"Orang muda, apakah engkau yang dijuluki Si Tangan Halilintar?”.
Siauw Beng tidak segera menjawab karena sebetulnya dia merasa sungkan untuk mengakui sendiri bahwa dia adalah Si Tangan Halilintar, julukan yang mengandung sikap pamer. Akan tetapi melihat Siauw Beng tidak segera menjawab, Ai Yin sudah mendahuluinya.
"Tepat sekali ! Dia inilah yang berjuluk Si Tangan Halilintar yang terkenal sakti, bijaksana dan budiman!”.
"Ai Yin ……!” Siauw Beng menegur temannya karena dia tidak ingin namanya dipuji-puji seperti itu. Akan tetapi tujuh orang itu mengerutkan alis dan mengira bahwa pemuda yang buntung lengan kirinya itu mencegah nama julukannya di perkenalkan karena takut dan merasa bersalah!. "Hemmm, bagus sekali, akhirnya kami dapat menemukan engkau, penjahat muda yang kejam dan seperti iblis! Menyerahlah untuk kami tangkap dan kami hadapkan ke pengadilan untuk memberi hukuman setimpal dengan kejahatan-kejahatan yang kau lakukan!”.
"Wah-wah-wah, sejak kapan Kang-lam Jit-hiap (Tujuh Pendekar Selatan Sungai) menjadi antek Mancu?” tiba-tiba Ai Yin berkata dengan nada mengejek.
Tujuh orang itu terkejut dan di jenggot panjang memandang kepada Ai Yin penuh selidik. "Engkau mengenal kami, Nona? Siapakah engkau?”.
"Dengar baik-baik, Kang-lam Jit-hiap. Aku bernama Wong Ai Yin, puteri Bu-tek Sin-kiam Wong Tat dan selamanya kami adalah pendekar penentang kejahatan dan tak sudi menjadi antek Mancu!”.
Sikap tujuh orang itu berubah dan pembicara yang mewakili kawan-kawannya itu berkata. "Ah, kiranya Nona adalah puteri Pendekar patriot Buk-tek Sin-kiam (Pedang Sakti Tanpa Tanding)!.
Kami sama sekali bukan antek pemerintah Mancu, Nona. Kami hendak menangkap si jahat ini untuk dihadapkan pengadilan para orang gagah”.
"Eh, jangan ngawur! Kalian ini orang-orang tua seenaknya saja menuduh temanku ini jahat. Si Tangan Halilintar Lauw Beng ini sama sekali bukan penjahat, sebaiknya dia adalah seorang pendekar pembela kebenaran dan keadilan yang selalu menentang kejahatan!”.
"Nona Wong, agaknya engkau yang masih amat muda dan belum berpengalaman mudah saja terbujuk oleh iblis ini. Ketahuilah, Si Tangan Halilintar ini melakukan banyak kejajatan yang menggegerkan dunia kang-ouw.
Dia membunuh banyak orang kangouw, dan yang lebih jahat lagi, dia memperkosa wanita lalu membunuh mereka!.
Sadarlah, Nona, engkau telah tertipu oleh penjahat ini”.
Ai Yin hendak membantah, akan tetapi Siauw Beng memegang lengannya.
"Ai Yin, biar aku yang menghadapi mereka”. Lalu dia memberi hormat kepada tujuh orang itu lalu berkata, "Jit-wi Lo-cian-pwe (Tujuh Orang Tua Gagah), terus terang saja, saya sungguh tidak mengerti akan tuduhan jit-wi ( kalian bertujuh) ini. Saya tidak pernah melakukan kejahatan seperti yang kalian tuduhkan itu”.
"Hemmm, mana ada penjahat mengakui kejahatannya? Si Tangan Halilintar, selama beberapa bulan ini entah berapa banyak yang kau bunuh, harta engkau curi dan wanita engkau perkosa lalu kau bunuh! Semua orang mengetahui bahwa Si Tangan Halilintar yang buntung lengan kirinya adalah seorang penjahat yang teramat keji. Sekali lagi, menyerahlah dengan baik, atau terpaksa kami akan menggunakan kekerasan untuk menangkapmu, hidup atau mati!”.
"Heiii, Kam-lam Jit-hiap! Kalian ini benar-benar pendekar atau siauw-jin (orang rendah) yang bicara ngawur dan menyebar fitnah! Akulah yang selama ini melakukan perjalanan bersama Siauw Beng dan bersama-sama menentang kejahatan dan menolong orang- orang yang tertindas. bagaimana kalian dapat menuduhkan semua kejahatan itu? Akulah saksinya, dan aku berani bersaksi dan bersumpah di depan siapapun juga!”.
