1.1 m pak pendiam, dan di punggungnya pak tergantung sebatang pedang dengan ronce-ronce berwarna hijau. Sul guh seorang gadis yang cantik dan gag tentu seorang pendekar wanita.
"Selamat datang dan selamat p Tuan dan Nona!" sambut pelayan itu mah. "Jiwi (Anda berdua) hendak men wa sebuah kamar?" Jelas bahwa pelay itu menganggap mereka sepasang sua isteri maka menawarkan sebuah ka untuk mereka berdua.
Dengan wajah berubah kemerahan Lan berkata singkat.
"Kami butuh dua buah kamar!" "Ah, maafkan saya. Baiklah, Tuan Nona, kami masih ada beberapa b kamar di loteng. Mari, silakan!"
Dua orang muda itu mengikuti pel yan dan mereka mendapatkan dua bi kamar di atas loteng, di bagian uj dari deretan kamar loteng yang berj lah dua belas buah itu. Karena mer telah melakukan perjalanan jauh se: malam tadi, keduanya laWu mandi, sar an pagi dan mengaso dalam kamar r sing-masing. Mereka berjanji akan kelu dari kamar setelah cukup beristirah
b lepaskan lelah dan kantuk. [ Sementara itu, pagi-pagi sekali para k I bat tinggi gempar karena berita ten-i terbunuhnya Menteri Kebudayaan Li-tersiar cepat. Pangeran Chou Kuang Ti-). menjadi marah dan merasa penasaran kali. Banyak terjadi pembunuhan terhadap a pejabat setia, akan tetapi pembunuhan ' hadap Menteri Liong ini sungguh mem-|u.it dia terkejut dan marah. Menteri long terkenal, bukan saja setia terhadap usar, akan tetapi juga sebagai seorang g bijaksana dan budiman, diakui oleh mua orang. Siapa yang begitu kejam lembunuh seorang yang baik budi seperti '►enteri Liong?
Seperti kita ketahui, Song Kui Lin mi berada di istana dan membantu Pameran Chou Kuang Tian menjaga ke-anan istana. Pagi itu, Kui Lin sudah enghadap Pangeran Chou Kuang TiarT, menuhi panggilannya* Setelah duduk berhadapan dengan I angeran itu, Kui Lin berkata. "Paduka ntu memanggil saya karena berita tentang pembunuhan terhadap Menteri Lione
itu, bukan?"
"Hem, engkau juga sudah menden, akan berita itu?"
"Semua orang dalam istana membi r akan berita itu, Pangeran."
"Akan tetapi belum ada yang men tahui soal ini." Pangeran Chou Kua Tian mengambil sehelai kertas dari * bajunya dan menyerahkannya kepada Ki Lin. "Tadi aku terbangun oleh suara jendela dan ketika aku membuka ende ada pisau dengan surat ini tertancap1 daun jendela. Bacalah!"
Kui Lin membaca tulisan di atas k tas itu. Tertulis dengan huruf yang r dan garis serta lekukannya indah, ta bahwa penulisnya seorang ahli sastr Surat itu pendek saja.
PEMBUNUH MENTERI LIONG T1N GAL DI HOTEL LOK KOAN KAM/f NOMOR LIMA DI LOTENG
"Pangeran, siapa yang menginmka surat ini?"
Pangeran Chou Kuang Tian men gelengkan kepalanya. "Aku tidak tah
an tetapi pagi tadi perwira penyelidik U sudah melapor bahwa Menteri Liong i bunuh oleh pukulan benda keras dan di mar itu terdapat sebuah toya, mungili milik pembunuh yang entah bagai-«na dapat ditinggalkan di sana. Serang, aku mengutusmu untuk menyeli-bki siapa yang berada di kamar nomor i a di loteng Hotel Lok Koan itu, Kui m. Tangkap dia dan bawa pasukan pe-fcawal!"
