturunan beliau sekarang ini berdarah campuran dan masih dapat dikata ke-turunan ibu Mancu.

Kenyataan ini agak-nya yang membuat keluarga Pulau Es dianggap sebagai antek Mancu oleh Pao--beng-pai." Mereka yang merasa sebagai keturun-an keluarga Pulau Es, saling pandang dan tidak dapat membantah kenyataan itu, walaupun dalam hati mereka merasa penasaran.

Biarpun nenek mereka seorang puteri Mancu, namun mereka tidak per-nah membantu pemerintah penjajah Man-cu! "Sekarang tentang keluarga Gurun Pasir," kata pula Kao Cin Liong me-lanjutkan.

"Memang keluarga Gurun Pasir tidak ada pula yang membantu Kerajaan Ceng sekarang ini, akan tetapi dahulu, ketika aku masih muda, aku pernah men-jadi seorang panglima Kerajaan Mancu.

Hal yang membuat aku sampai kini me-rasa menyesal walaupun tugasku dahulu meredakan pemberontakan di daerah perbatasan yang dilakukan oleh suku--suku bangsa lain.

Akan tetapi, kemudian aku menyadari tidak baiknya pekerjaan-ku itu dan aku mengundurkan diri.

Se-menjak itu, tidak ada lagi keturunan kita yang bekerja pada pemerintah Mancu.

Tentu saja kita selalu menentang golong-an sesat, dan mungkin sekali inilah yang menyebabkan Paobeng-pai memusuhi kita." "Pendapat paman Kao Cin Liong me-mang masuk di akal," kini Cu Kun Tek berkata.

Pendekar yang tinggi besar dan gagah ini dahulu berwatak keras sekali, akan tetapi sekarang, setelah dia men-jadi suami Pouw Li Sian dan usianya juga sudah empat puluh lima tahun, dia bersikap tenang.

"Akan tetapi mengapa pula Pao-beng-pai tadi menyinggung ke-luarga kami?" Kao Cin Liong memandang kepada pendekar dari Lembah Naga Siluman itu lalu berkata.

"Keluarga Lembah Naga Siluman memang tidak pernah ada yang membantu pemerintah Ceng, akan tetapi anggauta keluarga ini memiliki kaitan dan hubungan yang erat melalui pernikahan dan perguruan dengan keluarga Pulau Es dan keluarga Gurun Pasir, juga selain itu, para anggauta keluarga Lem-bah Naga Siluman juga selalu menentang golongan sesat.

Tidak mengherankan ka-lau dimasukkan dalam daftar musuh oleh Pao-beng-pai." "Kalau begitu, Pao-beng-pai hanyalah perkumpulan penjahat yang memakai kedok perjuangan, seperti halnya Pek--lian-kauw dan lain-lain!" kata Kao Hong Li.

Ayahnya menghela napas panjang.

"Ini baru dugaan saja, belum ada buktinya.

Melihat gadis tadi, ia seperti bukan se-orang penjahat, akan tetapi jelas bahwa ilmu silatnya lihai dan ia tentu murid orang-orang yang pandai, yang agaknya sedikit banyak telah meneliti keadaan ilmu keluarga kita semua." Demikianlah, para pendekar itu ramai membicarakan Pao-beng-pai yang berani mati membikin kacau pesta mereka.

Para pendekar yang muda merasa penasaran, akan tetapi mereka yang lebih tua ber-sikap tenang, bahkan menasihati yang muda agar tidak tergesa mengambil tindakan.

"Sebaiknya kalau kita bersikap was-pada saja dan tidak mengambil tindakan sendiri-sendiri," kata Sim Houw yang selalu bersikap tenang itu.

"Bagaimana-pun juga, kalau Pao-beng-pai melakukan gerakan memusuhi pemerintah Ceng hal itu bukan urusan kita.

Kalau kita me-musuhi mereka, dapat saja mereka me-nuduh bahwa kita benar-benar membela pemerintah.

Hal ini tentu akan menda-tangkan heboh di dunia persilatan.

Sudah untung tadi tidak terjadi hal yang lebih hebat dan kita sudah mampu memper-lihatkan bahwa kita tidak boleh dibuat permainan oleh mereka.

Kalau mereka tetap memusuhi kita, tentu saja harus kita hadapi.

Akan tetapi kalau mereka tidak lagi memusuhi kita, kita lupakan saja apa yang tadi terjadi dan meng-anggap itu hanya ulah kesombongan seorang gadis Pao-beng-pai yang tidak tahu diri." Para tokoh tua membenarkan pen-dapat Sim Houw.

Akan tetapi isterinya, Can Bi Lan, mengerutkan alisnya dan ia pun mengeluarkan pendapatnya.

"Aku melihat dari sikap gadis tadi bahwa ia amat membenci keluarga kita.

Hal ini kurasakan amat janggal.

Biarpun ia ber-sikap sombong, hal itu kurasa karena kebenciannya kepada kita.

Akan tetapi ia tidak seperti golongan sesat pada umum-nya, bahkan sepak terjangnya teratur dan para anak buahnya demikian sopan dan hormat kepadanya seolah ia seorang pu-teri kerajaan saja.

Karena kebenciannya yang meluap itulah kukira ia sengaja mendatangi pesta ini.

Melihat tingkat kepandaiannya yang sudah cukup tinggi, tidak mungkin ia begitu tolol untuk me-nantang kita selagi semua anggauta ke-luarga kita berkumpul.

Posting Komentar