Tujuh orang itu saling pandang. Nama besar Bu-tek Sin-kiam membuat mereka meragu. Kalau gadis ini benar puteri Bu-tek Sin-kiam kiranya tidak mungkin ia berdusta. Akan tetapi siapa tahu? Jangan-jangan gadis ini sudah terpikat dan jatuh cinta kepada Si Tangan Halilintar. Kalau perempuan sudah jatuh cinta, bisa saja dia berusaha melindungi pria yang dicintainya!.
Nona Wong, dengarlah baik-baik. Kami adalah orang-orang sepaham dan segolongan dengan ayahmu, Bu-tek Sin-kiam dan tentu saja kami tidak ingin berselisih apalagi bermusuhan dengan puteri Bu-tek Sin-kiam. Akan tetapi mungkin saja engkau tidak tahu bahwa engkau berteman dengan seorang penjahat yang amat keji ! Kalau engkau hendak menjadi saksi yang mengatakan bahwa dia tidak bersalah, di sana ada puluhan orang sakti yang menyatakan bahwa Si Tangan Halilintar ini telah membunuh dan memperkosa banyak orang! Bagaimana kesaksian satu orang dapat melawan kesaksian puluhan orang?”.
"Aku tidak peduli ! Yang jelas, Siuaw Beng ini tidak bersalah dan aku akan membelanya terhadap tuduhan siapapun juga!”.
"Nanti dulu, Ai Yin, biarkan aku yang mengambil keputusan", kata Siauw Beng lalu dia menghadapi tujuh orang itu. "Lo-cian-pwe, aku siap untuk dihadapkan di pengadilan manapun karena memang aku sama sekali tidak pernah melakukan semua kejahatan yang dituduhkan tadi. Aku tidak takut menghadapi fitnah ini”.
"Bagus, kalau begitu tugas kami menjadi ringan dan kami tidak harus mempergunakan kekerasan!” kata si jenggot panjang.
"Tidak …..!” Dengan suara melengking Ai Yin melompat ke depan Siauw Beng seolah hendak melindunginya.
"Ai Yin ……!”
Gadis itu membalik dan menghadapi Siauw Beng. Matanya mengkilat mukanya merah karena marah. "Siauw Beng, jangan bodoh! Semua yang dituduhkan padamu itu hanya ada dua kemungkinan. Pertama, mungkin hanya fitnah yang disebarkan orang-orang yang tidak suka kepadamu. Kedua, mungkin saja ada orang yang menyamar sebagai engkau dan melakukan semua kejahatan itu semata-mata untuk merusak namamu agar engkau dimusuhi semua orang! Kalau engkau menyerah, berarti engkau menyerahkan nyawa karena orang-orang yang sudah termakan fitnah seperti tujuh orang tua bodoh itu pasti akan membunuhmu. Sebaiknya kita menyelidiki sendiri siapa yang menyebar fitnah ini dan menangkap pelakunya untuk membersihkan namamu!”.
Mendengar ucapan Ai Yin yang keras ini Siauw Beng tertegun. Benar juga, pikirnya, dan ia mengangguk.
"Kurasa engkau benar, Ai Yin”. Lalu dia menghadapi tujuh orang itu. "Jit-wi Lo-cian-pwe, maafkan aku. Aku akan pergi sendiri melakukan penyelidikan dan aku akan menyerat orang yang menyebar fitnah itu ke hadapan Lo-cian-pwe!”
"Si Tangan Halilintar! Seperti yang kami katakan tadi, engkau harus ikut kepada kami untuk menghadap pengadilan. Kami tidak dapat melepas engkau begitu saja setelah engkau memperkosa dan membunuh seorang murid wanita kami! Menyerahlah, atau terpaksa kami akan menyerangmu!”
"Seranglah kalau kalian berani, kalian orang-orang tua yang mengaku pendekar akan tetapi bodoh dan ngawur!” Ai Yin berdiri menghalang seolah hendak melindungi Siauw Beng.
Tujuh orang itu mencabut pedang mereka dan dengan muka membayangkan kemarahan mereka mengepung. Ai Yin juga marah dan ia mencabut Liong-cu-kiam, melintangkan pedang itu depan dada dan siap melawan Kang-lam Jit-hiap!.