"Pangeran, saya lebih suka bekerja ndiri daripada harus membawa pasukan ngawal yang hanya membuat saya repot saja."
Pangeran itu menatap wajah Kui Lin. |,)ia sudah mengenal gadis yang berwatak lincah, keras dan pemberani serta juga memiliki ilmu silat yang tinggi itu.
"Baiklah, pergi tangkap orang itu. Akan tetapi berhati-hatilah, Kui L11T, karena kalau benar dia pembunuhnya, dia tentu merupakan lawan yang tangguh dan berbahaya." Kui Lin mengangguk dan cepat ia keluar dari istana. Para pengawal istana sudah mengenal siapa gadis be serba hitam yang cantik ini. Mereka bahwa Song Kui Lin adalah seorang dekar wanita yang biarpun masih n namun sangat lihai dan galak sehi tak seorang pun di antara para peraj istana berani bersikap kurang ajar padanya. Apalagi mereka semua bahwa gadis itu adalah orang keperca an Pangeran Chou K uang Tian.
Dengan cepat Kul Lin menuju Hotel Lok Koan. Karena hari itu pagi, maka baru sedikit di antara tamu yang sudah bangun dan sebag makan di rumah makan bagian drT hotel. Seorang pelayan setengah tua yr tadi melayani dan menyambut kedatan Liu Cin dan Ong Hui Lan, berlari menyambut. Dia merasa gembira ba sepagi itu' dia telah menyambut orang gadis yang cantik jelita.
"Selamat datang dan selamat p Nona!" dia memberi hormat sambil m.-bungkuk. "Apakah Nona ingin menye sebuah kamar?"
Kui Lin mengerutkan alisnya. G
memang paling tidak suka melihat ng bersikap merendah dan bermanis |»\a buatan. Ia menilai sikap orang li £ menjilat-jilat itu palsu dan hanya (l- ai sebagai *openg belaka. Orang seti n itu berbahaya. Gadis itu tidak tahu t wa sikap orang seperti itu tidak selu palsu, melainkan terdorong oleh saan rendah diri (minder). "Aku memang mencari kamar, yaitu ar nomor lima di loteng hotel ini!" anya tegas.
Pelayan itu mengerutkan alisnya. >an tetapi, Nona. Kamar nomor lima i sudah ada yang menyewa!" Lalu di-mbungnya cepat. "Dia malah agaknya lum bangun dari tidurnya." "Hemmm, siapa dia? Orang macam fa dia?" Kui Lin bertanya tidak sabar. "Dia seorang pemuda gagah dan tam-
|.. n, Nona "
"Cepat bawa aku ke kamar itul Aku ^iigin bertemu orangnya!"
Pelayan itu meragu. "Akan tetapi ya tidak berani mengganggu tamu yang ang tidur, Nona. Apakah Nona ini saudaranya, sahabatnya, atau kek.. Pelayan itu tidak melanjutkan kata I kasihnya" ketika melihat betapa sepa. mata yang indah itu tiba- tiba mentor
"Apa katamu? Hayo * lanjutkan! itu kek kek ?"
"Eh, maksud saya kek apa Nona keponakannya?"
"Ngawur! Cerewet! Hayo cepat tu jukkan padaku di mana kamar norr lima di loteng itu!" Kui Lin membenT dan menyambar lengan pelayan itu. i rasa betapa pergelangan lengannya se ti dijepit besi sehingga tulangnya ter nyeri, pelayan itu menyeringai.
"Baik baik ampunkan saya...I
dan dia lalu bergegas melangkah ke ar tangga yang menuju ke loteng setel Kui Lin melepaskan lengannya.
Setelah tiba di depan pintu ka nomor lima, pelayan itu mengetuk dai pintu. Selama menjadi pelayan belu pernah dia berani mengganggu tamu h tel itu yang berada dalam kamar. Ak tetapi sekarang karena dia takut kepa Kui Lin yang pegangan jari- jari tanga
yang mungil itu seperti cepitan besi,
« memberanikan diri. "Tok-tok-tok !"
Pada saat itu, Bu Eng Hoat masih [Kir pulas karena memang baru men-11 g fajar tadi dia dapat tidur pulas. » n tetapi sebagai seorang ahli silat ing peka, ketukan di pintu kamarnya 1m cukup untuk membangunkannya. Dia bangkit duduk, seketika sadar sepenuhnya »ni pertama kali melihat bahwa dia Mur dengaa pakaian lengkap berikut sedunya dia segera teringat akan peris-wa semalam. Dia menjadi waspada dan emandang ke arah pintu kamar itu. "Ya, siapa di luar?" tanyanya dengan tenang. "Saya, Kongcu, pelayan hotel. Ini ada orang nona inRin bertemu dengan Kong-feu!" Mendengar ini, hati Eng Hoat menjadi lega dan lebih tenang, walaupun tentu »aja dia merasa heran bagaimana di tempat asing ini ada seorang nona hendak bertemu dengan dia! Karena baru saja bangun tidur dan yang akan menemuinya adalah seorang nona, maka otot» tanpa disengaja kedua tangannya mei kan pakaian dan rambutnya. Setelah rapi dia lalu melangkah ke ointu membukanya.
Bu Eng Hoat tercengang ketika buka pintu dia melihat seorang g cantik manis berdiri di depannya de pandang mata tajam penuh selidik! tidak mengenal gadis ini dan saking rannya dia sampai tidak dapat bers Dia mengira bahwa tentu gadis itu alamat dan mengira dia orang lain.
"Siapa namamu?!" Kui Lin memben dengan galak. Sebetulnya ia sendiri cengang ketika melihat munculnya orang pemuda tinggi besar berpaka sederhana dan berwajah ganteng, jan dan bersih. Tadinya ia mengira berhadapan dengan seorang laki-laki tampang pembunuh yang menyeramk Bentakannya yang galak sebagian unt menyembunyikan rasa herannya.
Kalau tadinya Eng Hoat merasa gum kepada gadis yang cantik manis i kini dia mengerutkan alisnya. Ada gadis ini, pikirnya. Belum mengt-«\ t akan tetapi sikapnya begini galak! " na, mengapa engkau menanyakan i.\ku? Kita tidak saling mengenal dan engkau yang mengganggu tidurku, turnya kalau engkau yang memper-Mlkan namamu kepadaku."
"Mengapa? Jangan berpura-pura bodohi kau pembunuh!" [ "Aku tidak membunuh siapapun juga." f "Bohong! Engkau semalam membunuh f teri Kebudayaan Liong!" Bu Eng Hoat tertegun. Kiranya urusan i bunuhan atas diri Menteri Liong? Ba-> miana gadis ini dapat mendakwanya?
ikah gadis ini semalam melihat dia ada di ruangan perpustakan Menteri ng? "Aku tidak membunuh siapa pun!" Eng it berkeras karena dia memang tidak mbunuh menteri itu. Pada saat itu tampak belasan orarg n enaiki tangga dan yang paling depan .1 alah seorang perwira yang segera meng-f mpin Kui Lin dan berkata. "Lihiap, inilah toya yang ditemukan di
ruangan pembunuhan." Dia adalah j wira dari istana yang disuruh Panjj Chou Kuang Tian menyusul Kui Lin n ajak sepasukan perajurit dan men» bukti toya yang diterima oleh pangj itu dari penyelidiknya. Kui Lin mener toya itu, memegangnya di kedua taiv nya lalu menatap wajah Bu Eng Hoal.
"Engkau jelas berbohong. Hayo kan, toya ini milik siapa?"
Eng Hoat menggangguk mantap, memang milikku!" Dia menjulurkan k tangan untuk mengambil senjatanya dari tangan Kui Lin. Akan tetapi Kui cepat mengelak dengan sikap mema kuda-kuda dan siap menyerang.